Part 1 》Dalam Hati

58 7 2
                                    

Jam pulang sekolah telah lewat setengah jam yang lalu. Koridor sekolah dan kelaspun mulai sepi. Hanya tinggal murid-murid yang sedang melakukan ekstrakulikuler sehabis pulang sekolah di lapangan.

Lyan membereskan peralatan belajar yang ada di atas mejanya dan memasukkannya ke dalam tas. Dia habis mencatat catatan yang hampir memenuhi papan tulis itu. Gerakan tangannya lambat, hingga dia baru selesai setengah jam setelah bel pulang sekolah berbunyi.

Lyan menyampirkan tasnya di punggung dan berjalan ke arah depan kelas untuk menyerahkan buku tulisnya pada guru yang masih duduk menunggunya di meja guru.

Setelah menyerahkan tugasnya dan pamit pulang, dia langsung berjalan menuju lapangan. Hari ini dia mempunyai janji untuk pulang bersama dengan seorang laki-laki yang masih melakukan kegiatan ekskulnya.

Dilihatnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktunya masih lama. Dan hari semakin sore. Gak masalah dia bakal tunggu orang itu sampai selesai.

Lyan kemudian mengeluarkan ponselnya yang ada di saku. Notifikasi kemudian muncul satu-satu setelah Lyan menyalakan datanya. Satu notif dari Raihan muncul, diantara banyaknya notif yang ada di ponselnya, Lyan memilih membuka notif dari Raihan terlebih dulu.

From : Raihan

Ly. Gue balik duluan ya. Soalnya, nyokap minta dianterin belanja.

Sorry ya.

Lyan kemudian mengetikkan balasan untuk membalas pesan Raihan. Dia mengatakan kalau ia tidak masalah karena masih ada Tirta yang akan mengantarnya walaupun dia harus menunggu Tirta selesai ekskul futsalnya.

Setelah dirasa jawabannya sudah cukup. Dia langsung mengirim pesan itu pada Raihan. Dan melangkahkan kakinya untuk duduk di tribun lapangan menunggu Tirta yang masih berlatih di lapangan.

Tirta Ghani Aziz.

Seorang laki-laki hampir sempurna menurut Lyan. Perawakannya tinggi, dengan alis tebal, dan hidung yang bangir.

Dia adalah teman Lyan waktu di SMP. Mereka memang sudah dekat dari dulu. Dan Tirta sama sekali gak mau berdekatan dengan perempuan yang gak terlalu dia kenal.

Dari awal daftar di SMA sampai sekarang semua murid melihat mereka kayak pacaran karena selalu berdua. Dan sikap Tirta yang ogah untuk dekat sama perempuan lain yang gak dia kenal.

Mungkin Lyan akan bersorak senang jika mereka beneran pacaran. Tapi, sepertinya itu hanya imajinasi liarnya yang semakin liar jika tidak dikendalikan.

Dari tempatnya duduk, dia dapat melihat kalau sekolah belum benar-benar sepi. Terbukti dari beberapa murid perempuan yang masih di pinggir lapangan untuk menyaksikan latihan anak-anak futsal.

Dan Lyan juga melihat beberapa perempuan yang dengan terang-terangan menatap Tirta dengan kagum yang hanya dibalas senyuman oleh laki-laki itu.

Setelah beberapa menit, latihan selesai. Semua anak futsal membersihkan peluh yang memenuhi wajah sebelum akhirnya menyampirkan tas mereka dan pulang.

Sama halnya dengan Tirta, dia langsung menghampiri Lyan yang masih menunggunya di tribun lapangan itu. Dia langsung mengambil tepat duduk di sebelah Lyan dan mengambil air minumnya untuk diminum dan membasuh wajahnya.

"Ish. Jember tau gak?" Protes Lyan.

Lyan kadang kesal dengan orang yang memakai air yang gunanya untuk minum disalahgunakan dan memanfaatkannya untuk membersihkan anggota tubuh.

"Mager, Ly. Jauh." Balasnya.

Lyan kemudian memutar kedua bola matanya jengah dengan jawaban Tirta.

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang