Part 14》Yang Manis

13 2 4
                                    

Pemandangan sekolah hari ini sedikit berbeda. Kali ini sekolah lebih ramai karena kedatangan murid kelas sepuluh yang baru. Beberapa osis baru yang sudah diangkat bersiap memberikan pelatihan dan pengenalan lingkungan sekolah. Tidak hanya osis aja yang melakukan itu, guru-gurupun ikut campur dalam pengenalan lingkungan siswa agar tidak terjadi aksi senioritas yang dilarang pemerintah.

Murid kelas sebelas dan dua belas yang baru juga ikut memerhatikan masa pengenalan itu. Tidak sedikit dari mereka ke kantin karena hari pertama masuk sekolah, yaitu hari ini sengaja dibebaskan. Selain untuk membersihkan kelas yang kotor setelah ditinggal beberapa minggu, guru-gurupun sibuk mengawasi dan memberi pengarahan pada osis dan murid baru kelas sepuluh.

Tidak terkecuali Lyan dan yang lainnya. Mereka lebih memilih makan di tribun lapangan sambil memerhatikan murid kelas sepuluh itu. Sesekali mereka bercanda mencari murid yang pantas dijadikan pacar masing-masing. Tawa menghias di wajah mereka.

Toni memisahkan diri dari mereka karena harus membersihkan kelasnya. Tidak lama, salah satu dari teman sekelas Lyan memberi tahu mereka agar cepat menyusul untuk membersihkan kelas juga.

Ataya, Tirta, dan Lea berjalan lebih dulu. Tinggal Lyan dan Raihan. Lyan masih menyuap makanannya ke dalam mulutnya. Makanannya masih banyak. Dari dulu, diantara mereka Lyan yang makannya paling lambat. Lyan kemudian mempercepat gerakan makannya. Ia juga sesekali meminum air putihnya agar tidak tersedak.

"Pelan-pelan makannya. Gue disini, kok." Kata Raihan.

Lyan tidak memperdulikan perkataan Raihan. Ia tetap mempercepat gerakan makannya agar dapat menyusul membersihkan kelasnya. Setelah beberapa menit, makanan itu habis. Lyan meremas kertas nasi itu kemudian membuangnya ke tempat sampah. Ia menegak air minumnya sampai setengah. Lalu ia mengajak Raihan untuk menyusul teman-temannya membersihkan kelas.

Langkah Lyan terhenti karena Raihan yang menahan lengannya. Lyan membalikan badannya, ia memandang Raihan bertanya. "Kenapa?"

Raihan melepas tangannya yang menahan lengan Lyan. Ia menghirup nafasnya dalam-dalam, lalu memandang Lyan yakin. Iya. Raihan yakin. "Sepulang dari rumah sakit, gue liat lo nangis di mobil. Kenapa?"

Lyan sedikit terkejut ketika tahu ternyata Raihan melihatnya menangis tersedu di jendela mobilnya. Lyan mengalihkan pandangan dari wajah Raihan ke sembarang arah.

Ia mengulum bibirnya. "Gak kenapa-kenapa."

Raihan menatap Lyan sendu. Lyan tahu laki-laki di depannya tidak percaya dengan perkataannya. Tidak mungkin ia menangis kalau dirinya tidak kenapa-kenapa. "Lo masih suka sama Tirta?" Tanya Raihan.

Lyan memejamkan matanya sebelum akhirnya membuka matanya lagi. Pertanyaan itu lagi. Kemarin Toni yang bertanya sekarang Raihan juga ikut bertanya. Lyan sendiri juga gak tahu apa dia masih suka sama Tirta atau hanya sekedar rasa takut kehilangan.

Lyan menggelengkan kepalanya. "Gue gak tau. Semuanya terlalu rumit untuk disimpulkan. Emangnya kenapa?"

Raihan kembali menggenggam tangan Lyan yang tersampir di kedua sisi tubuh perempuan itu. Ia memandang Lyan intens. Lyan yang dipandang seperti itu mengernyit heran ketika wajah Raihan berubah serius. Lyan yakin laki-laki itu ingin mengatakan sesuatu. Tapi, apa?

Raihan menghirup nafas dalam-dalam lagi masih dengan memandang Lyan serius. "Lo tahu kalo gue sayang sama lo, Ly. Sayang gue beda dari sayang lo Lea, ke ibu, ke Ataya, ke Toni. Sayang gue lebih dari sekedar teman ataupun saudara. Gue udah pernah bilang ini dua tahun yang lalu, tapi lo gak pernah anggap serius perkataan gue. Dan hari ini gue bakal mengulang perkataan gue. Kalo gue suka sama lo."

Dalam satu tarika nafas, perkataan Raihan selesai. Lyan memandang Raihan sedikit terkejut. Ia langsung teringat kejadian dua tahun lalu disaat laki-laki itu menyatakan perasaannya padanya.

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang