Part 9 》Satu Hari Bersamamu

25 2 0
                                    

Terik panas matahari membakar penghuni bumi yang bernaung di bawah langit. Polusi mendukung dan menjelaskan keadaan lalu lintats Jakarta yang semrawut. Angkutan umum berhenti di sembarang tempat membuat klakson dari beberapa kendaraan di belakangnya terpaksa di bunyikan.

Berdesakan di kendaraan umum adalah suatu hal yang lumrah di Indonesia. Apalagi ditambah campur aduk bau yang berasal dari berbagai macam asal. Tapi tak menyurutkan penumpang yang sudah terbiasa mengalami itu semua.

Termasuk Lyan.

Dari sekian banyak angkutan umum yang tersebar, Lyan memilih naik angkutan metro mini. Ia sudah lama tidak naik angkutan satu ini semenjak ia lulus SMP. Dulu semasa dirinya duduk di bangku sekolah menengah pertama, dari kelas 7 sampai kelas 9 ia selalu naik angkutan umum itu.

Jarak antar sekolah dan rumahnya lumayan jauh. Sehingga mengharuskannya naik angkutan umum karena ia dan ibunya tidak mempunyai angkutan pribadi. Lyan dan Tirta satu sekolah, dulu Tirta belum diperbolehkan mengendarai motor maka dari itu Tirta selalu diantar papahnya sedangkan Lyan naik angkutan umum.

Lyan hari ini berencana membeli buku untuk referensi tugas terakhirnya sebelum ulangan kenaikan kelas. Ulangan kenaikan kelas akan diadakan minggu depan. Dan selama hari menuju ulangan ibunya menasihatinya untuk lebih rajin belajar di rumah. Dan hari ini adalah hari terakhirnya bebas sebelum ia akan terus dirumah selama dua minggu.

Dari dia naik sampai mau turun, Lyan sama sekali gak duduk. Selain karena tidak ada tempat duduk yang tersisa, ia juga lebih suka berdiri daripada duduk yang akan membuat salah satu bagian tubuhnya kram.

Lyan kemudian turun dari metro mini karena telah sampai di perpustakaan nasional. Ini hari libur, dia tidak pernah datang ke perpustakaan ketika hari libur. Biasanya ia datang di hari biasa.

Kakinya menuntunnya masuk ke dalam perpustakaan nasional. Ketika pintu dibuka, udara dingin langsung menerpa tubuhnya yang baru saja merasakan udara panas yang berbanding terbalik dengan udara di dalam perpustakaan.

Seperti biasa, ia langsung berjalan ke arah rak buku yang berisi tentang pendidikan. Entah itu buku pelajaran, buku yang menunjang pelajaran, atau apapun itu yang berkaitan dengan pelajaran dan pendidikan.

Tangannya menyentuh buku yang dijejerkan secara lateral di rak buku tersebut. Matanya jeli mencari buku apa yang ingin ia pinjam. Dan mungkin ada beberapa buku yang menarik perhatiannya.

Kemudian, tangannya berhenti di satu buku. Matanya juga berhenti mencari dan memfokuskan diri di satu buku. Memastikan kalau itu buku yang dicarinya untuk referensi tugasnya. Setelah yakin, ia langsung mengambil buku itu dari tempatnya.

Kakinya bersiap untuk melangkah ke tempat lainnya ketika matanya tak sengaja menangkap seseorang yang sedang bersembunyi di buku yang tadi diambilnya.

Ia mengerutkan keningnya, ketika orang itu nyengir memperlihatkan giginya karena persembunyiannya yang telah diketahui. "Raihan?"

Raihan menegakkan kembali badannya setelah tadi sedikit membungkukan badannya karena ingin mengejutkan Lyan. Ia kemudian berjalan kearah Lyan yang berada di seberang rak buki yang berbeda dengannya.

Raihan bukan mengikuti Lyan. Ia sebenarnya sudah ada di perpustakaan sedari pagi. Ia juga sedang mencari referensi untuk tugas terakhirnya sebelum fokus ke ulangan. Tugas ini adalah tugas individu sehingga mereka mengerjakan tugasnya masing-masing.

Tugas ini juga tidak bisa saling melihat satu sama lain, karena jika jawaban tugas mereka sama dengan satu sama lain sudah dipastikan kertas jawaban mereka hanya akan bersatu dengan tumpukan sampah di ruang guru.

Raihan sudah melihat Lyan ketika perempuan berambut panjang itu masuk ke perpustakaan. Ia sengaja tidak menampakkan dirinya langsung di depan Lyan. Niatnya ingin membuat Lyan terkejut, tapi Lyan malah hanya menatapnya aneh.

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang