Part 18》Sister!

22 1 0
                                    

Tiana sedari tadi hanya berdiri sambil bersidekap. Dia memandang Tirta yang duduk dengan kepala tertunduk. Jarinya juga ia ketuk-ketukan pada tangannya seolah bersiap memarahi ataupun memukul Tirta.

Tiana Dewantari. Kakak perempuan Tirta. Tiana baru saja sampai di Jakarta sore tadi. Dia adalah anak tertua keluarga Aziz. Tiana kuliah di Bandung. Dia ke Jakarta ketika sedang libur kuliah ataupun libur nasional. Dan hari ini dia akan di Jakarta sampai dua minggu ke depan karena libur dari kuliahnya.

Tiana sempat pulang ke rumah sebelum akhirnya ke rumah Lyan karena rumahnya kosong. Tidak ada orang tuanya ataupun adiknya. Hanya ada asisten rumah tangga mereka yang sedang membersihkan halaman depan. Tiana semakin panik ketika mendengar Tirta belum pulang dari kemarin. Tiana hanya menaruh kopernya sebelum akhirnya ke rumah Lyan untuk memastikan adanya Tirta disana.

Dan dugaannya benar. Adik laki-lakinya memang ada disana. Dia  mendapati adiknya sedang bercanda dengan Raihan di halaman depan rumah Lyan. Tiana hanya tahu Lyan, selaku teman kecil Tirta. Hingga dia memutuskan ke rumah Lyan untuk bertanya pada adiknya kenapa tidak pulang ke rumah sedari kemarin.

Kemarahannya memuncak ketika melihat Tirta yang asyik bercanda dan tertawa disaat orang-orang di rumahnya sibuk mencari keberadaan adiknya itu.

Lyan. Lea. Dan Raihan hanya memperhatikan kakak beradik itu. Lea dan Raihan awalnya tidak mengetahui kalau perempuan yang datang adalah kakak perempuan Tirta. Sampai Lyan memberi tahu mereka.

Lamunan mereka buyar ketika akhirnya Tiana mengeluarkan suaranya. "Kemana kamu kemarin?"

Tirta mulai rileks karena dia mendengar nada suara kakaknya tidak meninggi. Biasanya kalau kakaknya itu sedang sangat kesal, suaranya meninggi hingga mampu membuat orang yang mendengar merinding. Mungkin dewi fortuna sedang berpihak pada Tirta.

"Aku gak kemana-mana. Cuma main ke rumah Lyan. Kata Lyan, ibunya lagi ada perjalanan dinas ke luar kota. Terus dia minta aku sama temen yang lain nemenin dia. Itu doang."

Tirta bohong.

Semua orang di rumah Lyan kecuali Tiana tahu betul kalau Tirta bohong. Walaupun Tirta tidak sepenuhnya berbohong. Sekarang Lyan yakin, kenapa Tirta gak pulang ke rumahnya kemarin malam. Selain karena kalut dan setengah sadar, Tirta gak pulang ke rumahnya karena takut dimarahi orang tuanya terutama papahnya. Papahnya sama seperti kakaknya. Seram ketika marah. Hingga Tirta lebih memilih menghindar daripada harus menghadapi kemarahan papahnya.

"Bohong. Kamu pasti mau menghindar dari kemarahan papah kan?"

(())

"Kak. Plis. Jangan bilang papah."

Setelah menebak alasan Tirta tidak pulang ke rumah kemarin, Tiana langsung menggeret Tirta pulang dengan memesan taksi online. Tiana gak mau adiknya itu menyusahkan orang lain. Tiana tahu, Lyan adalah teman kecil Tirta. Dan Tiana sudah menganggap Lyan sebagai bagian dari keluarga mereka. Tapi, sama aja Tirta menyusahkan orang lain dengan tidur di rumah yang bukan rumahnya sendiri.

Untungnya, orang tua mereka belum sampai di rumah. Hingga memudahkan Tirta untuk membujuk Tiana agar tidak memberi tahu papahnya tentang Tirta yang minum alkohol. Kalau sampai berita itu terdengar ke teling papahnya, mungkin sekujur wajah Tirta akan dipenuhi lebam karena harus terkena pukulan ayahnya yang mematikan.

Tiana sedari tadi tidak mendengarkan omongan yang keluar dari mulut Tirta. Ia sengaja. Toh, tidak ada keuntungannya juga kalau ia mengikuti permintaan Tirta. Yang ada Tirta malah akan terjerumus pada hal yang tidak benar. Dan Tiana gak mau itu terjadi pada adik satu-satunya.

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang