Part 2 》Warna

29 5 0
                                    

Suasana pagi memang suasana yang paling menyegarkan. Lalu lalang orang-orang berangkat kerja. Hilir mudik mobil dan kendaraan lainnya mewarnai jalanan kota Jakarta pagi itu.

Lyan dan Raihan sudah menaiki motor untuk segera berangkat ke sekolah. Mereka memutuskan untuk berangkat pagi karena ada pekerjaan rumah yang belum mereka selesaikan dan berniat untuk melihat dan menyalin pekerjaan teman-temannya.

Mereka ke sekolah menggunakan salah satu motor kesukaan Raihan. Saking sukanya hingga Raihan menamainya Heri.

Sebelumnya, kenalkan. Dia Rayhan Rivaldo Pratama. Pewaris satu-satunya Pratama Group. Pratama Group adalah satu perusahaan yang bergerak di bidang furniture. Perusahaan itu sekarang berjalan di bawah pimpinan ayahnya.

Biasanya Tirta yang akan mengantar dan menjemput Lyan. Tapi, hari ini kata Tirta gak bisa mengantar Lyan karena dia harus pergi ke suatu tempat dulu sebelum ke sekolah.

Keganjalan mulai terjadi, ketika Heri berjalan tersendat. Raihan lalu memutuskan untuk berhenti dan mengecek keadaan kendaraan bermotornya itu.

Lyan juga langsung turun dan melepaskan helmnya. Dia memperhatikan Raihan yang masih mengecek keadaan motor itu. Dia menolehkan ke kanan ke kiri. Daerah ini sudah dekat dengan sekolahnya. Tapi, kalau misalnya Heri memang rusak dan terpaksa harus jalan sampai ke sekolah. Lumayan juga jaraknya.

"Kenapa? Mogok, Han?" Kata Lyan.

Raihan lalu melepaskan helmnya yang masih di kepalanya. Lalu menaruhnya di stir motor itu. "Mogok. Bensinnya habis." Jelas Raihan.

"Habis? Yah. Pom bensin jauh dari sini." Kata Lyan.

Raihan hanya bisa meratapi keadaan motornya, tanpa bisa berbuat apa-apa. Pom bensin terdekat adalah pom bensin di sekolahnya. Dan jarak ke sekolahnya juga lumayan jauh.

"Jalan gitu?" Tanya Lyan, yang dibalas anggukan oleh Raihan.

Lyan baru jalan beberapa langkah dari tempat motor Raihan mogok. Tiba-tiba lengannya ditarik dan kembali ke tempatnya berdiri tadi. Ia mengerutkan kedua alisnya karena tindakan Raihan yang menariknya tiba-tiba.

"Lo naik ke motor. Biar gue yang dorong." Kata Raihan.

Lyan awalnya gak terima karena harus Raihan yang dorong sedangkan dia hanya duduk manis di motor sambil mengarahkan stir motor.

Tapi, karena jam masuk sekolah akan berbunyi sebentar lagi dia langsung menyetujui ide Raihan dan langsung naik ke motor. Dia mengalungkan helmnya di pergelangan tangannya untuk memudahkannya menggerakkan stir.

(())

Sekolah sudah ramai. Murid-murid yang berjalan mempercepat langkahnya agar tidak terlambat masuk ke kelas dan melewati jam pelajaran pertama.

Peraturannya di sekolah ini, para murid yang terlambat masuk kelas setelah bel tanda masuk berbunyi selesai akan di beri pengarahan di lapangan. Para murid itu akan disuruh memungut sampah yang tersebar di penjuru lapangan. Dan tidak di izinkan masuk ke kelas sebelum jam pertama selesai.

Sama halnya dengan Raihan. Dia mempercepat dorongannya pada motor kawasaki yang diberi namanya Heri itu. Saking cepatnya dia hampir menabrak siswa laki-laki yang sedang membawa setumpuk buku di tangannya.

Melihat itu, Lyan langsung turun dari motor. Untungnya Raihan dengan sigap meraih dan menahan motornya. Kalau tidak, mungkin motor itu sudah menimpa Lyan dan orang yang ditabrak itu.

Lyan dengan segera membantu orang yang ditabrak itu dan membereskan buku-bukunya yang berserakan. Setelah selesai, dia memberikan buku yang dipungutnya tadi pada orang yang ditabraknya.

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang