1.3

21.1K 1K 35
                                    

"Sini peluk."

-Keynan Devantara-

- - -

Caca berjalan pelan melewati sebuah taman yang sejuk dengan banyak pohon yang mengelilinginya menyerupai sebuah pagar. Jam sudah menunjukan pukul empat sore dengan keadaan langit yang sedikit mendung. Pikirannya kembali melayang pada kejadian kemarin.

Flashback On

Asik menikmati kehangatan yang tercipta, tiba-tiba pintu UKS kembali dibuka tanpa aba-aba "Papa?!"

Caca reflek melepaskan tangannya yang melilit pinggang Keynan "Na-ya?"

Dengan tatapan penuh selidik, Naya menatap raut wajah Keynan. Matanya masih sehat dan normal, ia dengan jelas melihat bahwa tangan papa-nya ini melingkar dengan sempurna dipinggang sahabatnya. Orang awam pun tahu, apa arti sebuah pelukan dua orang yang sudah dewasa tanpa ikatan darah.

"In--i? Papa selalu marahin Naya jika dekat dengan seorang laki-laki, tapi ini apa pa? Dengan seenaknya papa pelukan sama Caca, dia ini sahabat Naya pa! Coba kalau Naya dateng lebih telat, apa yang akan papa lakuin? Kissing?"

"Kanaya! Jaga ucapan kamu!" tangan Keynan melayang diudara, ia dengan cepat menguasai emosi yang meluap mendengar ucapan putrinya.

Dengan mata berkaca-kaca Caca meraih tangan Keynan dan dipukul-pukulkan dipipinya dengan sedikit kencang "Tampar Naya pa! Tampar!"

"Kamu salah paham, sayang.." Keynan berkata dengan lirih, berharap anaknya ini dapat mengerti semuanya. Kondisi dan kejadian yang sebenarnya.

Tangannya tetap memberontak kala Keynan mencoba meraih tubuhnya kedalam pelukan pria itu "Salah paham apa pa? Apa yang papa maksud dengan salah paham?!"

"Nay, ini nggak sepe--"

"Lo diem!"

Caca mematung ditempatnya, selama bertahun-tahun bersahabat dengan Naya baru kali ini Caca melihat sisi gelap sahabatnya. Begitu menyeramkan saat sedang diliputi oleh amarah.

Pandangan mata Caca mengarah pada Kenyan yang menguatkannya dari sorot mata pria itu. Sabar sayang..

"Sekarang waktunya papa yang bicara, papa tadi tidak sengaja berkunjung kesini saat pihak sekolah berkata bahwa ada salah satu murid yang pingsan." Keynan menggengam tangan Naya, apa yang ia katakan tak sepenuhnya bohong, memang ada yang berkata kalau murid kesayangannya pingsan. Bukan pihak sekolah, tapi pihak dirinya.

"Tapi, kenapa papa ada disini? Kantor papa udah pindah sekarang?"

"Kamu enggak lupa kan kalau sekolah ini milik papa?"

Caca hampir menyemburkan tawanya jika ia lupa akan situasi yang masih mencekam. Ia sendiripun lupa akan fakta yang satu itu.

Keynan mengangkat satu alisnya "Lupa sayang?"

"Ya emang harus banget nengokin Caca?" Naya memutar otaknya, ia malu, mengapa dirinya terlihat sangat bodoh saat ini.

Harus, kudu, wajib. Batin Keynan berteriak kencang.

"Menjenguk salah satu murid kesayangan sekolah, ada yang salah kah?"

Naya menghentakkan kaki kesal, bibirnya mengerucut seperti bebek "Ah papa! Nggak mau ngalah banget sama Naya."

"Kamu terlalu keras kepala, kita seimbang kan?" ia mengacak rambut putrinya gemas, baginya, Naya tetap gadis kecil yang akan selalu ia jaga.

"Iyaiya!" Pandangan Naya beralih kearah sahabatnya "Ca... Maafin gueee!"

Marrying Mr. OldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang