SELAMAT MEMBACA
SILAHKAN MENIKMATI KISAH KLASIK MEREKA.Kesalahan besar bagi seorang Baron menawarkan untuk permintaan maaf kepada Adheeva dan sekarang ia terpaku diam.
"Va? Selain ini gak bisa?" Tawar Baron yang bergedik ngeri melihat sesuatu yang ada di depan hadapannya.
Adheeva menggeleng cepat, "enggak! Lo udah janji ya? Jangan lupain itu."
Baron dengan raut wajah tak enak memberanikan diri untuk memasuki rumah hantu yang ada di salah satu mall kota tersebut.
Salah satu kelemahan seorang Baron yaitu takut akan hantu dan kawan-kawan sejenisnya. Nyalinya hilang seketika saat memasuki ruangan gelap ditambah lagi backsound yang menggema serta mencekam di seluruh sudutnya.
"Va," panggilnya dengan suara pelan.
"Hm, apa?" Tanya Adheeva.
Belum sempat Baron menjawab ada sesosok pocong yang tiba-tiba muncul dengan darah yang berbau anyir serta ada kapas yang berada di kedua lubang hidungnya membuat Baron bersembunyi di balik badan kecil Adheeva.
"HAHAHA, TERNYATA CUMA BADANNYA YANG GEDE. NYALI LO CIUT BANGET," Tawa menggelegar dari Adheeva.
Baron masih setia bersembunyi di balik badan Adheeva. Keringat dingin mengucur setiap detik hingga menuju pintu keluar. Bulu kuduknya seketika berdiri sedari tadi. Hampir 20 menit mereka merasakan permainan rumah hantu dengan jeritan Baron yang terus menggema karena ketakutan.
"Astaghfirullah, dosa lo Va ngerjain gue," gerutu Baron sesampainya keluar dari rumah hantu tersebut. Ia masih setia merapalkan doa-doa dengan napas yang tersenggal-senggal.
"Puas gue Ron ngerjain lo, hahaha." Adheeva terkekeh sampai rasanya perutnya sakit karena terlalu banyak tertawa.
Adheeva membuka tasnya dan mencari tisu dan menyodorkannya ke Baron, "nih. Kasian gue ngeliatnya," ujar Adheeva.
Baron menerimanya dengan segera dan segera menghapus keringat yang bercucuran. "Lemes gue Va abis ketemu mbak kunti sama pocong tadi," gumamnya.
"Duh duh kasiannya. Ya udah kita sekarang makan yuk. Cacing-cacing gue udah meronta-ronta nih," ucap Adheeva dengan menyeret tangan Baron agar segera keluar dari mall tersebut.
"Makan di rumah lo aja kenapa sih Va," Baron sambil memakai jaketnya yang berada di dalam tasnya.
"Bunda lagi gak ada di rumah, makanya gue minta temenin makan di luar. Lo gak kasian sama cacing-cacing di perut gue? Dari tadi udah minta jatah nih Ron," balas Adheeva dengan wajah memelas selayaknya anak kecil yang merayu kepada orang tuanya.
Dengan berat hati Baron menganggukinya. "Ya udah, tempat biasa ya."
Mereka keluar dari mall tersebut dan segera menuju ke tempat makan langganan mereka berdua. Hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai. Warung kaki lima dengan aneka ragam pilihan seperti ayam, udang, lele, bebek, dan yang lainnya.
"Nih," ucap Adheeva dengan memberikan helm kepada Baron.
"Lama gak makan di sini mas," sapa pemilik warung kaki lima yang sudah akrab dan hapal.
"Iya pak, kangen sama masakan bapak jadi kita ke sini," balas Baron dengan nada ramah.
Baron sangat mudah untuk akrab dengan orang lain. Dari yang muda sampai yang tua ia bisa akrab. Hal itu yang menyebabkan Baron mempunyai banyak teman.
"Ayam bakar sama udang goreng kan mas, mbak?" Tebak Pak Eko--pemilik warung tersebut.
"Iya pak, sama teh hangat 2 ya," sahut Adheeva dengan senyum hangatnya.
"Siap, ditunggu yo mas mbak."
Mereka berdua menganggukinya.
"Masih hapal ya Pak Eko sama kesukaan kita," ucap Baron.
"Heem, padahal udah 3 bulan kita gak makan di sini. Tapi masih hapal ya," sahut Adheeva dengan melihat sekitar mereka.
Tak berselang lama pesanan mereka telah siap. Satu porsi ayam bakar, udang goreng dan juga sambal yang terlihat menggoda saat diletakkan di atas nasi yang masih mengepul.
Tangan Adheeva dengan siap mengambil satu udang tetapi, "cuci tangan dulu Va, itu ada kobakan kecil di samping lo buat apa?" Perintah Baron mengingatkan.
Adheeva menyengir tanpa dosa. Sesudah ia menyelupkan tangannya ke kobakan kecil yang telah disediakan barulah ia menyuap nasi dan juga udang goreng tersebut. Mereka berdua makan dengan sangat lahap.
🔹🔹🔹
Adheeva baru saja keluar dari mandi sehabis menyegarkan dirinya. Ia duduk di tepi ranjanya dan membuka ponselnya yang terkunci dengan kata kuncinya empat angka yang selalu ia ingat.
Ia memilih galeri dan menemukan foto-foto saat dirinya dan Baron masih kecil. Wajah-wajah lugu dan polos terdapat di wajah mungil mereka. Adheeva tersenyum lebar mengingat masa-masa itu. Baginya tidak ada yang lebih baik dari dia.
"Gue harap kita bisa terus sama-sama kayak gini," gumam lirihnya.
Belum ada 5 menit dering telepon terdengar dari ponselnya. Tertera dengan jelas namanya.
"Panjang umur lo Ron," tawa renyah terdengar dari Adheeva.
"Ha? Kenapa? Lo lagi mikirin gue ya?" Tanya Baron dari seberang telepon dan juga suaranya yang mengejek.
"Bukan gitu ya, tadi cuma iseng lihat foto kita waktu kecil. Terus lo nelpon gue," terangnya menutupi kebohongannya.
"Oh... jangan keseringan ngeliatin foto gue, pesona gue terlalu indah buat lo lihat," ucap Baron dengan kekehan kecil.
"Masnya jangan kebanyak gaya ya, wajah di bawah rata-rata aja bangga," ucap Adheeva penuh dengan nada ejek.
"Wajah di bawah rata-rata aja banyak yang suka sama gue, apalagi kalau di atas rata-rata."
Adheeva mencibir dalam hati.
Sombong."Kok lo ngeselin sih," gerutu Adheeva.
"Baru tau lo?" Sahut Baron yang senang karena berhasil membuat Adheeva kesal.
Tuut..tuut..tuut..
Panggilan terputus, ah tidak Adheeva sengaja memutus panggilan tersebut. Mood yang tadinya bagus sudah menjadi buruk karena orang yang sama.
Di sisi lain Baron tertawa dengan keras melihat panggilannya terputus secara sepihak. Mengerjai dan membuat Adheeva kesal sudah menjadi hobinya. Ia merasa senang telah membuat Adheeva kesal, dengan wajah yang cemberut, wajah yang memerah menahan amarah, dan hidungnya yang mengembang menambah Baron tertawa hingga perutnya sakit.
"Gue suka kalau lihat lo cemberut Va," ujar Baron melihat wallpaper ponselnya.
Jangan tanya lagi, wallpaper Baron ialah foto Adheeva yang sedang cemberut yang ia peroleh diam-diam saat sahabatnya itu sedang marah kepadanya.
⛤⛤⛤
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour
Teen FictionBaron Dakara Arganta Adheeva Bila Afsheen Dua orang sahabat yang sudah menjalin hubungan persahabatan yang cukup lama. Beda sekolah tidak menyebabkan mereka menjadi renggang. Walaupun keduanya termasuk orang yang sibuk, tapi mereka menyempatkan dir...