CHAPTER 6

304 193 280
                                    

SELAMAT MEMBACA
SILAHKAN MENIKMATI KISAH KLASIK MEREKA.

Semalam ia langsung tertidur pulas. Adheeva menunggu balasan tersebut hingga terlelap. Sinar mentari sudah memenuhi sudut kamarnya. Untung saja hari sabtu, jika tidak ia akan terlambat. Adheeva merentangkan kedua tangannya yang sudah menjadi rutinitasnya sehabis bangun tidur. Ia menyibakkan selimutnya dan pergi mengambil handuk untuk segera menyegarkan tubuhnya.

"Anak gadis kok bangun siang," omel Widya yang melihat anaknya baru saja muncul dihadapannya.

"Maaf bun, abis kecapean," sahut Adheeva sambil menyuapkan sarapan nasi dengan lauk ikan goreng yang disiapkan oleh Bundanya.

"Oh iya Va, kamu nanti gak ada janji keluar kan?" Tanya Bunda.

Adheeva menggeleng cepat. "Kenapa Bun?"

"Nanti temenin Bunda ke pasar, biar kamu tau gimana pasar. Masa udah mau lulus SMA gak pernah ke pasar," sindir Bundanya yang selalu mengingatkan Adheeva tentang hal ini.

Bukannya Adheeva tidak mau ke pasar. Tapi ia selalu mager, ya virus yang harus ia kalahkan adalah tingkat kemageran Adheeva di luar batas.

"Lain kali aja ya Bun," tolak Adheeva dengan nada memelas.

Widya menggeleng. "Enggak ada penolakan buat kali ini. Terakhir kali Bunda nyuruh kamu ke pasar buat beli jahe, kamu malah beli kunyit," Adheeva mengingatnya.

"Salah penjualnya lah Bun, masa aku yang disalahin?" Pembelaan diri.

"Gak ada alasan lagi kamu kali ini. Cepat ganti baju, Bunda tunggu," perintah Widya dengan membereskan piring-piring yang sudah kering sehabis di cuci.

Adheeva berjalan malas untuk mengganti bajunya. Niatnya untuk bermalas-malasan gagal total. Ia harus merelakannya. Dengan asal ia mengambil setelan baju santai yang ada di lemarinya.

"Nah gini kan kamu cantik. Dari pada di rumah, pakai baju tidur," entah ini pujian atau sindiran yang keluar dari Bundanya.

Mereka berangkat menuju pasar tradisional yang lumayan dekat dengan rumahnya. Widya memasuki pasar bersamaan dengan Adheeva yang mengekorinya.

"Bunda mau masak apa sih hari ini? Perasaan bahan-bahan masak masih banyak di kulkas," ucap Adheeva yang mengamati Bundanya sedang sibuk mengelilingi pasar untuk menemukan penjual yang ia cari.

"Bunda mau nyoba masak nasi kebuli. Kamu tau gak nasi kebuli itu apa?" Tanya Widya yang memandang Adheeva intens.

Adheeva menyengir tanpa dosa.

"Makanya belajar masak biar tau. Nasi kebuli itu kayak nasi bumbu. Jahe, kapulaga, santan, sereh, kayu manis, banyak pokoknya," ucap Widya menjelaskan apa itu nasi kebuli. Nasi kebuli merupakan hidangan nasi berbumbu yang mempunyai citarasa gurih. Dimasak dengan kaldu daging kambing dengan rempah-rempah yang berlimpah. Biasanya disajikan dengan irisan daging kambing serta kismis untuk memperlezatnya.

"Kok ada jahenya Bun?" Tanya Adheeva yang mengingat ia tidak suka dengan bau jahe yang menurutnya menyengat dihidungnya.

"Namanya aja nasi kebuli Va. Kamu pasti suka, Bunda pastiin deh," jelas Widya yang kini sedang memilah beberapa rempah-rempah.

"Semoga aja," gumam Adheeva lirih.

Adheeva mengamati satu persatu rempah-rempah yang tertata rapi di rak-rak yang terbuat dari kardus. Menurutnya sama saja, dari bentuk, warna, dan ukuran. Apa yang membedakan? Adheeva menggeleng. Pusing. Seiring waktu ia juga akan akan mengerti bukan?

Widya dan Adheeva berada di pasar tersebut cukup lama. Kedua kaki Adheeva terasa akan patah. Padahal baru setengah jam lebih. Kalau ini mall pasti Adheeva akan dengan senang hati mengelilingi mall tersebut hingga berjam-jam.

"Bun? Udah belum?" Tanya Adheeva dengan kaki yang ia hentakkan untuk mengurangi pegalnya.

"Udah. Gini aja udah cape kamu," ejek Widya. "Dasar anak sekarang ya, giliran di pasar kayak gini ngeluh. Eh di mall betah lama-lama," timpal Widya kepada anaknya.

Adheeva menghembuskan napas berat.

🔹🔹🔹

Baron sedang mencari kuci motornya yang tiba-tiba menghilang. Kamarnya seperti kapal pecah. Bantal, guling dan selimut tercecer di lantai karena mencari satu barang.

"Mah, lihat kunci motor Baron gak?" Teriak Baron yang baru saja keluar dari kamarnya dan melihat Mamahnya duduk selonjoran di sofa depan tv.

"Gak lihat, biasanya kamu taruh di mana?" Sahut Sandra yang sibuk menonton tv acara kesukaannya.

"Aku taruh di meja belajar kamar, tapi ini gak ada." Baron sibuk mengobrak-abrik seisi ruang keluarga.

"Cari yang teliti dulu mas," perintah Sandra.

"Udah Mah. Semua udah aku obrak-abrik tuh," sahutnya yang sudah pusing.

"Awas aja ya kalau Mamah nemuin kunci kamu,"ucap Sandra menuju kamar Baron untuk mencari kunci motor.

"MAMAH UDAH BERSIHIN KAMAR KAMU TADI! KENAPA JADI BERANTAKAN GINI MAS-MAS," teriak histeris Sandra yang melihat kondisi kamar anaknya. Padahal ia baru saja membersihkan kamar ini 20 menit yang lalu.

Baron menggaruk kepalanya yang sebernarnya tidak gatal. "Ya kan Baron nyari kunci motor Mah," ucapnya untuk membela diri dari kemarahan Sandra.

"Kamu ya! Kalau Mamah nemuin kunci motor kamu awas aja," peringat Sandra yang tengah sibuk melipat selimut tebal yang tadi tercecer di lantai.

"NAH INI APA? MAKANYA KALAU NYARI PAKAI MATA TOH MAS," ucap Sandra yang berhasil menemukan kunci motor Baron yang terletak di dalam sarung bantalnya.

"Kok ada di sini? Perasaan Baron taruh di meja," kata Baron kebingungan.

Sandra menggeleng kewalahan. Kebiasaan Baron jika mencari sesuatu dengan mulut. Bukan dengan matanya.

"Kamy mau ke mana sih? Tumben udah rapi," selidik Sandra yang melihat penampilan anak bungsunya.

"Mau keluar bentar," balas Baron merapikan beberapa helai rambutnya yang sedikit berantakan.

"Sama siapa?"

"Sejak kapan Mamah jadi kepo," goda Baron kepada Mamahnya.

"Ditanyain sama orang tua malah kayak gitu," gerutu Sandra.

"Baron pamit dulu Mah, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati Ron jangan ngebut bawa motornya!" Teriak Sandra yang dibalas dengan jempol yang terangkat di udara.

Baron telah sampai di sebuah cafe. Semerbak bau khas kopi memanjakan indra penciuman. Bunyi bel pertanda ada orang masuk diiringi dengan Baron memasuki cafe tersebut. Kedua matanya sibuk mencari seseorang.

"Sorry gue baru dateng. Udah lama?" Tanya Baron kepada lawan bicaranya yang sudah duduk sedari tadi.

Lawan bicaranya memasang wajah manis. "Gak apa, gue juga barusan dateng."

⛤⛤⛤

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN❤

Premier Amour Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang