CHAPTER 9

274 145 289
                                    

SELAMAT MEMBACA
SILAHKAN MENIKMATI KISAH KLASIK MEREKA.

Selepas pertandingan yang cukup melelahkan. Kini Baron bisa berkumpul bersama teman-temannya di salah satu warung tenda kecil yang biasanya dijadikan tempat nongkrong bagi remaja-remaja seusianya.

"Ron, lo gak punya niatan ngelepas masa bakti kejombloan?" tanya Orlan Arsa Bramanty-- dengan kekehan kecil mengejek temannya.

"Gak. Males gue, lagi pula hidup gue juga udah indah tanpa pacar," ucap Baron enteng sambil menyeruput kopi hitam yang cukup pahit.

"Iya lah indah! Lo udah punya Adheeva, sahabat rasa pacar mah beda rasanya ya kan Ron," tebak Wizky Mahendra Caraka-- yang mempunyai badan yang bisa dibilang paling gendut diantara yang lainnya.

Tawa meledak kini mengejeknya. Baron hanya tersenyum remeh. Omong-omong soal Adheeva. Ia dari tadi belum berbicara dua harian dengan Adheeva. Karena padatnya jadwal latihan serta bedanya sekolah membuat dua orang itu belum sempat mengobrol menghabiskan waktu seperti biasanya.

"Lo mau nambah lagi gak Lan?" Wizky beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil lagi beberapa gorengan yang sedari tadi membuat air liurnya menetes.

"Bakwan ae satu," sahut Orlan sambil memasukkan lilitan mie goreng yang sudah siap ia makan. Aroma mie goreng tidak akan ada yang bisa menyangkal.

Baron masih sibuk mengaduk-aduk kopi yang hanya tersisa ampasnya. Pikirannya melayang entah ke mana. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel warna hitamnya. Jam sepuluh lewat lima belas menit, tertera di layar ponselnya.

Suara klakson-klakson menambah suasana menjadi semakin ramai. Ditambah lagi malam minggu. Baron menatap nanar seseorang yang ia jadikan sebagai wallpaper dari ponselnya.

"Kalau suka bilang sama orangnya," celetuk Iqbal Javas Kaivan--yang baru saja datang.

"Sok tau lo. Dari mana aja, jam segini baru dateng," sahut Baron sesudah mengembalikan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Biasa. Malam mingguan dulu sama pacar," balas Iqbal dengan mengambil pisang goreng.

"SOMBONG!!" seru Wizky.

"Sombong-sombong gini juga laku. Dari pada lo, gebetan ae kagak punya." Pernyataan Iqbal membuat Wizky cemberut.

"MAKAN TUH SOMBONG!" seru Orlan yang tiba-tiba menyumpal mulut Iqbal dengan bakwan yang masih panas.

Dengan refleks Iqbal mengunyah dan menghabiskan bakwan yang masih panas. Lidahnya berasa mati mengunyah sesuatu yang baru saja di tiriskan dari penggorengan.

"GOBLOK! LIDAH GUE NJIR," bentak Iqbal dengan tangan yang ia kipas-kipaskan di lidah yang Iqbal julurkan.

Tawa meledak membuat orang-orang di sekitar Baron, Orlan, Wizky, dan juga Iqbal memperhatikan mereka berempat.

"Mau ke mana Bal?" tanya Wizky yang melihat Iqbal beranjak dari tempat duduknya.

"Balik. Mau tidur gue," sahut Iqbal yang sudah berlalu sambil melambaikan tangan seperti seorang model.

"YE DASAR! GILIRAN GADANG BAE KAGA BISA LO!" ejek Orlan dengan setengah berteriak.

🔹🔹🔹

SMA Gelora Bangsa. Jam istirahat adalah hal yang paling ditunggu-tunggu bagi semua siswa siswi. Kantin seketika menjadi padat dan saling berdesakkan tak karuan. Meja-meja sudah terpenuhi dengan sendiri. Dari arah pintu masuk kantin, segerombolan para most wanted  Gelora Bangsa baru saja datang. Dari mulai kelas X hingga Xll. Dari yang biasa hingga yang luar biasa ketampanannya.

Baron, Orlan, Wizky, Iqbal yang merupakan most wanted dari kalangan kelas 11 kini sedang menempati meja paling pojok sendiri untuk dijadikan tempat nongkrong mereka.

Teriakan heboh terdengar ke seluruh penjuru kantin saat cewek yang Wizky sukai baru saja melewati meja mereka.

"ACIEE RAISA KEMARIN BALES CHAT LO KAN KY?" seru Orlan yang kemarin melihat ponsel milik Wizky.

"BAU-BAU PJ BRO, JANGAN LUPA GUE YANG PALING BANYAK!!"

Raisa berjalan cepat untuk menghindari celetukan dari mereka. Malu. Raisa--anak kelas 11 IPA 1 yang memang sedang dekat dengan Wizky.

Mereka saling menggoda Raisa dan Wizky.

"Kasian woy. Anak orang jangan lo godain," ujar Baron dengan memainkan ponselnya.

"Siap kapten. Sorry Sa, tapi jangan lupa ya? PJ!" seru Orlan.

Orlan memang sangat jahil diantara yang lainnya. Iqbal dan Baron hanya menggeleng kecil dengan kelakuan temannya itu. Sedangkan Wizky hanya tersenyum jengkel ingin membunuh Orlan.

Suara nada dering terdengar dari ponsel hitam milik Baron. Ia menghentikan acaranya bermain game.

Adheeva

Nama yang tertera di layar ponselnya.

Tanpa menunggu lama. Baron langsung mengangkat panggilan dari Adheeva.

"Kenapa Va?"

"Gak apa-apa sih. Lo bisa bantuin gue gak Ron?" Nada memelas dari Adheeva.

Alis Baron mengerut cepat. "Apa?"

"BANTUIN GUE NGERJAIN MATEMATIKA, GUE ADA REMIDI NIH!"

Seketika Baron mengusap wajahnya gusar. Ada-ada saja.

"Ya udah buru. Lo kirim di wa aja," sahut Baron yang merasa kasihan. Adheeva memang lemah dengan segala sesuatu yang bersangkutan dengan angka. Sedangkan Baron sangat suka. Berbanding terbalik.

"MAKASIH RON! EMANG SAHABAT GUE DEH LO," puji Adheeva dengan setengah teriak membuat Baron sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga.

Baron menanggapi seadanya dan langsung menutup panggilan secara sepihak.

"Adheeva?" tebak Iqbal yang masih memperhatikan ponselnya dan sibuk dengan gamenya.

"Gue kadang bingung sama kalian. Lo gak ada rasa gitu sama Adheeva?" tanya Iqbal terus menerus yang membuat Orlan dan Wizky juga mengangguki secara serempak.

"Bohong banget kalau lo gak ada perasaan apa pun ke Adheeva." timpal Orlan.

"Secara Adheeva kan cantik. Ya walaupun dia sedikit bawel," ujar Wizky.

Baron tersenyum tipis mendengar pernyataan dari Wizky. Memang benar kalau Adheeva bawel.
Sudah bawel, banyak mau lagi.

"Atau jangan-jangan," Orlan serius menatap Baron. "Lo gak doyan sama cewek," tuduh Orlan yang langsung mendapat jitakan dari Baron.

"Goblok! Gue masih normal njir," Baron tak terima.

"Ya kan siapa tau," sahut Orlan dengan mengusap pelan kepalanya yang mendapat jitakan ganas.

"Tapi bener lo gak ada rasa sama Adheeva Ron?" Iqbal masih saja ingin tau--kepo.

"Lo kenapa nanya-nanya begitu ha?" Baron bingung dengan segala pertanyaan yang terlontar dari Iqbal.

"Gak kenapa-kenapa. Gue cuma tanya," sahut Iqbal enteng sambil memakan siomaynya kembali.

Baron hanya menggumam tidak jelas.

Orlan dan Wizky juga sedang sibuk menggoda adik kelas yang baru saja melewati mejanya. Bersiul-siul, dan mengucapkan kata-kata rayuan seribu. Jika ditanya mengapa mereka melakukannya? Pasti akan di jawab. Hanya untuk hiburan semata, biar hidup lo gak lurus-lurus amat. Aneh.

Bel pertanda istirahat sudah selesai terdengar ke seluruh koridor sekolah. Dengan cepat, semua siswa siswi segera memasuki kelasnya masing-masing. Ada yang langsung menuju kelas dengan membawa es teh yang masih tersisa banyak. Ada juga yang santai-santai tetap melanjutkan kebutuhan hidup mereka--makan untuk mengisi energi. Dan ada juga yang memang sudah berniat untuk bolos walaupun mereka tahu, guru BK akan segera berkeliling mencari murid-murid yang bandel.

⛤⛤⛤

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN❤

Premier Amour Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang