CHAPTER 19

61 11 28
                                    

SELAMAT MEMBACA.
SILAHKAN MENIKMATI KISAH KLASIK MEREKA.


"Jaga dulu perhatianmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jaga dulu perhatianmu. Agar tak ada hati yang kecewa."

🔹️🔹️🔹️

Rintik mengetuk kaca jendela Adheeva. Sudah 1 jam berlalu, tetapi hujan belum juga menampakkan reda. Adheeva lebih memilih duduk santai di depan laptop yang menyala. Menikmati setiap denting hujan dengan sebuah lagu yang mengalun.

Adheeva mematikan laptop yang sedari tadi menyala. Ia berganti tempat menuju sofa kecil yang berhadapan dengan kaca jendela yang masih menampakkan hujan. Secangkir teh hangat yang Adheeva buat sudah mendingin di makan waktu. Tetapi tetap saja Adheeva meminumnya.

Belakangan ini komunikasi Adheeva dan Baron sedang dalam kondisi yang renggang. Adheeva ingin menjauhkan segala perasaannya kepada Baron. Berusaha sebaik mungkin, untuk tertawa, tersenyum seperti di masa dulu tanpa mengikut sertakan perasaan.

Adheeva mengembuskan napas panjang. Ia berusaha membuat dirinya lebih rileks. Suara ketukan pintu kamar Adheeva terdengar. Suara kenop pintu yang terputar, dilihatnya Bunda Adheeva yang baru saja masuk.

"Kenapa Bun?" tanya Adheeva dengan nada sopan.

"Bunda kira kamu tidur. Ternyata gak," terdengar suara kekehan dari Bunda.

Memang biasanya jika hujan turun Adheeva akan tidur di dalam selimutnya. Sampai hujan berhenti baru Adheeva akan bangun.

"Lagi gak pengen tidur Bun, cape tidur terus," jawab Adheeva dengan menghadap ke arah Bundanya.

"Kalau lagi masalah, cerita aja ke Bunda." suara lembut Bunda mampu mengalihkan ke fokusan Adheeva yang semula ke arah air hujan yang menetesi setiap kaca jendelanya.

"Gak kok, Adheeva gak ada masalah. Emang kenapa Bun?" Adheeva mencoba untuk menutupi segala yang mengganjal hatinya belakangan ini.

Bunda tersenyum menanggapi jawaban dari anaknya.

"Alhamdulillah kalau gitu. Ya udah, Bunda keluar lagi ya." pamit Bunda menjauh dari hadapan Adheeva.

Belum ada 5 menit. Adheeva memanggil Bunda.

"Bun? Adheeva salah gak, kalau ngejauh dari Baron?" Adheeva merasa jenuh jika harus berbasa-basi. Lebih enak to the point bukan?

"Tergantung. Alasan kamu menjauh dari dia apa," sahut Bunda kembali duduk di tepian ranjang Adheeva.

"Alasannya? Adheeva merasa terlalu bergantung ke Baron Bun." Adheeva menunduk. Ia merasa terlalu egois.

"Jadi? Kamu mau jaga jarak dulu sama Baron?" Bunda menyahut dengan senyum yang menghiasi wajahnya yang terlihat semakin menua di makan umur.

Premier Amour Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang