CHAPTER 13

176 77 161
                                    

SELAMAT MEMBACA
SILAHKAN MENIKMATI KISAH KLASIK MEREKA.

"Satu hal yang aku inginkan. Tetaplah bersama ku. Menjadi teman terbaik dalam hidupku."

🔹🔹🔹

Hari ini matahari bersinar dengan terang, tanpa ada penghalang. Begitu pula dengan Adheeva dan Baron. Mereka sedang berjalan pagi--di area taman yang biasanya dijadikan tempat ber-jogging ataupun hanya untuk melepas kelelahan sehabis beraktivitas. Dari anak kecil hingga yang sudah berumur menyempatkan diri untuk sekedar berjalan santai dengan menghirup udara yang sangat bersih. Pepohonan dan juga tempat duduk yang terbuat dari kayu menambah kesan santai bagi yang berkunjung ke sini.

Adheeva baru saja selesai memutari taman sebanyak 3× dan juga sudah menggowes sepeda yang sudah terparkir manis di sebelahnya. Adheeva masih meluruskan kakinya, dan juga membuka tutup botol air mineral. Sedangkan Baron masih tetap melanjutkan larinya. Butuh waktu 20 menit untuk Baron menyelesaikan acara larinya.

"Minta minum Va," pinta Baron dengan kaki yang ia selonjorkan dengan napas yang ngos-ngosan.

"Udah abis," sahut Adheeva dengan mengangkat tinggi-tinggi botol minum berwarna hijau tosca yang sudah kosong--tak terisi.

"Gak bawa lagi?" tanya Baron dengan muka yang nelangsa. Tenggorokannya sudah seperti di gurun pasir. Kering.

Adheeva menggeleng kecil dengan kekehan kecil. "Emangnya lo gak bawa sendiri? Biasanya juga bawa," ujar Adheeva yang mengingat-ingat.

"Lupa." Baron beranjak dari tempat selonjoran untuk membeli air mineral.

"Mau beli air? Sekalian dong Ron, beliin juga." Adheeva menyengir tanpa rasa malu.

"Nggak. Beli sendiri, punya kaki kan?" tolak Baron mentah-mentah sambil berjalan menjauhi Adheeva.

"Dasar pelit! Ntar kuburannya sempit baru tau rasa," teriak Adheeva dengan kesal.

Adheeva terus saja mengomel sendiri--seperti ibu-ibu.

Dasar gak peduli
Dasar orang pelit
Dasar orang ngeselin!

Adheeva menekuk lututnya, kedua tangannya ia jadikan tumpuan untuk sandaran kepalanya. Bosan. Semilir angin menerpa wajah mungilnya. Keringat yang awalnya ada sekarang sudah menghilang dengan sendirinya, karena terkena angin yang cukup menyejukkan.

Adheeva memejamkan mata dengan posisi yang masih sama. Hingga sesuatu yang dingin menyentuh pipinya.

Satu botol air mineral.

"Lo emang kebo banget ya Va," kata Baron sambil duduk di sebelah Adheeva.

Adheeva mengucek matanya--nyawanya belum terkumpul dengan sempurna.

"Nggak ya. Tadi cuma merem bentar," pembelaan diri seorang Adheeva.

Baron mengangguk mengiyakan saja. "Nih, gue beliin. Gak ada ucapan makasih gitu?" Baron menempelkan botol air mineral ke pipi Adheeva, lagi.

"Makasih," ucap Adheeva yang penuh penekanan disetiap katanya.

Adheeva membuka tutup botol dan dengan cepat meminumnya. Tetapi dengan jahil Baron menarik botol minuman Adheeva yang membuat airnya sedikit tumpah.

"RON! KAN JAHILNYA KAMBUH!" teriak Adheeva dengan memukuli lengan Baron.

"Udah lama kan, gue gak jahilin lo." Tanpa rasa bersalah Baron mengucapkannya.

"Dasar, untung gue baik. Kalau nggak ..."

"Kalau nggak kenapa?" Baron mendekatkan wajahnya ke Adheeva. Dengan wajah menantang.

Premier Amour Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang