SELAMAT MEMBACA
SILAHKAN MENIKMATI KISAH KLASIK MEREKA.Seminggu belakangan ini tim basket kebanggaan SMA Merdeka sedang berlatih secara rutin untuk menghadapi pertandingan persahabatan dengan SMA lain. Jam pelajaran yang telah usai membuat sebagian besar siswi SMA Merdeka dengan sengaja terlebih dulu menonton tim basket sekedar untuk memberi semangat atau bahkan melihat ketampanan anggotanya.
Pritt...
Suara peluit terdengar pertanda latihan telah selesai. Zafran datang menghampiri Adheeva yang sedang menonton dari kursi yang telah disediakan.
"Belum pulang Va?" Tanya Zafran dengan menyeka keringatnya dengan handuk kecil yang mengalungi lehernya. Zafran merupakan anggota penting dalam tim basket kebanggaan SMA Merdeka.
Zafran Evano. Ia memiliki peran di kesatuan tim basket SMA Merdeka menjadi shooting guard. Salah satu pemain yang dipilih karena memiliki kelihaian dalam menembak dari berbagai posisi di dalam lapangan dan memiliki gerakan yang kreatif sehingga sulit dijaga dalam pertandingan. Salah satu posisi standar, tetapi juga memiliki pengaruh yang besar bagi kemenangan tim.
"Belum." Adheeva membenarkan tali sepatunya yang terlepas.
Zafran mengangguk. "Besok lo dateng kan?" Tanya Zafran sambil membuka tutup botol.
"Iya dong. Kan gue selalu dukung sekolahan," Adheeva dengan semangat menggema.
"Dukung gue juga gak?" Tanya Zafran dengan kekehan kecil.
"Eh? Ah iya dong. Lo harus semangat biar sekolahan kita menang!" Zafran menanggapinya dengan senyum yang nampak di wajahnya yang ramah.
"Iya Va, doain ya," pinta Zafran dengan senyuman tulus.
"Pasti. Gue pulang duluan ya Zaf, semangat buat besok." Adheeva beranjak dari tempat duduknya dan berlalu pergi meninggalkan Zafran seorang diri.
Sebelum Adheeva benar-benar pergi. Ia membalikkan badan dan melihat Zafran yang membelakanginya. Satu senyuman terukir di wajah mungilnya. Baginya Zafran merupakan seorang yang ramah, baik, sekaligus bisa mengerti akan kemauannya. Tetapi tetap saja. Baron yang paling mengerti akan dirinya.
Mengingat Baron, Adheeva membuka ponselnya dari saku jaket yang ia pakai. Satu pesan yang yang sudah dari tadi ia kirim belum terbalas. Mungkin Baron sedang sibuk. Adheeva harus memakluminya. Adheeva memanggil nomor Widya sang Bunda untuk menjemputnya hari ini.
🔹🔹🔹
Baron sedang duduk di tepian lapangan sekolahnya. Ia baru saja selesai berlatih basket dengan timnya untuk pertandingan besok. Pertandingan tahun ini akan diadakan di SMA Gelora Bangsa. Baron mengusap keringatnya yang masih tersisa di dahinya. Lelah. Satu kata yang mampu dirasakannya. Ia ingin segera tidur untuk menyegarkan tubuhnya kembali.
Baron sudah duduk di tepian ranjangnya. Ia baru saja selesai mandi. Rambutnya saja masih basah. Baron mengambil ponselnya yang tergeletak di sisi ranjang sebelahnya. Ia membuka WhatsApp nya. Dan membuka salah satu chat yang belum ia baca dari tadi.
Baron mengetikkan sesuatu ke ponselnya. Dan ia segera merebahkan tubuhnya ke ranjang untuk segera tidur.
Jam demi jam telah berlalu kini semua orang tampak antusias. SMA Gelora Bangsa sudah menyiapkan segala yang dibutuhkan karena menjadi tuan rumah. Begitu pula dengan tim lawan.
Baron dan juga teman-temannya sedang berdiskusi dan mendengarkan arahan dari guru serta pelatih mereka.
"Ron? Siap kan lo?" Tanya Afkar sambil menepuk bahu adik kelasnya itu. Baron mengacungkan jempolnya.
Kelima orang yang sudah siap untuk melawan tim yang akan beradu dengan mereka. Sorakan-sorakan terdengar nyaring. Seluruh siswa-siswi SMA Gelora Bangsa mengerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk mendukung timnya. Dari sebelah kiri, datang juga lima orang dari SMA Merdeka. Ya, mereka akan segera memulainya.
Semua siswa-siswi SMA Gelora Bangsa dan SMA Merdeka sudah saling mendukung timnya masing-masing. Begitu pula dengan Adheeva yang duduk di salah tribun. Adheeva menyoraki tim dari sekolahnya.
"AYO MERDEKA! AYO MERDEKA!"
"MERDEKA MENANG. MERDEKA MENANG!"
Tak mau kalah penonton Gelora Bangsa kini juga menyuarakan dan saling beradu suara.
"GELORA BANGSA BISA!"
Heboh. Itu lah yang kini dirasakan. Spanduk-spanduk besar yang dengan sengaja dibentangkan. Suara terompet-terompet, dan juga suara teriakan yang terus menerus menyemangati tim masing-masing.
Sedangkan itu di dalam lapangan masih terlihat normal-normal saja. Baron membuat ancang-ancang ketika Afkar--kakak kelas yang juga memiliki posisi kapten ini memberikan bola basket kepadanya. Dengan sigap Baron berhasil menangkapnya dan melakukan shooting ke arah ring basket. Dan.
"YEAY!!"
Teriakan heboh terdengar dari para pendukung Gelora Bangsa ketika tim kebanggannya menduduki posisi untuk kali ini. Permainan semakin sengit. Baron dan Zafran kini saling berebut untuk bisa memasukkan bola ke dalam ring. Menit demi menit kedua tim saling memberikan poin. Kedudukan seimbang yaitu 40-40 dengan waktu yang tersisa tinggal 5 menit lagi.
Semua pendukung tampak melafalkan doa untuk timnya masing-masing. Adheeva pun begitu.
"LO PASTI BISA ZAF!"
Seruan Adheeva yang cukup keras membuat Zafran menoleh dan memberikan senyum yang selalu Adheeva rindukan. Baron mendengarnya. Mendengar semuanya.
Zafran? Pikirannya melayang. Apakah mungkin Zafran yang selama ini diceritakan oleh Adheeva adalah orang yang pernah ia bantu.
Baron mengamati Adheeva yang masih sibuk memberikan senyuman. Senyuman yang seharusnya menjadi miliknya.
"RON FOKUS!" Afkar meneriaki Baron yang sedang tidak fokus karena suatu hal.
Hingga suara peluit berbunyi.
Pritt...
SMA Merdeka memenangkan pertandingannya kali ini dengan skor yang cukup memuaskan 42-40.
"RON!"
Baron yang mendengar teriakan satu timnya dengan segera menghampirinya.
"Lo kenapa sih?" Tanya Adnan--kakak kelasnya.
"Gak apa-apa Bang, sorry tadi gue kurang fokus." Baron merasa bersalah.
Adnan hanya mengumam tidak jelas.
"Ya udah gak usah dipikirin. Yang penting kita udah berusaha," ujar Afkar menenangkan teman-temannya. Afkar menepuk bahu Baron dan berlalu meninggalkannya.
🔹🔹🔹
Tim Gelora Bangsa saling menyanyikan yel-yel kebanggan mereka. Dukungan demi dukungan mereka berikan sepenuh hati.
"GELORA BANGSA MENANG AYE-AYE!"
Teriakan pendukung Gelora Bangsa masih terdengar walaupun pertandingan sudah selesai.
"Selamat ya Zaf," ujar Adheeva sambil memberikan sebotol air mineral.
"Makasih juga Va," balas Zafran dengan mengambil pemberian Adheeva.
Mereka berdua saling tersenyum diantara banyaknya suara pendukung yang masih terdengar.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat keakraban mereka berdua dengan wajah yang sulit diartikan. Cemburu? Tidak punya hak.
⛤⛤⛤
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour
Teen FictionBaron Dakara Arganta Adheeva Bila Afsheen Dua orang sahabat yang sudah menjalin hubungan persahabatan yang cukup lama. Beda sekolah tidak menyebabkan mereka menjadi renggang. Walaupun keduanya termasuk orang yang sibuk, tapi mereka menyempatkan dir...