Chapter 1| Maybe

168 9 2
                                    

Bel sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, namun masih saya banyak siswa yang baru saja memasuki gerbang, tentunya dengan berbagai ekspresi mulai dari panik, bingung, santai, memelas dan lainnya.

Beberapa mereka memasang wajah memelas dilengkapi dengan puppy eyes-nya, berharap akan terbebas dari jeratan si penegak disiplin, mungkin saja bisa tapi tidak dengan hari ini. Penegak disiplin yang berdiri didepan gerbang bukan sembarang siswa, melainkan wakil ketos di SMA Merdeka. Meskipun hanya wakil, dialah yang paling tegas apalagi tentang kedisiplinan.

Agnetha Hazel Altezza, panggil saja di Hazel, siswa kelas 11 yang sedang menjabat sebagai Wakil Ketua Osis 1. Dialah yang sangat menjujung kedispilan, apalagi disekolah ini.

"Dek gue itu senior disini, jadi jangan sok ngatur gue ya!!" bentak cewek yang mengaku kakak kelas Hazel

"Gue nggak ngatur lu, gue cuma mau nulis nama lu" jawab Hazel santai

"Mentang-mentang jadi Wakilnya si Arka lu berasa bisa ngatur gue gitu? Hahaha.. ngimpi aja sono" ujar kakak kelas itu lagi

Hazel yang ndengarnya hanya bisa tersenyum tipis "Bilang aja lu takut kena hukuman"

"Apa lu bilang?"

"Hey apa nih ribut-ribut?" tanya Arka si ketos yang baru datang

"Eh Arka, ng-ngapapa kok dek" jawab si kakel cengar-cengir, tanpa menunggu inturpsi lagi kakel itu langsung menyambar bolpoin yang dipegang Hazel dan langsung menulis namanya di catatan kedisiplinan. Dengan raut wajah sok lugu nan polos kakel itu langsung berlalu pergi.

"Gila.. Punya kepribadian ganda kali tuh kakel" kata Hazel sambil geleng-geleng tak percaya

"Emang kenapa zel?" tanya Arka yang tak tau menau tentang perdebatan tadi

"Kepo amat sih lu jadi ketos" jawab Hazel ketus dan langsung medapatkan tatapan tajam dari Arka

"Apa lu liat-liat gue, suka?" tanya Hazel

"Idih mending gue ciuman sama pantat gajah, dari pada suka sama lu" kata Arka sambil berlalu pergi meninggalkan Hazel dan anggota Osis lainnya.

Setelah yakin bahwa tak akan ada murid lagi yang datang, semua anggota Osis pergi meninggalkan gerbang utama, kecuali Hazel. Ya Hazel sekarang sedang celingukan mencari handphone nya yang tak kunjung ketemu.

Satu kali

Dua kali

Tiga kali

Dan untuk kesekian kalinya ia menyusuri jalan disekitar gerbang utama. Tapi hasilnya nihil, Hazel tak menemukan handphone nya, bahkan jejak dari handphone nya saja tak ada.

•••

Gavin sedang berjalan santai di trotoar. Dengan seragam yang dikeluarkan dengan 2 kancing yang sengaja ia buka, ditambah dengan earephone yang ia kenakan sekarang. Lagu-lagu barat bergenre djm, setia menemaninya di perjalanan menuju ke sekolahnya.

Sesekali ia menyanyikan beberapa bait daari lagu yang ia dengar sekarang. Ia melirik jam tangan yang melingar di tangannya, jam yang ia kenakan menunjukan pukul tujuh lewat sepuluh menit.

Gue pastiin gue telat, batinnya

Bukannya berusaha agar tidak terlambat, Gavin sekarang malah lebih memperlambat langkah kakinya itu.

Tak selang beberapa lama handphone yang berada di saku celananya bergetar, tanpa pikir panjang Gavin langsung menatap layar handphone nya itu. Arka si ketos kampret, nama itu lah yang tertera dilayar handphone nya.

"Ya hallo"

"..."

"Emang kenapa?"

"..."

"Rencananya sih gitu, emang kenapa sih? Tumben lu tanya gue"

"..."

"Hah!!, sial ok gue otw sekarang"

Tanpa ba-bi-bu lagi, Gavin langsung berlari menuju SMA Merdeka. Setelah beberapa menit ia berlari, akhirnya ia sampai didepan gerbang utama sekolahnya.

Benar yang ia duga tadi, ia akan terlambat datang. Tapi ini situasi yang berbeda, tadi ia berinisiatif untuk bolos namun setelah Arka menelfonnya ia membatalkan inisiatifnya itu.

Sial, gumam Gavin. Ia menatap gerbang utama yang telah tertutup sempurna. Ia tak kehabisan akal untuk masuk ke sekolahnya.

Ia mengambil ancang-ancang untuk memanjat pagar yang berdiri kokoh dihadapannya itu. Tak butuh waktu yang lama untuk itu, ia sudah setengah jalan menuju bagian atas dari gerbang berwarna hitam itu. Dan bukk....

•••

Setelah lelah mencari dan tak ingin terlambat mengikuti pelajaran pertama, akhirnya ia mau tak mau harus beranjak pergi dari tempatnya berdiri sekarang.

"Ahhhh...." teriak Hazel sambil memegang dadanya.

Sekarang dihadapannya berdiri cowok dengan tampilan yang jauh dari kata rapi. Hazel masih terdiam melihat cowok itu, bukan karena terpesona atau apapun, ia masih syok dengan apa yang baru terjadi tadi.

Ya setelah sampai diatas gerbang utama, Gavin langsung meloncat tanpa melihat keadaan di bawahnya. Dan disinilah ia sekarang, ia berdiri tepat didepan Hazel, ya cewek itu adalah Hazel.

Ia memandang mata coklat pekat yang dimiliki Hazel. Setelah beberapa menit saling menatap, Hazel langsung memutuskan kontak matanya dengan Gavin. Begitupun sebaliknya.

Gavin langsung berjalan melewati Hazel tanpa berkata apapun. Hazel yang melihat Gavin pergi langsung tersadar bahwa cowok yang melangkah menjauh darinya itu telat. Yups.. Telat

"Woy.. Tunggu!!!" teriak Hazel sambil berlari kecil menuju cowok itu

Gavin hanya menoleh dengan tatapan yang sulit di artikan. "Kenapa?"

"Lu tadi telat, jadi lu harus dihukum" kata Hazel saat berada di hadapan cowok itu

Setelah mendengar alasan mengapa cewek itu memanggilnya ia langsung memutar tubuhnya dan berjalan menuju deretan kelas yang berada dihadapannya.

"Gue nggak peduli" jawab Gavin singkat

"Ehh.. Enak aja, lu mau kemana huh? " teriak Hazel, bukannya berhenti seperti yang ia lakukan tadi, Gavin malah meninggalkan Hazel sendiri.

Hazel yang melihatnya hanya bisa mendengus sebal. Lihat aja nanti, gue bakalan nyari lu sampe ketemu, batin Hazel.

Hazel langsung melangkahkan kaki meninggalkan tempat berdirinya sekarang, ia bahkan sampai lupa kalau sekarang ia sudah ketinggalan pelajaran.

V O T E & C O M M E N T

MAYBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang