Chapter 15 | Maybe

45 4 6
                                    

Warning typo guys..

•••

  Hazel duduk disofa kecil didekat jendela besar yang ada diruangan itu. Ia masih sibuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil.

  "Lu kenapa kesini?" tanya Hazel melirik Arka yang diam mematung didekat meja belajar dan memegang bingkai foto sejak tadi

  "Woy" teriak Hazel yang tanpa sadar memecah lamunan Arka "Iya?"

  "Lu ngelamunin apaan sih?" tanya Hazel

  "Emang gue tadi ngelamun ya? Enggak deh perasaan" jawab Arka sekenanya

  "Halah, kagak mau ngaku"

  "Emang kagak kok ya"

  "Serah lu dah"

  Arka berjalan mendekat kearah Hazel dan duduk disamping Hazel yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk pemberiannya itu. Ya Arka ingat betul handuk itu, handuk yang ia belikan untuk hadian ulang tahun Hazel tahun lalu. Mungkin aneh kalau seorang cowok memberi hadian seperti handuk, tapi menurut Arka itu akan membuat si-penerima mengingat-ingat hadiah itu dan benar apa yang dipikirkan Arka hadiahnya akan diingat oleh Hazel, buktinya saja ia mengenakan handuk itu.

  "Sini handuk-nya" perintah Arka, Hazel yang mendengarnya langsung memberikan handuk yang ia pegang ke Arka dan tanpa perintah ia membaliakan badan agar membelakangi si-lawan-bicaranya

  Arka langsung melakukan tugasnya, yaitu mengeringkan rambut Hazel dengan handuk. Dengan sangat telaten ia mengeringkan rambut cewek berkulit putih langsat itu, dengan lembut ia megeringkan rambut sahabatnya itu bagaikan kalau ia sedikit keras mengeringkannya rambut Hazel akan kusut atau rontok, dan ia tak mau itu terjadi.

  Romantis? Memang sebagian orang menggangap itu suatu hal yang romantis, yang biasa dilakukan seorang pria untuk kekasih tercinta tapi tidak bagi mereka, ini sudah menjadi kebiasaan saat salah satu dari mereka baru saja mencuci rambut mereka, mereka pasti akan membantu untuk mengeringkannya karna itu kebiasaan mereka sejak kecil. Terlebih mereka adalah sahabat sejak lahir, bahkan belum lahirpun mereka selalu bersama didalam kandungan.

  "Lu ngapain kesini" tanya Hazel memecah keheningan

  "Kemana? Dikursi? Kamar lu? Apa rumah lu?" brondong Arka

  "Semua"

  "Rakus amat, tanya tuh satu-satu" oceh Arka, padahal ia yang memberondong pertanyaan tadi kenapa Hazel yang disalahkan?

  "Lu tuh rakus" ketus Hazel

  Arka terkekeh melihat sahabatnya itu kesal, bukannya ia jahat atau apa, ia hanya senang melihat ekspresi Hazel saat marah, kebiasaan yang selalu menghiasi wajahnya saat ia dibuat kesal oleh Arka yaitu meng-gembungkan pipi putinya itu, sangat mengemaskan

  "Lu tadi mandi kagak sih?" tanya Arka sambil terus mengeringkan rambut panjang milik Hazel itu

  "Lu pikir, rambut gue basah karna apa huh? Nyemplung kolam ikan?" tanya Hazel ketus

  "Mungkin aja kan" balas Arka singkat

  "Ck, dasar. Emang kenapa lu tanya gitu?"

  "Lu bau asem" cletuk Arka yang langsung mendapatkan lembaran bantal milik Hazel, ia tetawa lepas melihat Hazel yang semakin menunjukan kekesalannya itu

  "Lu tuh bau asem, gue tuh udah mandi pake sabun cair sebotol tau" jelas Hazel

  "Masa?"

  "Iya"

  "Masa sih?"

  "Iya"

  "Oh.. Trus siapa tadi?"

  "Gue"

  "Yang nanya" balas Arka sembari menjulurkan lidahnya dan belari dari amukan Hazel. Hazel tak tiggal diam ia mengejar Arka mengelilingi kamarnya sembari membawa bantal, bersiap untuk perang dunia ke-3

  "Eit lu mau ngapain?" tanya Arka berdiri diatas kasur empuk milik Hazel

  "Eh jangan kesana jorok, kaki lu kotor. Turun nggak" teriak Hazel, ia tidak suka, benar-benar tidak suka apabila ada yang menginjak-injak kasurnya apalagi si-kutu-kupret-Arka, karna apa? Karna ia tau betul kalau Arka itu joroknya nauzubilah, tak ada yang mendapatkan predikat cowok terjorok selain Arka bagi Hazel, ia saja bingung bagaimana Arka bisa menjadi ketua Osis yang sangat amat dikagumi ciwi-ciwi, padahal tingkah lakunya saja seperti orang kesurupan yang harus di rukiah setiap hari, Hazel saja selalu lelah mengadapi mahluk ciptaan tuhan yang satu ini

  "Ogah, gue pengen disini emang kenapa?" tantang Arka

  "Turun ka, nanti kasur gue kotor. Ais... Gue baru ganti tuh seprei jorok!!" teriak Hazel lagi ia benar-benar geram dengan sahabatnya yamg satu ini, awas saja kalau ia berhasil menangkap si kampret itu, ia akan memutilasi seluruh bagian tubuhnya dan melemparkannya ke kandang buaya, eh tunggu, emang buaya mau sama daging Arka? Paling-paling juga keras tuh daging, karna kebanyaakan dosa

  "Halah lu kagak berani kan?" tantang Arka lagi dan sekarang memasang muka songong kebanggaannya itu sembari terus meloncat-loncat diatas kasur

  "Berani gue" balas Hazel cepat, ia tidak suka diremehkan apalagi dengan Arka

  "Halah, gue kagak percaya. Sini kalau berani"

  "Ogah"

  "Berarti lu kagak berani kan?"

  "Jangan nantangin gue, lu"

  "Gue kagak nantangin yaw.. Gue ngomongin fakta kalo lu loncat ke atas kasur aja kagak berani" ucap Arka santai, ini sudah puncak kekesalah Hazel benar-benar puncaknya. Setiap orang punya batas kesabaran termasuk Hazel, ini sudah diluar kesabaran dan entah mengapa Arka selalu saja membuatnya kehabisan kesabaran.

  Hazel mengambil ancang-ancang untuk berdiri diatas kasurnya sendiri, untung saja ia baru saja mandi jadi kakinya bersih, ya walaupun ia harus menganti sepreinya lagi dan lagi karna Arka lagi. Persetan dengan Arka

  Arka terdiam sesaat melihat kenekatan Hazel untuk naik dikasur miliknya itu, ia akan bertepuk tangan setelah Hazel berada didepannya, ini harus diapresiasi, harus, karna apa? Karna ini sanagt amat langkah. Ini mungkin pertama kalinya Hazel mau berdiri di atas kasur, terlebih ia sangat amat memuja yang namanya kerapian dan kebersihan.

  Hazel telah berdiri sempurna diatas kasur, dan langsung dilempari tepukan dan pujian dari Arka, padahal untuk masalah sepele. Hazel bersiap memukul Arka dengan bantal yang ia pegang sedari tadi. Tanpa sengaja kakinya tersandung oleh selimut tebal disisi ranjang. Arka yang melihat Hazel yang hampir terjatuh spontan menariknya untuk mendekat, menariknya kedalam pelukan hangatnya. Sesaat mereka berdua terpaku. Arka bisa melihat wajah Hazel dengan jelas, matanya, hidungnya, bibirnya dan semua yang menghiasi wajah cantik sahabatnya itu. Begitu pula sebaliknya.

  Tanpa sadar ada sebuah rasa aneh yang begejolak dalam dadanya, rasa yang tidak pernah muncul dalam dirinya sebelum ini, bahkan Arkapun tak tau apa yang sedang terjadi dengan dadanya itu.

Hai..hai

Up lagi nih

Mau kasih tau aja, mulai part ini author mau buat part-part yang berisi baper

Semoga suka, vote kalau suka gusy..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAYBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang