Chapter 5 | Maybe

48 4 0
                                    

  "Lu?" ujar Hazel terkejut begitupun yang siswa yang ia tepuk bahunya tadi

  "Lu ngapain disini?" tanya Hazel

  "Lah lu sendiri ngapain disini?"

  "Gue, gue tadi ada urusan sama guru. Terus gue tadi denger suara jadi gue samperin, eh ternyata elu" jelas Hazel

  "Ohh, terus lu ngapain sekarang masih disini?" tanyanya

  "Lu ngusir gue nih?" tanya Hazel

  "Menurut lu?" tanyanya acuh tak acuh

  Hazel hanya memajukan mulutnya kesal, tapi ia tidak menggubris kata si cowok itu. Ya cowok..

  Ia malah duduk di samping cowok itu dan menekuk lulutnya dan memeluknya. Ia melihat pemandangan yang ada di depannya dengan tatapan kagum, ia tak sadar sebuah senyum tipis terpatri di wajah cantiknya itu.

  "Lu kesambet?" tanya cowok yang ada di sampingnya polos

  "Huss, jangan sampek. Amit-amit gue nggak mau urusan sama yang begituan" ucap Hazel dengan menepuk-nepuk jidatnya, tanpa sadar cowok itu tertawa melihat kelakuan Hazel yang menurutnya lucu dan Hazel pun ikut tertawa.

  Hazel dan si cowok itu terjebak dalam percakapan ringan, dan mereka sesekali tertawa renyah.

  "Gue pikir lu tuh nyebelin, ternyata nggak terlalu" kata Hazel sembari merasakan angin yang memainkan rambutnya yang tergerai

  "Gue pikir lu juga nyebelin, galak dan-"

  "Wait..wa.it apa lu bilang? Gue galak?" tanya Hazel tak percaya

  "Iya galak"

  "Sialan lu"

  "Eh btw, gue mau minta maaf soal seragam lu kemaren" ujar Gavin dengan nada datar

  "Hm" jawab Hazel tak kalah datar

  "Singkat amat tu jawaban, nggak ada yang lebih panjang dikit apa?" tanya Gavin kesal

  "Terus lu maunya gue jawabnya gimana? Huh?" tanya Hazel tanpa memalingkan wajahnya dari pemandangan yang disuguhkan oleh balkon itu, pemandangannya memang indah, tepatnya sangat. Kita bisa melihat kota dari sini, ya meskipun hanya lantai tiga namun pemandangannya bisa melihat sebagian kota.

  "Ya gimana kek, masa singkat amat. Padahal gue tuh ya nggak pernah minta maaf apalagi sama cewek. Jadi lu tuh beruntung karna cowok ganteng dan famous kayak ggue mau minta maaf ke lu" jelasnya dengan nada sombong

  "Dasar sombong, minta maaf aja pakek bawa-bawa kata 'ganteng' " jawabnya sambil menekannkan kata ganteng

  "Biarin, cepet ulang lagi"

  "Apanya?"

  "Yang tadi"

  "Bawel, Lu ceritanya minta maaf nih ke gue? Gitu?" tanya Hazel dengan memasang ekspresi tak percaya yang pastinya ia buat-buat

  "Ah udah ah, minta maaf gue cabut balik. Gue gak jadi 'minta maaf' " kata Gavin kesal dan menekankan kata 'minta maaf'.

  Hazel tak menggubris perkataan Gavin, ia masih nyaman dengan angin yang berhembus ke arahnya dan sesekali memainkan rambutnya itu. Sunyi... Tak ada yang berbicara diantara mereka, hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka. Mereka terhanyut dalam pikiran mereka masing-masing selama beberapa menit.

  "Eh lu nggak balik kelas?" tanya Gavin tanpa melihat lawan bicara dan otomatis memecah keheningan diantara mereka

  "Busettt gue lupa" jawab Hazel sembari menepuk jidatnya pelan "Gue balik dulu, bye" kata Hazel sembari beranjak dari duduknya itu dan berlari kecil meninggalkan Gavin yang sekarang sedang menatap kepergian Hazel.

  "Dia cantik" katanya tanpa sadar "Eh gue ngomong apaan sih?" katanya sembari menggelengkan kepalanya dan memasang earphone yang menggantung sempurna dileher nya itu. Ia kembali ke kegiatannya sebelum datangnya Hazel, yaitu mendengarkan lagu ber-genre djm,genre kesukaannya.

•••

  "Gimana? Udah?" tanya Arka tanpa basa basi

  Hazel yang baru saja masuk ke ruang Osis dibuat terkejut dengan suara Arka. Ia baru saja kembali dari pelajaran olahraga yang dipimpin oleh Pak Edi, dan ia menyempatkan mampir ke ruang Osis, ingat hanya mampir.

  "Apanya?" tanya Hazel polos dan menyambar air mineral milik Arka. Sesungguhnya ia sangat lelah dan haus, pastinya. Lagipula Hazel dan Arka bisa dibilang dekat, atau lebih tepatnya mereka bersahabat sejak masih didalam kandungan.

  "Ais.. Dasar pikun. Kan kemaren gue nyuluh elu minta acc an ke pak Cahyo kan? Buat hasil rapat gue kemaren, nah gimana udah?" tanya Arka geregetan melihat tingkah Hazel yang baru ngeh dengan apa yang dibicarakan.

  Hazel yang mendengarkan penjelasan Arka hanya ber-oh-ria. Dan meng-angukkan kepalanya pertanda mengerti.

  "Sekarang dimana?" tanya Arka lagi

  "Apanya?"

  "Masyaallah, acc-an nya monyet. Ih capek gue ngoming sama lu, yaallah kuatin Arka. Amiin" kata Arka sembari mengamini perkataannya sendiri

  "Lu tuh monyet!!, manggil anak orang monyet dasar" grutu Hazel "Ada"

  "Yaiya kalo ada mana?" tanya Arka sembari mengertakkan giginya geregetan

  "Bentar-bentar"

  Hazel beranjak dari posisi duduknya dan mendekat kearah lemari besar yang ada disudut ruangan dan mencari berkas yang dimaksud Arka. Sudah lebih dari sepuluh menit namun ia tak menemukan berkas itu.

  "Ada nggak?" tanya Arka yang melihat tingkah sahabatnya itu yang jelas menunjukan bahwa Hazel tak menemukan yang ia cari.

  "Kok nggak ada ya?" kata Hazel

  "Gimana sih, dasar ceroboh. Inget-inget lagi"

  Hazelpun melakukan apa yang disarankan si Arka. Seketika ia teringat ke kejadian kemarin, dimana ia duduk dibalkon sekolah bersama Gavin.

Tunggu balkon? Ah ya pasti gue ninggalin tuh berkas disitu. Mampuss.., batin Hazel sembari menepuk jidatnya pelan

  "Gue harus kesana" kata Hazel lirih dan sedikit berlari ke pintu

  "Eh zel, lu mau kemana?" tanya Arka sedikit berteriak

  "Berisik" jawab Hazel singkat

  Hazel-pun membuka pintu berwarna putih itu dan berniat berbelok ke kanan

  "Astagfirullah"

V O T E  &  C O M M E N T
 

MAYBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang