Chapter 14 | Maybe

27 1 0
                                    

   "Jadi bang Reyhan lagi jatuh cinta nih?" tanya Hazel nada menggoda

  "Hehehe...iya" ujar bang rey nyengir kuda

  "Tunggu jadi kalian ngelakuin adegan tadi cuma buat percobaan gitu? Iya" kata Hazel sembari menahan tawa, dan kedua orang yang ada didepannya meng-angguka kepalanya mantap. Hazel sekarang bukan hanya menahan tawanya, namun tawanya sudah meledak keras

  "Nggak usah ketawa lu cumi" ketus Arka

  "Gimana gue nggak ketawa huh? Kalian ngelakui adegan gay, dan lu ka, lu disogok sama kuota doang loh dan lu mau?. Wah sarap lu jadi cowok" kata Hazel sembari mengejek Arka

  "Ya gimana lagi zel, kuota itu kan mahal sekarang. Gue mana punya uang buat beli coba, jadi gue terima tawaran bang rey. Sekalian amal sama jones akut" ucap Arka dan langsung dibalas tatapan mematikan oleh bang rey

  "Huh..dasar pelit. Emang siapa sih bang yang lu taksir huh?" tanya Hazel heran

  "Di-dia..di-dia itu, eh zel kelapa lu kenapa ditambal gitu" tanya bang rey mengalihkan pembicaraan, sejujurnya ia belum siap memberitahu semua itu pada Hazel, adek tercintanya. Menurutnya ini bukanlah waktu yang tepat untuk semua ini, ya belum saatnya untuk itu.

  "Kepala kali bukan kelapa, lu kata pala gue buah"ujar Hazel ketus "Inj tadi gara-gara gue habis dihadang sama murid yang dendam ama gue" jelas Hazel

  "Murid yang dendam ama lu, siapa? Siapa? Wahh..nggak bener nih, siapa yang berani ganggu elu dek? Biar gue hajar tuh orang" ujar bang rey sembari memelintirkan bajunya ala-ala preman disinetron-sinetron.

  "Lebay lu bang, udah ah lagian gue nggak kenapa-napa juga" ujar Hazel bernada tenang, padahal ia sedang tegang. Ia bingung kalau sampai bang Reyhan terbakar api amarah, abangnya itu pasti akan berbuat dibuat diluar nalar. Ya meskipun bang Reyhan konyol, koplak dan bego tapi kalau masalah jagain adeknya, ia tak segan-segan untuk memukul atau berurusan sama siapapun. Baik itu orang penting, ia tak pernah peduli sama sekali. Karna ia sangat amat sayang pada Hazel, adiknya

  "Lebay gimana sih? Kelapa lu sampe kayak gitu zel, sampe ditambal. Udah kasih tau gue siapa yang nyelakain lu" ujar bang Reyhan

  "Kepala bang, bukannya kelapa. Masyaallah, dan yang lu bilang tambalan ini namanya perban" kata Hazel sembari menunjuk perban yang berada dikeningnya "Punya abang bego susah ya ternyata"

  "Kalo abang nya bego, apalagi adeknya" ujar bang rey sembari terkekeh

  "Udah ah, gue mah disini dibully melulu. Gue mau kekamar aja" kata Hazel sembari melangkah menaiki tangga.

  Rumah Hazel memang tidak terlalu besar, hanya ada ruang tamu, ruang keluarga dan ruang makan yang berada didalam satu ruangan, dapur, 4 kamar dan sebuah taman kecil dibelakang rumah.

•••

Tok..tokk..tokkk..
Tak ada respon, Arka yang berdiri didepan pintupun membuka puntu yang berhadapan langsung dengannya.

  "Hola.. Cumi, cumi.." kata Arka sedikit keras dan memandang ruangan itu bingung.

  Arka berada didalam kamar sahabatnya itu, Hazel, ya siapa lagi kalau bukan dia. Ia mengedarkan pandangannya pada kamar yang bisa dibilang luas itu. Sejauh mata memandang ia pasti akan menemukan poster Shawn Mendes dengan berbagai gaya. Tanpa sadar ia tersenyum tipis saat melihat betapa fanatik-nya Hazel dengan artis luar itu. Arka kemudian berjalan menuju sebuah foto berbingkai putih polos yang tergantung dekat meja belajar Hazel, dan kemudian mengambilnya.

  Ternyata lu masih nyimpen foto ini ya? Gue pikir lu nggak bakal nyimpen foto gue, batin Arka senang, ia sangat senang melihat foto Hazel dan dirinya waktu kecil.

  "Allahuakbar" pekik Hazel yang baru keluar dari kamar mandi "Lu ngapain disini sih?" tanya Hazel saat melihat Arka yang sedang melihat bingai foto? Hah kenapa ia melihat bingkai foto?, batin Hazel bingung

  "Ka" teriak Hazel namun tak ada respon dari lawan bicara, akhinya ia berinisiatif untuk menghampiri Arka yang sedang, entahlah bengong mungkin?

  "Gue kangen elu zel" cletuk Arka tanpa sadar

  "Sayangnya gue nggak tuh" jawab Hazel yang sedang berdiri samping Arka sembari tertawa geli

  "Kok lu gitu sih, eh tunggu deh kok foto bisa ngomong ya?" tanya Arka pada dirinya sendiri

  "Bego" ucap Hazel sembari menoyor kepala Arka keras

  "Aduh, kok gue ditoyor sih" teriak Arka "Loh sejak kapan lu disini zel?" tanya Arka terkejut

  "Dari abad ke-7" cletuk Hazel asal

  "Ih beneran cumi" kata Arka kesal

  "Dari tadi tomat, lu aja yang kagak ngeh" balas Hazel sembari memutar bola matanya jengah dan Arka malah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

  Arka terdiam seketika, ia baru saja bisa menerna kata-kata yang keluar dari mulut Hazel itu. Dia sudah dari tadi disini? Dari tadi? Berarti Hazel tau apa yang diucapkan Arka tadi? Mampus gue, batin Arka sembari menepuk jidatnya keras

Holaaa....

Lama nggak update, author nya sibuk alias kagak ada ide :v

Jangan lupa vote

MAYBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang