Chapter 4

128 27 2
                                    

Murid berkacamata itu sampai kelantai 2. Murid yang bernama Daehwi terus berlari kedepan.

"Tunggu! Biarkan aku menjelaskan semua ini!" Teriak SeokJin.

Tangan SeokJin tinggal 1 cm lagi menyentuh kerah Daehwi. Daehwi semakin ketakutan dan yerus berlari hingga tak jelas arah.

Duk!

Daehwi menumburi dinding. Artinya, Daehwi terpojok dijalan buntu.

"A-ah..." Daehwi menatap dinding dan tak berani menatap SeokJin.
"Kumohon! Biarkan aku menjelaskan!" Tegas SeokJin.
"Ter-terserah ja-jang-an macam-macam dengan-ku!" Daehwi tergagap untuk menjadi tegas.
"Baiklah.." SeokJin melepaa masker untuk menghirup udara segar lalu memasang masker itu kembali.
"Jadi.., Kai itu bukan anak baik!"
"Si-siapa Kai? Aku ti-tidak kenal!" Tanya Daehwi tanpa berbalik sedikitpun.
"Yah, dia memang bukan teman sekelasmu. Intinya dia orang jahat, dia bahkan hampir menembakku dengan pistolnya" jawab SeokJin sambil melipat tangan dibawah dada.
"Pistol itu...mi-miliknya?" Tanya Daehwi tak percaya.
"Yah, itu benar kar-"

"Angkat tangan!" Teriak polisi dibelakang SeokJin sebelum SeokJin selesai bicara.

SeokJin tersentak. Dengan cepat SeokJin memasang jepit dilengan tangan lalu dilipatnya. SeokJin tersenyum miring lalu mengangkat tangan. Daehwi berbalik lalu tersentak.

"Kau..., ditangkap polisi?" Tanya Daehwi.
"Cik, siapa lagi kalau bukan ulah Kai" jawab SeokJin lalu terkekeh geli saat melihat Kai didepan polisi.
"Tangkap kriminal itu!" Kata Kai dingin.

Polisi berjalan ke arah SeokJin lalu memborgol kedua tangan SeokJin.

"Ayo jalan!" Bentak polisi itu.

SeokJin berjalan bersama polisi itu. Kai berjalan ke arah Daehwi. Silincer Kai diarahkan kekepala Daehwi. Daehwi merinding dan takut bukan main.

"Kau harus menjadi saksi dan katakan kalau penyapu jalan itu kriminal, mengerti?!" Perintah Kai.
"I-iya" jawab DaeHwi ketakutan.
"Pergilah"

Seung Ho mengangguk lalu pergi ketakutan lalu pergi menjauh.

"Oh tunggu. Satu hal lagi."

DaeHwi berhenti.

"Jangan bilang kalau aku pelakunya" Kai mengecam.

Daehwi mengangguk ketakutan lalu lari menjauh.

Kai terkekeh lalu berjalan dan menuruni tangga dan mengikuti polisi  dan SeokJin yang mau masuk kemobil polisi.

"Tunggu"

SeokJin dan polisi berhenti. SeokJin memutar bola matanya kesal. Kai menatap tajam SeokJin.

"Sepertinya persaingan kita ketat ya"
"Persaingan" SeokJin mengerinyit heran.
"Red Iris" Kai menatap lekat-lekat ke SeokJin sambil menyeringai.
"Red....Iriss...??" SeokJin kebingungan lalu membulatkan matanya.
"Jadi, kau?!" SeokJin melakukan pemberontakan namun ditahan polisi.
"Ohhh tenang" Kai terkekeh.
"Reaksimu aneh, Red Iris hanya sebuah novel, novel persaingan" lanjut Kai sambil menunjukkan gambar cover novel bertuliskan 'Red Iris' diponselnya kearah SeokJin. SeokJin mengerinyit heran.

Novel? Batin SeokJin.

"Ayo masuk!" Kecam polisi sambil membuka pintu mobil kedua dan mendorong SeokJin masuk kedalam mobil dengan kesal dan hampir menggertakkan giginya. Didalam mobil ada seorang lagi polisi sebagai supir. Sedangkan polisi yang mendorong SeokJin duduk disebelah SeokJin. SeokJin mendengus kesal. Mobil pun melaju menjauhi Kai.

"Bye-bye..." kata Kai sambil melambaikan tangannya.

*****

Krringggg krringggg

"Baiklah anak-anak, materi kita sampai disini dulu, silahkan pulang" kata pak TaeMin datar sambil menyusun bukunya lalu menendengnya dan berjalan keluar kelas. Baru keluar kelas, pak TaeMin berpapasan dengan Kai yang berlari kekelas dan hampir melewati pak TaeMin.

"Hei, Kai"panggil pak TaeMin

Kai berhenti. Lalu berjalan mundur dan menghadap pak TaeMin.

"Ya, Pak?"
"Darimana saja kau?"
"Dari toilet, pak ada panggilan alam"
"Jangan bercanda, kenapa seragammu kotor?"
"Oh, ini. Tadi aku kepeleset waktu keluar dari toilet, makanya kotor begini" jawab Kai sambil menepuk-nepuk seragamnya hingga debunya keluar.
"Ya sudah, materi yang ada di papan tulis, salin dibuku catatanmu" pesan pak TaeMin lalu pergi.
"Baik, pak!" Jawab Kai sambil menunjuk jempolnya lalu kekelas.

Dikelas, murid-murid menendeng tasnya dan sudah banyak yang keluar.

"Hei, Kookie, temani aku yah, ke toko bunga" ajak TaeHyung sambil menendeng tasnya.
"Toko bunga? Kenapa harus sekarang?" Tanya JungKook sambil menendeng tasnya.
"Kau tidak ingat? Aku punya hutang mengganti pot kesayangan bu Shin Hye 3 hari yang lalu!" Jawab TaeHyung sambil menggoyang-goyangkan pundak JungKook.
"Iya-iya! Aku ingat!" Bentak JungKook kesal.
"Kalau begitu ayo!" Ajak TaeHyung yang sudah berjalan duluan.
"Tunggu!" JungKook menarik kerah TaeHyung hingga TaeHyung berjalan mundur.
"Apa sih?" Tanya TaeHyung tidak sabar.
"Hari inikan aku harus mengantar seseorang!"
"Seseorang... ah! Iya, maaf hehehe" TaeHyung menepuk jidatnya lalu menunjukkan muka tanpa dosa.
"Aish, kau ini, ya sudah, aku duluan"
JungKook berjalan melewati TaeHyung.
"Eit, tunggu!" Taehyung mengejar JungKook.

Saat Rose dan J-hope berjalan keluar kelas, JungKook dan TaeHyung berjalan melewati Rose dan J-hope.
Rose berhenti.

"Kenapa berhenti?" Tanya J-hope.
"Bloody eye" jawabnya sambil memandang kedepan.

J-hope memandang Jungkook.

"Apa ia memakai softlens untuk menutupi Bloody eye?" J-hope melipat tangan dibawah dada.
"Yah, kurasa. Tidak mungkin ia menunjukkan Bloody eye nya didepan umum".

Rose mengibaskan rambut kebelakang. Tiba-tiba pipi J-hope memerah. Rose menyadari hal itu.

"J-hope? Kamu sakit?" Tanya Rose.
"Ah? Enggak hahah" jawab J-hope sambil menggaruk pipi dengan telunjuknya.

Tiba-tiba J-hope pilek berkali-kali.

"Tuh kan! Kamu kenapa sih?!"
"Se-sebenarnya ak-kuu HUAACHHIIMM!, alergi bau strawberry-HUACHIIM!! Hehehh" jawab J-hope sambil mengusap hidungnya.

Wajah Rose memerah malu. Ketahuan sudah, shampo strawberry yang dipakainya.

Sial-batin Rose.

"Oh ya, dimana SeokJin?" Rose mengganti topik.
"Ah! Iya, kita harus mencarinya!" Ajak J-hope.

"Kalian mencari penyapu sekolah itu, ya?"

J-hope dan Rose yersentak lalu mereka berdua menghadap kebelakang.

******?*

Author;
Holaaa lagi.
Maaf  telat parah update!!!
Kami akan lebih berusaha lagi!!!

See u !!!

Bloody eyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang