CHAPTER 9

43 19 0
                                    

#happy reading
^
^
^

Di sebuah pemakaman, tampak seorang pria, gadis muda, dan bocah laki-laki. Pria dan gadis terus saja mengalirkan air mata dan terisak.

Bocah laki-laki itu hanya diam menatap pemakaman, sekali-kali menatap gadis muda dan pria.

“Noona, kenapa menangis terus?” tanya bocah lelaki terhadap gadis muda.

“Ibu kitaaa, Kookiee, dia pergi-hiks, ibuu meninggalkan kitaa, huaaaa” gadis itu semakin menangis.

“Lalu bagaimana caranya agar ibu kembali?” tanya bocah lelaki yang dipanggil Kookie.

Pria itu membulatkan mata lalu menatap Kookie.

Ia berjalan sedikit lalu berlutut di depan Kookie.

Kedua tangannya memegang bahu Kookie.

“Kamu ingin ibumu kembali, kan?” tanya pria itu.

Kookie mengangguk.

Seketika semua ruangan menjadi putih.

Hanya ada pria dan Kookie.

“Yaa...,Kookie... kamu bisa membawa ibumu kembali...”

Dari permukaan membanjir darah yang terus menaik dari lutut hingga keperut Kookie.

“Ayahhh...Kookie bisa tenggelam...”ujar Kookie pelan.

“Jangan cemas... ayah akan membawa ibumu” pria itu berdiri lalu berjalan meninggalkan Kookie.

“AYAH!-“

Kaki Kookie terasa beku dan tak bisa bergerak sedikitpun. Banjir darah mulai menyentuh dagu, hidungnya.

“AYAH! AYAH! AYAH!!!”

.
.
.

“AYAH!” Jungkook terbangun dari tidurnya.

Nafasnya berantakan, keringat memenuhi seluruh tubuhnya dikamar agak gelap, hanya di terangi cahaya bulan.

Jungkook melihat jam dinding. Masih jam 4.58, Jungkook mengambil nafas pelan.

Ia pergi ke wastafel dan menatap mata-kiri-merahnya.

“Apa mimpi itu... ada hubungannya dengan ini...?”

***

Di wastafel, Rose menatap dirinya di cermin. Ia teringat percakapan kemarin.

FLASHBACK
“Buat Jungkook mencintamu” ucap Seokjin.

“APA?!”

“Ini perintah”

“Cih! Apa pentingnya ini?? Misi ini semakin aneh saja!”

“Akan ku ceritakan masa lalu Suga”

“Masa lalu??’

Seokjin duduk di atas batu besar.

Rose duduk di sebelah Seokjin.

“Dulu, Orang tua Suga terobsesi menghidupkan yang mati, mematikan yang hidup, dan ingin menguasai dunia, mereka melakukan ritual dengan mengorbankan adik Suga” jelas Seokjin.

“Tunggu. Suga punya adik??”

“Ya. Dia menceritakan ini padaku, tapi dia tidak memberitau namanya.

Orang tua Suga melakukan ritual mersama rekan-rekan mereka, tapi, ada pengkhianat dalam ritual itu.

Ritual berantakan salah satu mengenai adik suga dan satunya lagi hilang di bawa pengkhianat”

“Jadi ada duan mantra?”

“Ya Souly Eye dan Bloody Eye”

Rose membulatkan mata.

“Jadi Bloody eye itu...”

“Yahh, entah mengapa, tapi kesimpulannya pengkhianat itu berhasil meritualkannya ke Jungkook.

Sedangkan adiknya Suga menghilang.

Para ritual mengatakan kalo adiknya Suga terlah mati sebagai persembahan.

Beberapa bulan kemudian, orang tua Suga hilang dan tak lama ditemukan tewas dalam mobil yang tenggelam di laut”

“Jadi...Suga meminta kita melakukan misi, mengumpulkan kristal bening bulan, Buku-buku kuno, bahkan berlian...itu semua-"

“Bahan ritual. Suga tidak ingin ada ritual seperti itu lagi.

Menurutnya semua itu harus di hancurkan... dan ia akan membunuh presiden karena ia mendapat jabatan karena ia memanfaatkan orang tua Suga yang telah mati....Jadi, kumohon, Rose, kau harus menghancurkan Bloody Eye agar misi ini selesai...”

###

FLASHBACK SELESAI

Rose mencuci muka.

Tiba-tiba ponselnya berdering di atas kasur.

Rose mengelap muka dengan handuk disebelah wastafel lalu mengangkat ponsel.

“J-Hope? Ada apa?”

“Hei Rose, dengarkan aku. Sekolah ini punya dikelilingi 4 gedung yang cocok di pakai sniper. Berhati-hatilah bila ada orang yang berlagak aneh”
ujar suara J-Hope.

“Huh, kau ini, kamu kan sniper, tembak saja agen lain itu..dah”

“Eyt?! Ros-“

Tut.

Rose menghela nafas pasrah.

***

Rumah sakit, ruangan VIP.

Seokjin menemani Suga yang tertidur.

“Haahh, kau ini, makanya makan banyak, kalau perlu aku bisa membuatkan Kimchi untukmu” ujar Seokjin.

“Ji...”terdengar suara ngigau Suga.

“Ji?? Hei, aku Jin, Kim Seok Jin, kau kurang n” ujar Seokjin

“Mi-nn...”terdengar suara Suga lagi..
Seokjin terdiam.

Alisnya  mulai mengerinyit heran.

***

Sementara itu, J-Hope duduk bersila di atap gedung kumuh.

Tangannya mengelap sniper dengan kain.

“masih terlalu pagi...kurasa aku akan bersantai dulu...” ujar J-Hope.

J-Hope mnaruh sniper dalam posisi menembak dan menaruh peluru dalamnya.

“Baik..kita lihat dulu posisinyaa..”

J-Hope menyipitkan mata sebelah. Ia jarinya berjaga-jaga memegang pelatuk, mata kanannya melihat lensa sniper.

“Baikk, gedung satuu.. kosong, gedung dua... kosong, gedung tiga-eh?!”

Dari gedung tiga terlihat seorang cewek memegang sniper dan mengarahkan tepat ke arah J-Hope.



Bersambungg...

Annyeong
Update nihh...😂😂😂
Vote and comment 98% di balas...

See you❤

Bloody eyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang