CHAPTER 13

42 16 2
                                    



Di lorong gedung

Seorang pemuda memakai setelan kemeja yang belakangnya bertuliskan S.A.O.C, berdiri sambil menyilangkan tangan di bawah dada.

Di sebelahnya, seorang wanita berambut bob pirang seleher, dengan baju yang seragam dengan pemuda itu.

Wanita itu mengarahkan ipad ‘pendeteksi sidik jari’ ke sisi dinding, dan mendapatkan sidik jari.

“Ada tujuh sidik jari, 6 milik korban kasus ini” ujar wanita itu.

“Sisanya, cocok dengn pelaku kasus lorong kereta api” lanjutnya.

Pemuda itu mengangguk paham.

“Sudah jelas pelakunya sama” gumam pemuda itu.

“Aku pernah mendengar kisah kasus seperti ini...”lanjutnya.

“Selain kasus lorong kereta api?” tanya wanita itu.

“Ya. Kasus puluhan tahun yang lalu. Waktu itu aku masih umur14 tahun, aku diam-diam membaca buku kuno yang dijaga ketat dengan ayahku.

Kisah mata seseorang yang bisa mematikan dan mengendalikan seseorang..., tapi sebelum aku selesai membacanya, buku itu diambil ayahku dan tak lama dicuri.., dan hilang” jelas pemuda itu.

“Tidak masuk akal, itu sudah puluhan tahun yang lalu”komen wanita itu.

“aku tau.” Spontan pemuda itu, ia berkacak pinggang.

“tapi kasus ini sebagian besar mengingatkankku kisah itu” ujarnya.

Wanita itu mengangguk paham.

“perintah seluruh polisi menjaga lorong gedung, bawa tim forensik untuk mencari bukti” perintah pemuda itu.

“Siap” ujar wanita itu sambil memainkan ipadnya.

***

Sebuah kolam semerah darah, warnanya tebal hingga dasarnya nyaris tidak terlihat.

Di dasar kolam, Jungkook terbaring dengan seragamnya, rambutnya naik turun mengikuti arus air yang lembut.

Matanya menutup, bibirnya terbuka sedikit mengeluarkan beberapa gelembung udara, seakan ia bernafas di dalam kolam.

SPLASH!!

Seorang wanita berambut panjang dengan seragam yang sama dengan Jungkook masuk ke dasar kolam.

Kedua tangannya cukup bersinar memegang kedua pipi Jungkook.

“Jungkook...”

.
.
.

Jungkook membuka matanya.

Langit terasa hangat.

Jam di dinding menunjukkan pukul empat sore.

Tanpa sadar, ia sudah tidur di pangkuan Rose yang duduk di sofanya.

“Aku ketiduran...” gumam Jungkook bangkit sambli mengelap iler di dagu dengan punggung tangannya.

“Kau cukup berkeringat” ujar Rose.

“Benarkah?” Jungkook memegang pipinya.

“Aku pasti mengotori rokmu”
sesalnya.

“Gakpapa. Aku pulang dulu ya, oppa” ujarnya.

“iya” jawab Jungkook yang berdiri mengawal Rose keluar kos.

Rose mengikat tali sepatunya, ia berdiri lalu terkejut melihat Jungkook yang terus menatapnya.

Bloody eyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang