Ji Eun dan Jungkook duduk di bangku taman di samping rumah sakit.Mereka duduk sambil menatap Taehyung yang membantu seorang nenek jalan-jalan, membantunya duduk di kursi roda dan membantu dorong. Ji eun bernafas berat.
“Ada apa, noona?”tanya Jungkook melihat gelagat Ji eun yang agak berbeda.
“Aku penasaran apa aku bisa seperti Taehyung, ia selalu ceria dan sabar, menemani anak-anak dan orang lansia...”
Jungkook bernafas panjang sambil menyender.
“Sifatnya memang paling berbeda, tidak semua orang memiliki sifat yang sama” ujar Jungkook.
Ji eun melamun sambil tersenyum sedikit.
Biipp Bipp...
Jungkook menatap sebelahnya, ada ponsel Ji eun yang berbunyi, tulisan ‘oppa’ dengan wallpaper lelaki muda dengan kulit putih.
‘lelaki itu kan yang di flashdisk ungu beberapa hari yang lalu...’-batin Jungkook.
Ji eun menyadari ada getar ponsel, lalu menatap ponselnya. Sadar ada telfon, Ji eun reflek mengangkat ponselnya.
“Ah maaf Kuki” Ji eun berlari dengan jarak yang tidak terlalu jauh sambil menjawab telfon.
Jungkook mengerinyit heran. Ia menatap ke bawah, tanagn kiri menutup mata kirinya.
“Aku benci ‘bloody eye’...aku ingin hidup normal....” gumam Jungkook.
Malam menyelimuti langit. Rasa ngantuk telah menguasai Jungkook hingga ia menunduk dan tertidur.
.
.
.Jungkook membuka matanya. Ia duduk di sebuah ruangan serba putih. Tangannya terikat rantai merah.
“Mimpi sialan lagi...” gumam Jungkook kesal sambil menatap rantai merah di tangannya.
“Heyy.....”
Jungkook membukatkan mata.
Suara yang memanggilnya tadi persisi dengan suara Jungkook.
Ia menatap ke depan, dan seseorang dengan bentuk rupa kembar dengan Jungkook duduk di hadapannya, tanpa rantai.
Si kembar itu tersenyum miring.
“....” Jungkook berbicara, tapi tak ada satupun suara yang keluar, suaranya mendadak hilang.
“Terkejut, hah” potong si kembar.
Jungkook ingin memberontak.
Tapi rantai merah itu mengunci tangannya dengan kuat hingga rasanya mau terbakar.
Jungkook terpaksa duduk diam sebelum rantai merah itu membakar tangannya.
Jungkook menatap serius dan bingung. Bagaimana suaranya bisa hilang, padahal dia baru saja bicara sebelum si kembar itu muncul.
“Aku bisa mendengar batinmu....” ujar si kembar yang berjalan lalu jongkok menatap Jungkook cukup dekat.
“Aku adalah... dua puluh persen dari jiwamu.... aku terhubung dengan dua puluh persen jiwa ‘souly eye’...aku bisa mengetahui gerak-geriknya” jelas si kembar.
Jungkook terdiam. Ia tidak mengerti apa maksud perkataan si kembar.
“Aku tidak memiliki banyak waktu... akan kutunjukkan padamu...”
Si kembar berjalan mundur.
Perlahan ia menjadi darah merah lalu memutar, putarah darah merah itu menyatu lagi menjadi sosok lelaki yang pernah di lihat Jungkook, dia adalah J-hope.