Hari Pertama

15 4 2
                                    

Suara keramaian di jalan dan terik matahari yang masuk melalui celah-celah cendela kamar Salma, berhasil membangunkan tidur pulas nya semalaman.
Dengan badan masih lemas, Salma beranjak dari ranjangnya dan membuka korden cendela kamarnya.

"Ow! Ini benar-benar silau." kata Salma sambil menutup kembali korden cendela kamarnya

"Salma! Apa kau sudah bangun?" teriak mama dari dapur.

"Sudah ma! Aku akan segera mandi dan keluar!" jawab Salma dari dalam kamar.

Salma bergegas mandi dan bersiap-siap untuk hari pertama masuk sekolah barunya. Dia tidak sabar ingin mendapatkan suasana yang berbeda dari sekolahnya dulu. Salma berharap dengan ini dia bisa berhasil melupakan Gabriel.

Waktu yang dibutuhkan Salma untuk mandi dan bersiap-siap tidak terlalu lama, cukup 30 menit.
Salma keluar dari kamarnya dengan seragam baru dan rambut panjang yang bergelombang, membuat Mama dan Papanya takjub.

"Selamat pagi Ma,Pa!" sapa Salma dengan senyuman yang begitu lebar.

"Luar biasa. Penampilan yang sangat memesona. Kau tampil begitu cantik sayang!" kata Papa.

Yang hanya dijawab Salma dengan menaik turunkan alisnya dan berputar seperti putri kerajaan.

"Apa kau sudah bisa bahagia?" tanya Mama.

"Salma tetap berusaha ma. Salma tidak mau mengecewakan Mama sama Papa, yang sudah berusaha untuk membuat Salma lupa akan Gabriel. Walaupun Salma tau itu sulit." jawab Salma sembari memeluk Mama dan Papanya.

"Terimakasih sayang!" sahut papa.

"You are welcome papa." jawab Salma sambil mencubit hidung papanya.

"Ya sudah, mama sudah menyiapkan sarapan. Bagaimana kalau kita sarapan dulu." ujar mama.

Salma menganggukkan kepala sebagai jawabannya. Mereka pun duduk dalam satu meja makan, dan melakukan sarapan pagi bersama.

"Ma, Pa! Salma berangkat sekolah dulu ya." ujar Salma sembari mencium tangan mama dan papanya.

"Hati-hati! Semoga kamu bisa nyaman sekolah disini." jawab mama.

"Mari papa antar." ujar papa.

"Tidak pa! Salma ingin mandiri di negeri orang. Daaa!" jawab Salma sambil berlari meninggalkan rumahnya dan melambaikan tangannya.

Salma berjalan dengan pelan-pelan sambil menoleh ke kanan dan kekiri. Dia sangat menikmati suasana di London. Salma bernyanyi gembira dan menari di sepanjang jalan menuju ke sekolah barunya.

"Hay! Good Morning!" sapa seorang wanita lumayan tua yang sedang memetik bunga di depan rumahnya.

"Good Morning Mrs." jawab Salma dengan senyuman manis di wajahnya.

"Sister! What is your name?" teriak gadis kecil yang sangat cantik.

"Hello! My name is Salma. Who's your name?" jawab Salma

"My name angelin!" teriak gadis itu.

"Okay, bye! See you next time!" kata Salma.

Salma melanjutkan perjalanannya dengan senyuman yang sangat lebar, ketika melihat banyak burung dara yang turun dan terbang kesana kemari.

"Hahaha! Indah sekali kau!" gumam Salma.

"Ya, dia indah sepertimu!" sahut seorang laki-laki yang berlari dari belakang Salma.

"Siapa kau? Kenapa kau bisa berbahasa Indonesia?" tanya Salma yang merasa heran.

"Aku putra dari Pak Jackson, rekan ayahmu. Namaku Kevin Ricardo, panggil saja Kevin!" ujar Kevin.

"Oh ya? Namaku Salma Dira Audrey, bisa dipanggil Salma. Hmmm, apa kau satu sekolah denganku?" tanya Salma.

"Sure! (tentu)" jawab Kevin.
"Apa kau suka suasana di London?" tanya Kevin sekdar basa basi.

"Sangat suka, karena saat di Indonesia aku belum pernah menemukan pemandangan seindah ini." jawab Salma.

"Itu dia sekolah kita." ujar Kevin sembaru menunjuk bangunan yabg di lihat Salma kemarin.

Salma berlari kencang agar segera sampai di sekolah barunya. Dia tidak peduli dengan Kevin.

"Huuuu! Bangunan yang indah!" teriak Salma ketika sampai di depan bangunan itu sembari berputar-putar.

"Salma cukup! Kau dilihat banyak orang." tegas Kevin sembari menarik tangan Salma yang masih berputar.

Dan Salma jatuh di pelukan Kevin. Mereka berdua sempat saling menatap. Tapi kejadian itu malah mengingatkan Salma pada Gabriel.

"Kak Gabriel, kau disini!" gumam Salma.

"Gabriel?" jawab Kevin kebingungan.

"Bukan! Kau bukan Gabriel!" teriak Salma sembari mendorong Kevin, dan menjatuhkan tubugnya ke tanah sambil mengalirkan air matanya.

"Salma, apa yang terjadi padamu? Kau tidak apa-apa? Mari kubantu berdiri!" ujar Kevin dengan lembut.

"Pergi kau! Aku ingin sendiri. Jangan mendekat! Aku ingin sendiri!" jawab Salma, masih dengan airmata yang mengalir begitu deras.

"Baiklah aku akan masuk kelas dulu, kau jangan lama-lama untuk menyusul!" ucao Kevin yang langsung bergegas meninggalkan Salma sendirian.

"Kenapa kau pergi Gabriel! Kenapa kau siksa aku! Pergi dari otakku! Pergi dari hatiku Gabriel! Cukup!" teriak Salma seperti orang yang tidak waras sambil menyakiti tubuhnya sendiri.

"Hey cukup! Apa yang kau lakukan. Jangan jadi orang gila di sekolahanku! Bel akan segera berbunyi masuklah ke kelasmu!" teriak seorang laki-laki yang menghampiri Salma.

"Ambil tisu ini untuk membersihkan wajahmu. Dan masuk ke kelas! Jangan sampai aku berubah pikiran untuk menolongmu!" ujar laki-laki itu sembaru meninggalkannya.

Salma tercengang mendengar perkataan laki-laki itu. Salma bingung, kenapa laki-laki itu berkata dengan kasar tapi bertindak baik. Karena rasa penasaran, Salma mau masuk ke dalam kelasnya untuk mengikuti pelajaran pertamanya di kota London.

***

Biarkan Salma belajar melupakan Gabriel ya guys! Hehehe.
Kira-kira Salma bisa melupakan Gabriel gak nih? Coba tebak!

Jangan lupa vote and coment ya guys! Jangan jadi pembaca yang pasif, karena gak mau kasih vote nya.

Thank's.

LOVE is HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang