Salma memakai baju putih dan mengambil jaket hitam dan bergegas keluar rumah. Dia menyusuri jalan yang sangat ramai. Suasana malam indah di London yang menemani kegelisahan Salma.
Salma berjalan dengan pandangan kosong. Dia sama sekali tidak bisa menikmati keceriaan, keramaian, dan keindahan malam itu. Dia merasa dirinya berada di sebuah kota kosong yang berisikan semua kenangan-kenangan yang dimiliki oleh semua orang."Hay!" sentak Andre dari belakang.
"Haaah!" terkejutnya Salma.
"Mau kemana?" tanya Andre.
"Aku tidak tau harus pergi kemana. Disini aku merasa tidak memiliki tujuan." jawab Salma tetap dengan pandangan kosong.
"La emang, kamu mau berjalan menyusuri jalan yang begitu panjang ini?" tanya Andre.
Salma menggelengkan kepalanya untuk jawabannya.
"Aku keluar hanya untuk mencari udara segar dan ketenangan hatiku." ujar Salma.
"Udara gak usah dicari akan datang sendiri, seperti sebuah cinta!" celetuk Andre.
Salma menghentikan jalannya dan menoleh ke arah Andre. Dia memandang wajah Andre dengan begitu teliti.
"Tapi cinta, cinta bisa datang sesaat seperti hujan. Hujan pergi meninggalkan kita begitu saja, sama halnya dengan cinta." sahut Salma sembari melangkahkan kakinya lagi.
"Salma, apa kau ada masalah tentang cinta?" tanya Andre.
"Dulu." jawab Salma singkat.
"Baiklah, mungkin kau bisa cerita denganku jika kau mau. Aku bisa jaga rahasia." ujar Andre.
"Mungkin untuk saat ini tidak, aku hanya ingin melupakan masalah itu dan bukan menceritakan masalah itu." jawab Salma.
Untuk beberapa menit mereka berdua berjalan tanpa ada sepatah kalimat yang dibicarakan. Memang disekeliling mereka sangatlah ramai, tapi bagi mereka hanya ada keheningan dimalam yang indah.
"Salma! Lihat itu! Ikut aku kesana!" ajak Andre sembari menggenggam tangan Salma.
Salma hanya tercengang melihat tangan Andre menggenggam tangannya.
"Kau mau ice cream?" tanya Andre.
"Baiklah, kalau tidak menjawab artinya mau." lanjut Andre.Mereka berdua berjalan menghampiri toko penjual ice cream.
"Pak beli dua cup rasa coklat, tambahkan susu dan chocochips. Kasih sendok juga ya pak!" kata Andre yang memesan ice cream.
Setelah ice cream telah dibuatkan, Andre membayar ice cream itu.
"Ini untukmu!" ucap Andre sembari menyodorkan satu cup ice cream.
Salma menerima ice cream dari Andre.
"Terimakasih Ndre!" ujar Salma.
"You are welcome!" jawab Andre dengan sengaja mengoleskan ice cream ke pipi Salma, dan berlari dengan kencang.
"Aaah! Awas akan ku balas!" kesal Salma sembari mengejar Andre.
Mereka berdua bermain kejar-kejaran seperti anak masih TK. Tapi hal itu yang membuat Salma seketika lupa dengan masalah hatinya.
Karena cukup jauh Andre berlari, dia merasa lelah dan pasrah kepada Salma."Rasakan ini, ini lagi, ini juga." ujar Salma sembari mengolesi wajah Andre dengan ice cream.
"Hahahahaha, kau mirip sekali dengan badut!" ledek Salma dengan senyuman yang lebar diwajahnya.
"Apa kau senang? Padahal aku mengalah agar kau bisa menang dariku dan mengubah kesedihanmu menjadi kebahagiaan." ujar Andre.
Mendengar kata-kata itu, Salma berhenti tertawa dan memandang wajah Andre.
"Mengapa kau lakukan itu? Padahal kita baru kenal!" tanya Salma.
"Walaupun baru kenal, kau sudah kuanggap menjadi temanku sejak siang tadi. Sesama teman harus bisa membuat temannya bahagia." jawab Andre yang membalas pandangan Salma.
"Terimakasih, ndre! Mulai saat ini aku menerima dirimu menjadi temanku!" ujar Salma.
Andre hanya tersenyum manis mendengarnya. Dia merasa sangat bahagia bisa berteman dengan Salma.
Begitu pun Salma yang merasakan getaran dihatinya saat dekat dengan Andre."Bersihkan wajahmu dengan ini." ucap Andre yang menyodorkan sebuah tisue kepada Salma.
Andre dan Salma membersihkan coretan ice cream yang ada di wajahnya dan beranjak pergi mengelilingi kota.
"Apa kau suka dengan suasana malam disini?" tanya Salma."Sangat suka. Dulu aku memiliki seorang teman, namanya Previta. Kita saling mengisi di setiap malam, dan dibawah bintang dan sang rembulan. Tapi Vita dilarang oleh orang tuanya untuk bergaul denganku. Dan kini sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Tapi hal itu tidak membuatku membenci suasana malam, bahkan aku semakin menyukainya." cerita Andre.
"Previta?" tanya Salma
"Ya!" jawab Andre.
'Apa mungkin Previta yang dimaksud Andre adalah cewek yang bertemu denganku kemarin?'
"Apa kau mencintainya?" tanya Salma.
"Dulu, sekarang bukan dia. Ada seorang gadis yang membuat aku bersimpati padanya." jawab Andre.
"Siapa?" tanya Salma.
"Kau tidak akan tau, itu masalah hatiku." jawab Andre.
"Baiklah!" celetuk Salma sembari menaik turunkan alisnya.
"Rupanya sudah terlalu malam, aku harus pulang. Bye!" ujar Salma yang melangkah pergi meninggalkan Andre sembari melambaikan tangannya.
"Bye! Hati-hati!" jawab Andre yang membalas lambaian tangan dari Salma.
Salma merasa ada sesuatu pada diri Andre yang membuat dirinya merasa nyaman. Dia sangat senang bisa bertemu dengan Andre. Bahkan di setiap langkah perjalanannya menuju ke rumah, dia tidak bisa menghentikan wajahnya untuk menampilkan wajah bahagia.
Tidak begitu lama Salma sampai di rumahnya.
"Huuuh, untuk mama sama papa belum pulang. Jadi gak ketauan kalau aku bohong!" gumam Salma yang bergegas masuk kedalam kamarnya.
Salma melepas jaket hitamnya dan berganti baju memakai piyama. Dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan menatap langit-langit kamarnya dengan penuh kebahagiaan.
~ derrrt ~ ponsel Salma bergetar.
Salma mengambil dan melihat ponselnya. Ternyata ada sebuah pesan dari nomor tak di kenal yang membuat Salma bingung.
'Besok kutunggu di depan rumahmu. Kita berangkat sekolah bersama.' isi pesan dari nomor tak di kenal itu.
"Siapa ini? Ah, tidak jelas!" Ucap Salma sembari melemparkan ponselnya ke ranjang yang empuk dan bergegas untuk tidur.
Salma berharap dirinya bisa mimpi indah, dan berbeda dengan malam-malam sebelumnya.
***
Dari siapa coba pesan itu?
Ada yang bisa nebak?Jangan lupa vote dan coment mu ya guys!
Thank's you so much!Shelfina
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE is HURT
JugendliteraturSalma Dira Audrey adalah seorang cewek yang cuek banget. Dulu dia benci dengan yang namanya temenan sama cowok, tapi setelah dia bertemu dengan Gabriel dia tidak bisa melupakannya. Suatu ketika, Tuhan berkehendak untuk memisahkan mereka. Sejak saat...