18. Cemburu?

9.2K 1.2K 268
                                    


Cemburu?

Ody menatap lelah pada sebuket bunga mawar di atas mejanya. Dia baru saja menginjakkan kaki di kelas dan disuguhi pemandangan bunga yang memenuhi meja.

Ini yang ketiga kali dalam tiga hari. Setiap pagi.

Kali ini dia tidak mau repot-repot mencari kertas yang mungkin terselip di antara bunga-bunga itu.

Tapi secarik kertas kecil mencuat ketika Ody menyambar bunga itu untuk dibuang ke tong sampah. Ody sudah menduga. Dari orang yang sama.

"Eh, eh. Jangan dibuang. Buat gue aja." Rana datang. Ody cepat-cepat menarik kertas itu dan meremasnya.

"Ambil aja."

Rana langsung mengambil bunga itu dan menimangnya seperti menggendong bayi.

Jomblo fakir kasih sayang!

"Gue jadi penasaran, Dy."

"Penasaran gimana?" Ody duduk di kursinya, melepas tas punggungnya.

"Udah tiga hari ini lo selalu dikasih bunga. Nggak ada note kecil gitu? Ucapan selamat pagi dan sejenisnya?"

Ody membulatkan mata. Rana kok tahu? "Nggak ada."

Setelahnya Rana tidak bertanya lagi. Dia sibuk menghujani bunga-bunga itu dengan ciuman.

Memangnya mencium bunga semenyenangkan itu, ya?

Rana seperti baru saja mendapat bunga dari Sang Pujaan Hati. Mabuk kepayang sambil membelai bunga dengan hati-hati agar kelopaknya tidak rontok.

Astaga. Ody hampir gila melihat kelakuan Rana di sampingnya.

"Dy..."

Apalagi? Ody menunggu Rana melanjutkan kalimatnya.

"Nggak mungkin Regan yang kasih, kan?"

"Nggak mungkinlah!" Ody menahan diri untuk tidak mengatakan kalau Regan tidak suka pacaran. Yang artinya dia malas bermanis-manis ria mengirimkan buket bunga. Apalagi tiga hari berturut-turut.

"Iya, nggak mungkin." Rana menggumam setuju. "Ngomong-ngomong soal Regan, tiga hari ini dia nggak nongol kayak biasanya."

Ody tidak berpikir sampai sana. Karena dia mengerti kalau Regan sedang memulai fase hidupnya yang baru.

Atau memang Regan sengaja menjauh?

***

"Ah, lo seharusnya nggak perlu kirim bunga. Datang dan kasih ke orangnya langsung." Kiki gemas dengan Ari yang bertingkah norak melihat Ody yang baru melangkah masuk ke kantin.

"Gue belum berani, Ki." Ari membela diri.

"Lo mau kirim bunga sampai kapan? Sampai kita lulus?" Adit ikut mengejek.

"Bakal gue lakuin kalau itu bisa luluhin hati Ody." Ari berkata yakin.

"Ody kan udah tahu perasaan lo gimana. Lo hanya perlu usaha terus, man. Jangan nyerah. Gue dukung lo!" Kiki berapi-api memberinya semangat. Dia sampai berdiri dan mengepalkan tangan ke udara. Ari segera menariknya duduk sebelum Kiki bertindak lebih jauh dan menjadi pusat perhatian.

Regan diam saja ketika ketiga sahabatnya meributkan masalah Ari yang sudah tiga hari ini mengirim bunga ke Ody. Dia tetap makan dengan tenang, tidak ikut menimpali.

Riana yang juga duduk di sini, sedikit mengerti keterdiaman kakaknya.

"Gabung sini, Dy!" Kiki berdiri dan melambai pada Ody. Ari terlambat mencegah. Apalagi Ody sudah menoleh.

R E T A K [1] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang