Penjelasan-penjelasanSatu hari cukup untuk Ody menata pikiran dan hati. Hari ini dia tidak akan mencari masalah dengan Bu Ida.
Bus merapat, Ody mengucir rambut panjangnya tanpa menyisakan poni di depan.
Apapun yang akan terjadi hari ini, akan dia hadapi.
Entah itu Maura yang menyiramnya dengan kuah bakso, misalnya.
Rana yang masih menatapnya benci.
Ari yang berbalik memusuhinya.
Atau Regan yang cari masalah dengannya.
Dia akan hadapi semua itu. Dia harus kuat. Cukup kemarin saja dia berbuat konyol dengan lari keliling lapangan seperti orang gila.
Iya, Ody kalap dan khilaf. Dia tidak punya pelarian lain.
Baru turun dari bus, ingin menyeberang, Ody tidak tahu jika seseorang sudah menunggunya di halte. Dan sekarang tangannya dicekal.
Ody semakin kesal ketika tahu yang mencekal tangannya adalah Regan.
Tolonglah, ini masih pagi. Ody baru saja selesai mengumpulkan semangat. Kenapa harus ketemu Regan sepagi ini. Semangatnya seperti menguap begitu saja.
"Lepas nggak?!"
"Bicara sebentar."
"Nggak. Gue nggak mau ngomong sama lo." Ody kekanakan. Tapi Regan melepasnya kemudian, tidak bersikeras menahan. Dia menghargai Ody yang masih marah.
Lagipula Regan tidak ingin merusak suasana hati Ody hari ini. Ketika perempuan itu turun dari bus, dia terlihat baik-baik saja. Seperti biasanya.
Regan terus memandangi Ody yang menyeberang ke sekolah. Disapa oleh Pak Dodo dan balas menyapa balik. Bahkan dia mendengar Ody bersenandung kecil.
Ody sedang menghibur dirinya sendiri? Apakah berhasil? Regan jadi ingin tahu.
Keingintahuan itu membuatnya bergegas menyusul Ody. Dia tiba-tiba kangen membuat Ody marah—bukan marah yang seperti kemarin. Tapi marah karena kesal.
Langkahnya kalah cepat dengan Ari. Karena yang terjadi selanjutnya adalah Ari menghadang Ody di lorong kelas sepuluh, di depan tangga.
Regan berhenti beberapa meter di belakang. Menatap punggung Ody dan wajah Ari. Menebak apa yang ingin dikatakan Ari.
"Aku minta maaf kalau perasaanku bikin kamu nggak nyaman, Dy."
"Aku juga minta maaf udah kasar."
Regan dengar semuanya. Meski dia tidak bisa melihat ekspresi di wajah Ody.
"Ini bukan soal kamu suka Regan kan, Dy? Aku yakin kamu punya alasan lain."
Ody tanpa pikir panjang langsung menjawab. "Alasanku masih sama seperti kemarin, Ri. Kamu mau cari pembenaran lain? Buat apa? Kamu cari alasan buat nggak mundur?"
Begitulah Ody. Baru saja dia bilang maaf, hanya untuk sedetik kemudian kembali mengatakan hal yang menyakitkan.
Ya, Ari hanya harus terbiasa dengan sikap Ody yang itu.
Tunggu. Regan malah luput menangkap konteks kalimat Ody. Masih saja Ody mengatasnamakan dirinya untuk tameng.
Bagaimana kalau Ari percaya begitu saja?
Ari menatap Ody dengan sedih. Tanpa emosi. Hanya tatapan sendu. Kalau saja Ari perempuan, maka bisa dipastikan hatinya selembut apa.
Regan mulai mengerti posisi Ody yang serba salah. Satu sisi, dia menjaga perasaan Rana, sahabat baiknya. Namun di sisi lainnya, Rana salah paham dengannya. Sementara Ari masih belum terima kalau dirinya harus mundur begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E T A K [1] ✓
Teen Fiction#1 Long Way to Home [teenlit] JUDUL AWAL: PULANG Hidup seorang Regan memang tak genap, tapi lantas bukan berarti retak; compang-camping. Dia bahagia, meski hanya hidup berdua dengan sang Mama. Sampai suatu hari, Regan dipaksa untuk mengerti keegoisa...