If I lay here,
If I just lay here,
Would you lay with me,
And just forget the world?--The Wind and Wave - Chasing Cars (Cover)
Pelarian
Punggung Ody terasa sakit ketika dibenturkan dengan dinding di belakang sekolah. Ada sebuah tangan yang memegang kedua pipinya. Membuatnya tidak bisa berkutik. Apalagi berteriak.
Tapi dia mengenali dengan baik siapa yang menarik lalu menyeretnya ke belakang sekolah.
"Gue males cari masalah sama lo. Tapi berhubung lo berharga di mata Regan, gue terpaksa. Lo kalau mau marah, marah sama dia. Oke?"
Ody berontak. Tapi jelas kalah tenaga.
"Coba kita lihat sejauh apa dia mau bertingkah sok pahlawan." Benni tertawa. Dia mendekat ke Ody. Kedua temannya membantu mencekal kedua tangan Ody hingga perempuan itu tidak bisa berbuat banyak.
Ody menendang perut Benni sebagai bentuk perlawanan. Lelaki itu terdorong mundur sambil mengumpat. Dia yang semakin marah melayangkan tangan ke pipi Ody.
Tamparan itu keras. Hingga satu titik darah menetes ke seragam putih Ody.
"Pengecut! Kalau mau jadi preman, nggak usah sekolah! Sana gelandang di jalan!" Ody merasa harga dirinya diinjak. Pipinya berkedut nyeri. Seumur hidup, baru kali ini ada yang berani menamparnya.
"Punya nyali juga lo." Benni semakin tertantang. "Kita lihat seberapa nyali lo."
Ody berteriak meminta tolong namun segera dibungkam dengan tangan Benni. Kepalanya kembali ditekan ke dinding.
"Lo boleh ngadu ke Regan setelah ini. Bilang sama dia kalau jangan sok jadi jagoan di sekolah. Gue udah sabar sama dia. Tapi dia ngelunjak. Gue nggak tanggung kalau orang-orang yang dekat dia jadi korban. Lo yang kedua." Benni mengakhiri ancamannya dengan seringaian licik.
Ody tidak bisa bergerak banyak karena selanjutnya Benni mendesaknya ke dinding dengan tubuhnya. Ody tidak bisa menghindar. Jangankan berteriak.
Hingga sebuah hantaman benda terdengar. Badan yang mendesak Ody terasa menjauh, tangan yang mendekap mulutnya terlepas. Udara yang sempat hilang bisa dia rasakan lagi.
Ody jatuh luruh ke tanah. Kedua tangannya mendekap tubuhnya sendiri. Sementara di depannya, Regan menghajar Benni tanpa ampun. Kedua temannya sudah ambruk sejak tadi.
Regan marah sejadi-jadinya. Dia tidak akan memberi ampun Benni kali ini. Tongkat kayu yang dia gunakan untuk menghajar Benni sudah patah jadi dua. Tapi dia belum ingin berhenti. Benni yang sudah bersimbah darah tertawa penuh kemenangan.
Dia berniat maju tapi isakan kecil membuatnya menoleh. Ody terduduk dengan gemetar.
Regan membantu Ody berdiri. Dia merasakan bagaimana perempuan itu bergetar. Kedua tangan yang dia pegang sedingin es. Ada noda darah di seragamnya.
Regan mengantar Ody ke UKS. Menuntun perempuan itu untuk duduk di atas kasur.
"Aku cariin obat memar."
Tapi Ody tidak mau melepas tangannya. Ody kembali menangis.
"Maaf, Dy. Gue minta maaf." Regan bersimpuh di depan ranjang itu.
Hatinya sakit melihat Ody seperti ini. Dia mengenal Ody dengan baik. Dia mengenal bagaimana keluarga Ody. Bagaimana mereka menjaga Ody dengan baik. Bagaimana keluarga Ody yang baik kepadanya. Sedangkan dirinya... dia bahkan tidak bisa menjaga Ody.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E T A K [1] ✓
Ficção Adolescente#1 Long Way to Home [teenlit] JUDUL AWAL: PULANG Hidup seorang Regan memang tak genap, tapi lantas bukan berarti retak; compang-camping. Dia bahagia, meski hanya hidup berdua dengan sang Mama. Sampai suatu hari, Regan dipaksa untuk mengerti keegoisa...