Kaki ramping itu dengan lincah melangkah cukup cepat melewati padatnya orang-orang yang berlalu lalang. Bibirnya yang di poles lipstick warna nude itu sesekali menyesap kopi yang Ia pegang. Ia berjalan memasuki salah satu ruko di kawasan kelapa gading itu. Sapaan dari satpam yang membukannya pintu pun Ia terima. Wanita cantik itu ikut menyapa balik. Baru saja beberapa langkah Ia masuk Ia sudah di hampiri oleh seseorang wanita yang terlihat lebih tua darinya.
"Pagi bu, tadi saya dapat laporan kalau hasil foto prewednya mba Sinta dan mas aryo sudah keluar mungkin sekitar jam 11 akan di antar oleh kurir." Ucap wanita itu.
"Oke, thank you Sandra. Oh iya hari ini kita ketemu klien jam berapa ya?"
"Harusnya sebentar lagi bu"
"Baiklah. Saya masuk dulu ya" wanita itu melangkah masuk ke dalam ruangannya. Ia meletakan tas tangan dan juga kopi di atas meja kerja lalu mendudukan dirinya di atas kursi kerjanya.
Dia adalah Mikhayla Holland seorang pemilik Wedding organizer sekaligus wedding planner itu sendiri. Meskipun WO miliknya baru berjalan 5 tahun namun sudah terlihat bahwa usaha itu begitu sukses. Tidak ada keraguan yang berarti pada WO milik Mikhayla atau yang akrab di panggil aya itu. 99 dari 100 orang merasa sangat puas pada hasil kerja Aya dan team.
Aya baru saja akan mengikat rambutnya kalau saja ruangannya tidak di ketuk lebih dulu.
"Maaf bu tamunya sudah datang" ucap Sandra.
"Suruh masuk ya,makasih san" ucap Aya. Aya melanjutkan menguncir satu rambutnya hingga seorang wanita cantik di temani sandra masuk ke dalam ruangan Aya.
"Pagi Mba Mikhayla," sapa wanita cantik itu. Aya tersenyum senang dan mendekat lalu melakukan pelukan singkat.
"Pagi Mba Rena, silahkan duduk." Ucap Aya. Mereka berdua pun menuju sofa. Sandra pun mengambilkan beberapa berkas di meja Aya lalu memberikannya pada Aya dan Ia pun keluar.
"Wah, susah sekali ingin bertemu langsung dengan Mba Aya." Ucap Rena.
"Duh maaf ya mba, jadi gimana kapan tanggal pernikahannya?" Tanya Aya
"25 bulan depan mba Aya. Pokoknya Rena minta bantuan mba Aya banget ya." Ucap Rena
"Pasti pasti. Ini datang sendiri?" Tanya Aya
"Sendiri mba. Tapi calon ku masih di jalan sebentar lagi sampai." Ucap Rena
"Oh gitu. Jadi gimana-gimana ceritain dulu kamu mau acaranya gimana?" Tanya Aya ramah.
Rena dan Aya pun membicarakan tentang tema yang sekiranya akan pas dan sesuai dengan keinginan Rena. Tak lama kemudian ruangan Aya kembali di ketuk. Masuklah sandra membawa 2 gelas dan dengan seorang pria yang belum masuk sepenuhnya karna masih mengangkat telfonnya.
"Sebentar ya" ucap Aya pada Rena. Ia berjalan menuju mejanya mengambil ponselnya yang berdering. Aya pun kembali menyesap kopinya.
"Mba Aya perkenalkan ini David calon suami saya" ucap Rena.
"Oh Iya," ucap Aya dan membalik tubuhnya untuk menatap Rena dan david.
Gelas kopi di tangan Aya terjatuh begitu saja. Membuat isinya mencuat ke berbagai arah termasuk mengenai Aya wajah Aya sendiri. Sedetik,dua detik,tiga detik Aya masih mematung di tempatnya dunianya seakan berhenti. Diantara ribuan David yang mungkin saja datang ke tempatnya, pria yang di hadapannya adalah satu-satunya David yang tidak Ia harapkan untuk datang ke tempatnya atau untuk Ia temui lagi dimanapun.
"Mba Aya?" Tanya Rena dan mendekat menyentuh bahu Aya. Membuat Aya tersadar dari keterkejutannya.
"Ah iya ? Maaf-maaf tangan saya licin tadi" ucap Aya cepat. Pria yang berada di hadapannya pun mematung sempurna. Ia sama kaget dan terkejutnya melihat wanita di depannya itu.
"Mba Aya ngga papa?" Tanya Rena
"Ohh ngga papa" ucap Aya dan mengambil Tissue dengan cepat Ia membersihkan dirinya. Aya mencoba menguasai dirinya sendiri. Dengan di temani Rena Ia pun mendekat pada pria bernama David itu yang masih menatapnya tajam.
"Sayang, ini Mba Mikhayla" ucap Rena. Pria itu menoleh menatap Rena.
"Siapa namanya?" Tanya David
"Mikhayla, Mikhayla Holland." Saut Rena.
"Pagi mas David, saya Mikhayla panggil saja Aya" ucap Aya dan mengulurkan tangannya serta tersenyum ramah. David memberikan smirknya. Ia sungguh tak tau harus memberikan reaksi seperti apa pada wanita di hadapannya itu. David menjabat tangan Aya.
"Yah tentu saja bisa menjadi Mikhayla atau siapapun. Saya David" ucap David singkat.
"Kamu kenal?" Tanya Rena. David masih menatap lekat Aya. Hingga kemudian Ia tersenyum dan menatap Rena. David mengusap kepala Rena lembut.
"Hanya mirip, aku pikir dia orang yang aku kenal. Tapi seingat ku aku tidak memiliki kenalan bernama Mikhayla Holland. Maaf ya aku telat tadi macet sekali" ucap David. Rena hanya mengangguk.
Aya mengatupkan rahangnya keras-keras. Ia sungguh ingin pergi dari tempat itu. Kemana saja asal tidak ada David di sana."Ayo silahkan duduk Mba Rena,Mas David." Ucap Aya ramah. Merek bertiga pun kembali duduk di sofa. David masih terus menatap Aya. Sedangkan Aya sebisa mungkin mengalihkan pandangannya dari david. Tiga puluh menit berlalu hingga akhirnya Rena memilih salah satu tema yang di usulkan oleh Aya.
"Yaudah yang itu saja mba. Kamu gimana sayang?" Tanya Rena dan mengusap tangan David.
"Terserah kamu" saut David dengan lembut namun nada suaranya tetap dingin. Rena melirik ponselnya yang bergetar Ia mendapatkan sebuah pesan.
"Ya ampun aku harus ke kantor sekarang. Saya kamu bisa selesaikan urusan administrasi dan lain-lain kan. Aku harus ke kantor sekarang ada masalah" ucap Rena. David mengangguk.
"Mau aku antar?" Tanya David. Rena menggeleng dengan cepat.
"Aku duluan ya. Mba Aya di lanjut dengan David ya. Saya duluan maaf sekali" ucap Rena. Ia memeluk singkat Aya dan juga david lalu pergi dari ruangan itu.
Aya mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup begitu cepat. Kini dirinya hanya tinggal berdua saja. Hanya berdua dengan pria yang terus menatapnya lekat juga dingin. Seakan-akan Aya adalah daging yang bisa di telan bulat-bulat oleh pria itu. Aya selalu mencoba menghindari tatapannya dari pria itu.
"Long Time no see, Mi..khay..la.. Ho..lland?" Ucap David dengan dingin dan penuh penekanan. Ia menyilangkan kakinya dan tersenyum sinis.
"Apa anda mengenal saya tuan?" Ucap Aya yang ikut mengangkat wajahnya dan kali ini tak lagi mengalihkan pandangannya. Ia ikut menatap pria tampan namun dingin itu.
"Sebagai Mikhayla? Tentu tidak. Tapi mungkin sebagai diri mu yang lain atau mungkin orang yang berbeda." Saut David.
Mikhayla tak mengatakan apapun. Hanya terus menatap David lekat-lekat. Begitupun David. Aroma permusuhan seakan mencuat begitu saja dari segala arah. Masing-masing dari mereka mencoba mengulang apa yang ada dalam ingatan mereka. Seakan tubuh mereka tertarik begitu jauh pada masa lalu. Pada kenangan 5 tahun lalu.
***
Hai haloooo...Masih gaje ya.. maafin ya.
Semoga suka..Vote and Comment please... 😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Detect Me
RomanceApa kau yakin kau mengenal dia? Seseorang yang kini mungkin menjadi suami atau kekasih mu. Mungkinkah jika dia bukanlah dia yang kamu tau selama ini ? _Detect!_