M7

527 55 21
                                    

Seorang wanita melirik sinis pada David yang saat ini sedang di kenalkan oleh Ayahnya sebagai putranya yang sementara akan bekerja di rumah sakit swasta itu. Wanita itu adalah Eva adik kandung David. Ia sungguh merasa jengah dan muak melihat David di bangga-banggakan seperti itu. Ia yang sudah hampir 3 tahun bekerja di sana saja belum sekali Ayahnya memperlakukannya seperti itu ya. Ya meskipun memang dia hanya dokter umum dan tidak sehebat Ayah ataupun kakaknya. David menatap tak enak pada Eva yang akhirnya memilih pergi meninggalkan mereka. Alih-alih ingin menjauhkan diri dari urusan kaka dan ayahnya itu Eva justru mendapatkan hal yang lebih buruk. Hampir di setiap sisi rumah sakit itu telah banyak tersebar gossip tentang 'wakil ketua departement mikrobiologi baru,muda,tampan,anak dari kepala dokter bedah jantung dan Single' Ya semua orang membicarkan tentang David. Eva tersenyum miris. Bagimana mungkin orang yang baru saja masuk dan di keluarkan dengan tidak terhormat dari pekerjaan sebelumnya langsung menjadi wakil ketua departement. Pria itu benar-benar seperti bakteri untuk Eva. David menyusul adiknya itu.

"Apa kita bisa bicara?" Ucap David. Eva melirik tajam pada David.
"Saya harus menangani pasien. UGD tidak akan pernah berhenti pasien. Tidak seperti laboraturium tempat mu yang mungkin saat ini sedang mengadakan pesta penyambutan wakil ketua tim baru" ucap Eva
"Apa menurut mu itu mau ku? Aku hanya butuh pekerjaan. Bukan ingin popularitas seperti ini." Ucap David
"Ya,baguslah nikmati pekerjaan baru mu itu dokter. Saya permisi dulu. Semoga penelitian mu disini bermanfaat" ucap Eva dan meninggalkan David.
David pun hanya menghela napasnya Ia sungguh tak bermaksud ingin seperti ini. Ia juga tak benar-benae butuh pekerjaan ini. Ia hanya ingin mencari tau tentang Robert. Sialnya hal itu lagi-lagi membuatnya harus mengorbankan waktu pribadinya.
***
Juna dan Fang mengangkat gelas mereka untuk David.
"Cheers" ucap Juna dan Fang. David hanya ikut mengangkat gelasnya malas.
"Why bro? Lu sudah punya pekerjaan baru. Harusnya smile dong" ucap Fang
"Nih biar lu ngga manyun lagi" ucap Juna dan menyerahkan beberapa berkas-berkas.
"Apaan ini?" Tanya David
"Kunci apartement,surat apartemen,kunci mobil,surat mobil,Sim,buku tabungan dan lain-lain. Lu harus menetap di sini kan dan gua atau Fang ngga bisa terus-terusan deket sama lu. So mulai hari ini kita harus mengurangi intensitas bertemu kita dan lu harus mulai jalanin hidup lu sebagaimana manusia biasa lainnya" ucap Juna. David hanya menghela napasnya. Hal itu sungguh membuatnya semakin gusar. Ia seorang agent tapi bahkan tidak memiliki ke istimewaan sebagai Agent.
"Jadi siapa yang akan lu nikahi?" Tanya Fang yang sungguh ketika Ia bicara dengan bahasa indonesia akan sangat membuat sakit kepala. David mengedikan bahunya.
"Dari semua hal itu ini yang paling penting Vid" ucap Juna
"Jun, gua boleh minta tolong cariin data ngga" ucap David yang mendadak antusias.
"Siapa?" Tanya Juna
"Aurelia Dawson." Ucap David
"Dia siapa?" Tanya Fang
"Harusnya bisa jadi istri gua,kalau Juna bisa dapet Info penting yang bisa kita jadiin kelemahannya" ucap David dan tersenyum penuh maksud.
"Gua mendadak pengen peluk Aurelia Dawson ini" ucap Fang
"Kenapa?" Tanya David dan Juna.
"Yah,sial sekali nasibnya kalau sampai dia benar-benar menjadi istri mu" ucap Fang. David merubah raut wajahnya menjadi masam. Sedangkan Juna hanya mencoba menahan tawanya.
***
Jam sudah menunjukan hampir pukul 10 malam. Aurel mengeratkan jaketnya ketika angin malam terasa begitu dingin dan menusuk tulangnya. Angin malam jakarta malam ini terasa lebih dingin dari pada Biasanya. Aurel mempercepat langkahnya. Rasa takut sedikit menyelimuti dirinya,biasanya jalanan ini tak pernah begitu sepi. Kalau tidak terpaksa dia tidak akan keluar selarut ini. Langkah Aurel semakin cepat ketika dia tiba-tiba saja mengingat adegan film hantu yang minggu kemarin terpaksa harus Ia tonton sebab mengikuti pujaan hatinya.

"Aaa" Aurel menjerit ketika sebuah tangan tiba-tiba saja menariknya. Semua bayangan buruk sudah memenuhi otaknya. Aurel bahkan hampir menangis di buatnya.

"Ssst,Diamlah!" Ucap David. Aurel pun menghentikan isakannya.

"Kau? Sedang apa di sini?" Ucap Aurel dan langsung menegapkan tubuhnya.
"Mencari mu!"ucap David. Aurel menatap dengan tatapan menyelidik pada David.
"Dari mana saja kau?" Ucap David. Aurel pun langsung melihat tangannya dan menyembunyikan sesuatu yang Ia pegang di balik punggungnya.
"Apa yang kamu sembunyikan?" Tanya David.
"Bukan urusan mu!"ucap Aurel. Namun David masih berusaha mengambil sesuatu dari tangan Aurel itu.
"Ya! Lepaskan" ucap Aurel. David menolak melepaskan hingga barang yang di pegang Aurel pun jatuh dan menggelinding tepat di kaki David. Mereka berdua menatap ke arah benda itu lalu saling menatap dan seperkian detik kemudian baik David ataupun Aurel ingin mengambil benda yang membuat kepala mereka harus berbenturan dengan keras. Aurel dan David memegangi kepalanya ke sakitan. David pun mengambil sesuatu di kakinya itu yang adalah sebuah pembalut.
"Apa ini?"tanya David.
"Apa kau buta?atau bodoh?" Ucap Aurel sinis. Ia ingin mengambil pembalutnya namun David menjauhkannya.
"Apa ini benar-benar pembalut atau ada barang lain yang kau sembunyikan heum?" Ucap David dan ingin melihat isinya namun dengan cepat di ambil oleh Aurel.
"Kau gila!" Ucap Aurel dan akan pergi namun ucapan David menahan Aurel.
"Aurelia Dawson lahir 21 agustus di surabaya, sembilan belas tahun Lalu. Di keluarkan dari SMA Putra Jaya 9 saat kelas 2 SMA" ucap David. Aurel membalik tubuhnya dan menatap geram pada David.
"Siapa kau!" Ucap Aurel. David akan bicara namun Aurel lebih dulu membentak.
"Siapa kau! Sampai-sampai berani mencari tau tentang diri ku! Kau pikir kau ini CIA? FBI? BIN? Apa hak mu mengecek identitas mu" ucap Aurel dan mengamuk. Ia memukuli David sejadi-jadinya,menjambak atau apapun yang bisa Ia gapai dari tubuh David.
Keributan itu terjadi begitu saja,kini keduanya sudah berada di dalam kontrakan Aurel yang tentu saja tidak besar. Wajah David di penuhi oleh luka cakar,rambutnya acak-acakan,pakaiannya tak karuan. Aurel mendekat ke arah David dan melemparkan kotak Obat di depan David. David yang sedikit takut Refleks melindungi dirinya.

"Aku hanya.."
"Diam jangan bicara kalau kamu masih ingin hidup" ucap Aurel dan duduk di samping David. Aurel masih menatap David dengan marah. Ia sungguh tidak suka David mencari tau siapa dirinya. Lagi pula memang apa salahnya sampai kehidupan pribadinya harus di cari tau. Aurel mengambil kotak Obat,Ia mengambil kapas juga obat merah. Ia mengelurkan tangannya untuk mengobati David,namun David lagi-lagi refleks menyingkir karna takut.
"Mau apa kau?" Tanya David. Aurel menarik kemeja David agar mendekat padanya. Ia mengobati wajah tampan David dengan tanpa suara.
"Apa kau selalu seganas itu?" Tanya David
"Diamlah" ucap Aurel dengan tenang namun penuh penekanan.
"Ahh.." ucap David saat Aurel sedikit menekan pada Lukannya. Aurel menghentikan kegiatannya. Ia menatap David masih dengan kesal. Kali ini lebih pada frustasi.
"Apa sih salah ku? Apa sih mau mu?" Tanya Aurel.
"Ayo kita kerja sama" ucap David
"Sebentar kamu ajak aku kerja sama,lalu kau buang dan kau minta aku lagi. Kau pikir aku boneka mu! Kau pikir aku Tiara yang akan lulus dengan rayuan busuk mu?" Ucap Aurel kesal.
"Kali ini aku serius. Aku akan memberikan Robert pada mu setelah urusan ku selesai. Tapi sebelum itu tolong bantu aku" ucap David. Aurel menghela napasnya.
"Aku tidak berminat. Aku memutuskan untuk menyerah pada Robert" ucap Aurel
"Jangan!" Ucap David cepat.
"Aku lelah terus menguntitnya seperti orang bodoh!" Ucap Aurel
"Kau sudah bodoh. Kebodohan mu selama ini akan sia-sia kalau kau berhenti. Ayolah kerja sama" ucap David
"Kerja sama seperti apa?" Tanya Aurel yang pertahanannya mulai kembali menurun.
"Menikahlah dengan ku" ucap David. Aurel reflek menyenggol kotak obatnya karna kaget. Ia menatap David tak percaya.
"Apa kau bilang?" Tanya Aurel lagi. David memejamkan matanyanya.
"Menikahlah dengan ku,jadilah istri ku" ucap David. Aurel hanya dapat mengerjapkan matanya. Ia sungguh tak menyangka mendapatkan pernyataan seperti itu dari pria yang bahkan baru satu minggu Ia kenal. Pria yang selalu mengajaknya bertengkar setiap kali bertemu. Apa ini yang di katakan orang bahwa kita tidak akan pernah tau kapan jodoh kita akan datang?
***
Halllooooo.....halloooo

Ada yang tungguin ngga ???
Semoga cukup menghibur ya...
Minta vote dan commentnya ya please ..please.. 😘

Detect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang