M6

556 58 10
                                    

Ruangan berukuran 4*4 itu terlihat cukup ramai meski pun hanya berisi 3 orang. Juna terlihat sedang mendebat sesuatu oleh tim lainnya bernama Fang,pria tampan keturunan Cina Amerika. Sedangkan David terlihat sibuk dengan ponselnya. Ia sibuk membalas pesan dari Tiara dan menggoda wanita itu. Mencoba mendapatkan hatinya lalu menimba informasi sebanyak-banyaknya. Juna dan Fang masih terus berdebat jika saja pintu ruangan itu tak lebih dulu di ketuk. Tanpa perlu mendapat izin orang-orang yang ada di dalam ruangan. Tamu tak di undang itu pun membuka pintu lalu masuk ke dalam dan kembali menutup pintunya.

"Ada apa Eva?" Tanya David dan menatap gadis bertubuh kecil itu. Tingginya mungkin tidak sampai 160. Eva duduk di bangku depan David.

"Hallo dear" sapa Juna. Eva tak memberi respon atau tanggapan apapun pada yang lain. Ia hanya menatap David datar lalu menyerahkan sebuah amplop putih pada David.

"Ini surat panggilan untuk mu! Cepatlah urus Visa mu lagi atau pindah saja jadi WNI kalau kamu memang betah di Indonesia. Apa sih hebatnya jadi warga Amerika. Kalau kamu cinta sekali pada negara mu itu pulang dan kembali lah" ucap Eva dan keluar dari kamar David. Juna dan Fang hanya memandang ngeri pada gadis bernama Eva itu yang adalah Adik dari David.

"Apa dia tidak bisa ramah sedikit?" Ucap Fang dengan bahasa Indonesia yang berantakan. Juna hanya mengkodekan pada Fang untuk tak membicarakan apapun tentang Eva pada David. David pun menatap amplop yang di beri Eva,Iya membukannya dan membacanya seperti yang Ia tau surat itu berisi pemberitahuan bahwa dirinya akan segera di deportasi.
Juna menatap David begitupun dengan Fang.
"Gua rasa kita memang harus balik ke Amerika deh Vid. Urusan Robert bisa di tangani oleh yang lain" ucap Juna
"Yups,gua bisa ambil alih Robert dengan new tim. Lagi pula kenapa harus selalu dia yang di tuduhkan. Beberapa pemeriksaan kita menyatakan bahwa Ia tak bersalah" ucap Fang
"Gua harus di sini. Tapi Tim bahkan ngga support gua untuk ngebuat kewarganegaraan ganda" ucap David
"Ya tentu saja karna kita bukan tim Inti. Kita hanya penyidik kelas bawah vid. Meskipun memang kita sudah memasukan 4 orang kasus virus itu ke dalam penjara." Ucap Juna
"Kenapa sih harus robert yang kalian kejar? Kalian bisa mendapatkan yang lainnya" ucap Fang
"Karna gua yakin robert adalah kunci utamanya untuk kita menemukam siapa mafia di balik kasus Virus ini" ucap David.
"Kalau gitu biar serahin sama Tim yang memang di tugaskan di indo." Ucap Fang
"Gua ngga bisa" ucap David
"Lu ngga ada pilihan lain" ucap Juna
"Ada" ucap Fang
"Apa?" Tanya David
"Menikah dengan orang Indonesia" ucap Fang
"Crazy" ucap Juna dan David bersamaan. Fang hanya tertawa garing dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal.
***
Aurel merapikan meja-meja di cafe. Sesekali Ia menghela napasnya dalam. Ia tidak tau mengapa bisa segila ini bekerja rodi hanya demi seorang pria bernama Robert itu. Rasanya ingin sekali menjerit-jerit. Namu hal itu hanya dalam bayangannya saja.

"Morning Aurel" sapa Robert. Aurel yang sedang melamun pun tergagap mendapatkan sapaan Robert. Robert sungguh orang baik menurut Aurel bagaimana tidak di saat semua boss cafe lain mencari pekerja berpenampilan menarik Robert tetap menerima Ia bekerja.

"Morning pak" ucap Aurel. Robert duduk di kursi yang baru saja di rapikan Aurel.

"Bisa buatkan saya Espresso dan sandwich?" Tanya Robert.

"Oh bisa pak" ucap Aurel
Robert tersenyum lagi. Ia melirik jam tangannya.

"Ini belum masuk jam kerja mu,kamu bisa panggil saya Robert saja." Ucap Robert. Aurel hanya menelan ludahnya. Robert tersenyum lagi.

"Baiklah, bapak saja kalau kamu keberatan. Boleh buatkan sekarang? Satu jam lagi saya akan ada meeting." Ucap Robert

Aurel mengangguk dengan cepat "oh iya pak" ucap Aurel dan bergegas meninggalkan Robert. Robert memanggil Aurel sesaat sebelum Ia pergi.

Detect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang