5.PSIKOPAT

122 22 2
                                        

"Mendingan minum kopi pahit. Dari pada ngedenger kabar pahit kalau gebetan bahagia sama pacar barunya"

Rahma membuka matanya ketika kakaknya masuk kedalam kamar dengan pakaian olah raga lengkap dengan sepatu lari dan kepala yang sudah di ikat handuk kecil berwarna merah. Revan membuka hordeng dan jendela membuat sang pemilik kamar menarik selimutnya sampai menutupi semua badan kecuali pala. Cuaca pagi ini cukup dingin. *sedingin hati dia eakk

"ayo dek, kita lari" Revan menarik tangan Rahma yang kesadarannya belum stabil.

"mager ah kak" Rahma berbicara dengan ogah-ogahan.

"ah lo mah. Ayolah mumpung hari sabtu ini gue libur kuliah nih, temenin gua lari napa" rengek Revan.

Rahma melirik jam yang berada di nakas "masih jam setengah enam kak. Masih cape and ngantuk gua"

Revan berdecak kesal melihat adik kesayangannya ini "lo tuh udah tidur dari kemaren subuh, bukan tadi subuh. Masa iya sampe sekarang masih ngantuk"

"serius deh kak, gua ngantuk" Rahma mengangkat dua jarinya dengan lemas.

"ayolah. Gue janji deh, nanti malem gue ajak lo jalan-jalan. Ntar malem minggu kan?" pertanyaan Revan membuat Rahma membuka matanya lebar, karena ini kesempatan untuk mengejek teman-temannya yang malam mingguan hanya dengan colokan dan modem.

"oke deh. Tapi nanti tempatnya gua yang nentuin ya kak" ucap Rahma dengan girang.

"terserah adekku yang jomblo ini deh. Sekarang kamu ganti baju abis itu turun ya mblo, jangan lupa pake sepatu sport bukan wejjes" ucap Revan dengan lembut sambil membelai rambut Rahma. Bukannya tersenyum di perlakukan seperti itu oleh kakanya, melaikan Rahma malah melempar muka Revan dengan bantal membuat Revan meringis.

"sialan lo kak ngatain gua jomblo, kaya sendirinya ga jomblo aja" sungut Rahma dengan tangan yang sudah memegang guling ke dua siap-siap untuk melemparkannya ke Revan. Namun sebelum melempar guling itu Revan buru-buru kabur dari kamar Rahma.

"GUE GAK JOMBLO DEK TAPI SINGEL" teriak Revan dari luar pintu kamar Rahma.

"SAMA AJA BODOH"

***

Pelipis sudah mulai bercucuran keringat, matahari sudah muncul dengan sempurna dari arah timur. Namun Revan belum juga berhenti berlari, sedangkan Rahma yang mengikuti jejak kakaknya sudah engap-engapan karena gak kuat berlari lagi.

Rahma menjatuhkan badannya di tanah sedikit rumput dengan kaki lurus. Revan menghentikan larinya lalu menghampiri Rahma. Dia mengkancakkan pinggangnya melihat adiknya tiduran di tanah dengan tangan di rentangkan plus terkena sinar mahatari, udah kaya ikan asin aja nih bocah, batin Revan. Untung hari ini orang tidak banyak yang olah raga di lapangan ini, jadi tidak terganggu dengan posisi Rahma sekarang sekaligus tidak malu-maluin.

"eh dek, bangun lo" ucap Revan dengan sedikit berteriak.

"huh,,, tar dulu kak, gua cape nih" Rahma memejamkan matanya sambil menstabilkan nafasnya.

"aelah, malu woy di lihatin orang-orang. Bangun cepetan" Revan berdecak.

"five minit again kak"

"five minit five minit, bangun cepetan. Bahasa ingris masih remed sok-sokan mau ngomong Bahasa ingris" Revan menarik tangan Rahma sampai terduduk.

"aduh kak. Rahma cape, gak kuat jalan, gendong" Rahma merentangkan tangannya.

"buseh, nyadar diri oy badan lu gede" Revan menoyor kepala Rahma.

THE CRAZY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang