Aku benar-benar berada di sudut teras. Dengan lampu padam. Semuanya gelap. Gemetaran dengan bibir bergetar. Masih terlalu shock saat menyadari rumah yang baru saja aku masuki ini telah di bobol oleh perampok. Dan sang pelaku sepertinya masih di dalam.
Suara hantaman keras membuat aku mendongak ke arah pintu yang sudah di buka secara paksa.
Sejak aku bercerai dengan mantan suamiku. Atau katakanlah pecundang itu. Aku memang memutuskan hidup sendiri. Terlalu malu untuk kembali ke mama dan papa. Aku sudah menentang mereka berdua dan mempertahankan Dimas. Pria yang telah memikatku. Dia kelihatan cerdas dan baik. Berkenalan hanya satu bulan dan satu bulan kemudian kami menikah. Meski dengan restu papa yang terpaksa. Sampai akhirnya satu bulan kemudian aku menemukan Dimas berselingkuh. Dan aku langsung mengajukan cerai.Ironis memang. Seorang Summer yang cantik ini tertipu mentah-mentah.
"Nona, panggil polisi!"
Suara berat itu menyadarkanku dari lamunan ku. Sosok pria yang sejak tadi merangsek masuk begitu aku tiba di depan pintu rumah. Dengan gugup aku mencari-cari ponselku yang ada di dalam tas yang tergeletak begitu saja. Saking takutnya.
Suara hantaman lagi terdengar. Karena lampu teras mati aku hanya menangkap bayangan hitam dan suara rintihan seorang pria.
Aku dengan gemetar mengambil ponselku dan dengan tangan gemetar memencet nama kakak iparku. Dia yang bisa menolong."Halo. " suara serak khas bangun tidur menyambutku. Aku mengabaikan suara hantaman keras lagi. Tidak berani menoleh ke arah suara itu.
"Kak Abel. Aku butuh polisi."
"Summer. Apa yang terjadi?"
Suara di ujung sana terdengar khawatir."Aku dirampok."
*******
Pelukan Kak Rain menenangkanku. Perampok itu akhirnya di tangkap polisi. Kak Abel dan Kak Rain datang secepat mungkin ke rumahku. Kini aku sedang duduk di atas sofa ruang tamu. Suasananya sungguh porak poranda. Pecahan guci hias ada di mana-mana. Kak Abel dan pria yang menolongku tadi sedang menginspeksi seluruh rumah.
"Kamu pulang ke rumah mama saja Summer. Atau tinggal sama kakak. Tidak baik di sini sendirian."
Suara lembut itu membuat aku menggeleng.
"Summer gak mau nyusahin mama dan papa. Summer tahu sudah mempermalukan mereka. Dan Summer akan menunjukkan kalau Summer bisa kak."
Kak Rain akhirnya menghela nafasnya dan memelukku erat. Kakakku ini memang selalu lembut kepadaku.
"Lebih baik kamu kasih alarm. Tidak ada harta yang berhasil di ambil."
Kak Abel sudah muncul lagi di ruang tamu. Beberapa aparat kepolisian yang tadi datang ke sini sudah kembali ke kantor. Dan beberapa satpam komplek juga sudah kembali ke posnya. Sudah 4 jam berlalu. Bahkan sepertinya hari sudah pagi.Aku ingin menjawab tapi kemudian muncul sosok yang baru kali ini bisa aku lihat dengan jelas. Rambutnya berwarna pirang dan acak-acakan. Tubuhnya tegap dan lebih tinggi dari Kak Abel. Aku mengernyit melihat penampilannya. Jumper hitam memeluk tubuhnya. Lengkap dengan jins belel yang sobek di bagian lututnya. Dan aku bisa melihat sekarang dengan jelas saat dia mendekat. Ada anting kecil berada di salah satu telinganya. Dia pria berandalan. Tapi sudah menyelamatkanku.
"Kamu tidak apa-apa?"
Dia menatapku intens dengan matanya yang tajam. Rahangnya mengeras dan aku bisa melihat pelipisnya sedikit terluka. Tapi selain itu dia baik-baik saja.
Aku hanya mengangguk. Tidak mengenal dirinya. Saat tadi dia mencegatku di pagar depan rumah dan mengatakan ada penyusup yang masuk ke dalam rumah. Dia benar-benar terlihat dingin.
"Rain aku dan Raka akan ke kantor polisi. Membuat laporan. Kamu jagain Summer ya? Ada Pak Salim juga di sini "
Aku mendengar Kak Abel sudah menanyakan hal itu kepada Kak Rain. Tapi kepalaku berdenyut lagi. Aku pusing.
*******
Semalam Kak Abel dan Kak Rain menemaniku tidur di sini. Dan setelah melihat aku baik-baik saja mereka berdua pulang hari ini. Aku juga tidak bisa mengambil cuti di kantor. Pekerjaan akhir bulan membuatku terpaksa untuk masuk. Padahal aku ingin berada di rumah seharian ini.
"Summer kenapa kelihatan lelah gitu? Kurang tidur?"
Aku mengernyitkan kening mendengar pertanyaan Wida sahabatku di tempat kerjaku ini. Aku menatap ngeri tabel-tabel yang ada di layar monitor.
"Iya semalam rumahku kerampokan."
Aku memijat pelipisku. Wida tersedak roti yang baru masuk ke mulutnya. Dia selalu makan di saat jam kerja. Kalau ketahuan Pak Yoga dia pasti akan kena skors lagi.
"Tuh kan apa aku bilang. Kamu itu pulang sana ke rumah mama kamu. Perawan kok sendirian di rumah."
Aku langsung menatap Wida yang kini menjulurkan lidahnya.
Dia selalu menyebutku perawan. Katanya kalau baru satu bulan nikah itu belum bisa dikatakan janda. Ada-ada saja."Summer. Masuk ke ruanganku.," Suara Pak Yoga langsung membuatku menegakkan tubuhku. Aku langsung menoleh ke arah ambang pintu ruangan Pak Yoga.
"Baik pak."
Wida sudah mengkerut di balik kubikelnya. Takut kalau kena semprot Pak Yoga. Aku langsung melangkah masuk ke dalam ruangan. Dan melihat seorang pria berkacamata tengah duduk di depan meja Pak Yoga. Dan aku mengenalinya.
"Raka" dia yang baru saja menunduk menatap berkas di meja kini mengangkat wajahnya. Membenarkan kacamata di wajahnya. Dan tersenyum.
"Hai."
Bersambung
Repost ini ceritanya anaknya Badai dan adiknya Rainy di Rainy day. Masih seriesnya Papa langit
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER DAY
ChickLitSummer. Dia cantik dan menarik. Dia bisa mendapatkan pria manapun yang pasti akan langsung siap menikahinya. Tapi karena kesombongannya dia malah bertemu dengan pria yang salah. baru satu bulan menikah dia sudah di tinggal selingkuh. Dan dia memutus...