Bab 14 This Time

2.3K 489 25
                                    

"Kamu beneran mau dibodohi sama Dia?"Ucapan tajam  itu membuatku menatap Lena yang kini tampak shock mendengar ucapan Raka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu beneran mau dibodohi sama Dia?"
Ucapan tajam  itu membuatku menatap Lena yang kini tampak shock mendengar ucapan Raka. Aku dan Raka memang sudah memutuskan untuk menghadapi bersama. Terutama memberitahu Lena kalau kami akan menikah. Tapi aku tahu  ini tidak mudah.

"Aku mencintai Sam. Sejak dulu dan tidak akan pernah berubah."

Ucapan tegas Raka membuat aku menggenggam jemarinya. Dia sungguh membuat hatiku menghangat. Tapi Lena  sudah menatapku dengan penuh kebencian.

"Kamu wanita jalang. Apa yang kamu gunakan sehingga Raka mau tunduk sama kamu lagi? Kamu udah menghancurkan hidupnya  kamu membuat dia cacat  seumur hidup dan..."

"Hentikan Lena. Hentikan. Ini takdirku dan bukan salah Sam jadi...Aku mohon mengertilah."

Tapi sepertinya Lena  tidak mau mengerti karena dia langsung menghambur ke arahku yang duduk di sebelah Raka. Siang ini sebenarnya aku dan Raka sudah akan melaksanakan akad nikah. Raka memang tidak menunggu lama
Setelah  aku menerimanya, dia langsung melamar aku kembali kepada papa Badai. Dan seluruh keluarga setuju. Hanya saja saat akan akad nikah tiba-tiba Lena datang menggagalkan pernikahanku. Dan aku tidak mau terganggu lagi.

Plaaakkkk

Tentu saja aku langsung memegang  pipiku yang terkena tamparan.

"Lena!"

Saat itulah aku mendengar Raka berteriak dengan marah. Tapi kemudian dari arah pintu Kak Abel sudah masuk ke dalam ruangan dan menyeret Lena untuk keluar. Kami memang menyingkir sejenak dari ruang tamu tempat diadakannya akad nikah ini. Ingin berbicara baik-baik dengan Lena di dalam kamar. Tapi akhirnya..

"Sam.."

Raka mengusap pipiku yang memerah. Terasa perih. Tapi aku tersenyum ke arah Raka.

"Gak apa-apa. Nanti paling cuma memar. "

Tapi tatapan Raka menyiratkan dia sedih melihatku.

"Ayo kalian segera menikah. Lena sudah Abel usir keluar."

Itu suara papa. Dan aku langsung menoleh ke arah Raka.

"Maafkan aku. Tapi sahabatmu, Lena?"

Aku merasa bersalah telah memperlakukan Lena seperti itu  karena selama ini yang merawat Raka juga Lena. Bukan aku. Jadi aku makin merasa sangat egois melakukan ini.

"Hei.. Aku mencintaimu."

*****

"Sah. "

Ucapan itu masih terngiang terus di telingaku. Aku sudah sah menikah dengan Raka. Beberapa jam lalu. Keluarga memang tidak merayakan pernikahan ini. Hanya beberapa anggota keluarga terdekat dan tetangga sekitar. Setelah itu aku mengajak Raka ke dalam kamar. Dia tidak boleh terlalu kelelahan. Karena kakinya pasti akan merasa sakit kalau malam datang. Hawa dingin membuat kakinya kaku.

"Jadi apa yang harus aku lakukan?"

Kali ini Raka sudah naik ke atas kasur. Dia tampak lelah tapi dia terus tersenyum.

"Ehmm selimuti aja kakiku itu udah cukup."

Aku langsung mengambil selimut tebal dan melakukan perintah Raka.

"Udah. Mau minum obat?"

Tapi Raka menggeleng kan kepala. Dia malah menarikku untuk duduk di sampingnya.

"Sam. Maafkan aku ya."

Raka mengusap rambutku dengan sayang. Dia mengecup keningku. Lalu menyandarkan kepalaku di bahunya  tentu saja aku langsung memeluk tubuhnya. Raka terasa begitu hangat.

"Aku sudah bahagia. Kita akhirnya menikah."

Raka tersenyum tapi kemudian dia menatapku lagi.

"Aku tidak sempurna Sam. Tidak bisa memberikan kamu nafkah  lahir maupun batin. Aku cacat.."

"Husst heeiii.."

Kuusap bibirnya dan menyentuh pipi Raka.

"Aku tidak butuh itu. Aku sudah sangat senang kamu mau memaafkanku  dan menerimaku menjadi istri kamu."

Raka tersenyum. Senyum yang sejak dulu membuat jantungku berdegup kencang.

"Kalau aku berharap bisa jadi sehat kembali Sam apakah kamu senang?"

Tentu saja kuanggukan kepalaku. Aku ingin menyemangati Raka.

"Kalau begitu aku akan bersemangat. Aku mau melakukan terapi untuk kakiku. "

Ucapan Raka itu tentu saja membuat aku menatapnya terkejut. Karena aku tahu selama ini Raka sangat putus asa.

"Benarkah? Jadi besok kita bisa pergi menemui dokter yang menangani kaki  Kamu?"

Raka menganggukkan kepala. Dia langsung mengecup pipiku dengan sayang.

"Apapun akan aku lakukan asal kamu ada di sini. Kamulah semangat dan cahayaku Sam."

Bersambung

SUMMER DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang