Akhir bulan adalah jadwal yang padat untuk pekerjaan di kantor. Sejak masuk ke dalam kubikelku dan menatap layar monitor. Sejak itu pula aku tidak keluar dari kubikel. Pekerjaan menumpuk. Deadline.
Perutku terasa lapar pun aku abaikan karena semua ini harus sudah di berikan kepada bos sore nanti.
"Sam."
Suara itu membuat aku mengalihkan wajah dari layar monitor. Cahaya berpendar di mataku. Mungkin karena terlalu lama menatap layar monitor. Rasa dingin kini menempel di pipiku. Aku memekik dan mencoba menoleh ke arah pipiku.Ada satu kaleng minuman dingin yang menempel di pipiku. Raka lalu memberikan itu kepadaku.
"Buat lembur."
Dia hanya mengatakan itu dan meletakkan satu bungkus yang seperti makanan cepat saji di atas meja.
"Bye."
Hanya begitu saja. Tidak ada ekspresi menggoda atau apapun. Padahal kemarin aku masih ingat dengan jelas tawa renyahnya saat membawaku makan di kedai kopi. Raka yang ini terlihat begitu kalem. Penampilannya pun rapi.
"Ih dikasih sesuatu sama si Raka ya?"
Rina sudah menampakkan wajahnya dari balik kubikel. Dia tampak mengamati bungkusan yang masih aku sentuh di atas meja.
"Jangan bergosip. Udah deadline nih. Buruan."
Ucapanku hanya membuat Rina memberengut tapi menjulurkan lidahnya sebelum menghilang lagi di balik kubikel. Kuhela nafasku saat menyentuh minuman dingin pemberian Raka. Kenapa pria itu sangat baik kepadaku?
*****
"Hati-hati di jalan."Tepukan di bahuku membuat aku sedikit berjenggit. Malam ini akhirnya aku bisa keluar dari kantor. Bukan hanya aku saja sih. Semua orang dari semua divisi juga semuanya banyak yang lembur. Selalu begini tiap akhir bulan.
Aku menatap punggung pria yang tadi baru saja melewatiku dan menepuk bahuku. Dia Raka. Menenteng tas kerjanya dan tampak tenang saat melangkah menuju mobil miliknya yang terparkir dari tempat mobil ku.
Aku ragu. Dia sangat menjaga jarak denganku di sini. Bahkan sikapnya sangat sopan. Berbeda dengan Raka yang kutemui di rumah. Slengean dan berpenampilan serampangan. Pria itu masih misterius buatku.
Akhirnya aku meneruskan langkah ku. Mobil Raka sudah meninggalkan area parkir kantor ini. Dia seperti orang asing kalau di sini. Aku segera membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Lalu segera melajukan mobil ku membelah jalanan malam hari ini. Tubuhku sangat letih. Kepalaku bahkan berdenyut dengan menyakitkan. Biasanya saat masih di rumah mama aku selalu merengek manja kalau sakit begini. Minta obat atau di buatin susu hangat. Dan nanti merengek ke papa untuk dipijitin.
Tapi sekarang pulang ke rumah paling juga aku langsung meringkuk di atas kasur. Tidak ada sambutan bahagia dari orang rumah. Kalau begini aku kangen dengan keluargaku. Tapi aku sudah berjanji akan membuat diriku lebih mandiri. Tidak menjadi anak manja lagi.
Saat mobil ku memasuki halaman rumahku aku terkejut mendapati mobil Raka sudah terparkir di halaman rumah. Tentu saja aku mengernyitkan kening dan mulai mengedarkan pandangan. Pria itu ada di sana. Duduk berselonjor dan bersandar di pilar teras. Dan pakaiannya sudah berbeda lagi. Jas yang dipakainya sudah terlepas. Bahkan kini kemeja putihnya itu sudah terbuka dan menampilkan kaos oblong warna putih di baliknya. Pria itu sedang meneguk minuman dingin seperti yang diberikan kepadaku tadi.
Aku melompat dari mobil dan segera menutup pintunya. Lalu melangkah mendekati Raka yang kini mengacungkan kaleng minumannya ke arahku.
"Cheers untuk kita yang sudah lembur."
Tentu saja aku tertawa mendengar hal itu. Kini aku duduk di sebelah Raka. Dapat mencium aroma rokok yang pasti baru saja dihisapnya.
"Kenapa di sini?"
Aku menoleh ke arahnya. Dia sedang meneguk minumannya lagi. Lalu menatapku.
"Ngusir nih ceritanya?"
Aku tergelak lagi dengan sindirannya
Tapi kemudian menggelengkan kepala. Lalu mengikutinya untuk meluruskan kakiku yang terasa begitu pegal."Enggaklah. Lha tadi ngapain duluan kalau kamu akhirnya nongkrong di sini juga?"
Kini aku bisa melihat Raka menggelengkan kepalanya. Lalu meremas kaleng minumannya itu.
"Beda Sam. Di sini aku ya aku. Tapi di kantor kita kan bekerja."
Ucapannya penuh makna yang dalam. Tapi tentu saja aku masih belum bisa menebak apa maksudnya itu.
"Terus kamu nungguin aku di sini?"
Raka menganggukkan kepala dengan cepat. Lalu mengernyitkan kening.
"Aku baru aja laporan ama rt dan keamanan di sini. Tadi aku lihat ada seorang pria yang nungguin di depan pintu pagar. Itu kayaknya mantan suamimu."
Deg
Jantungku berdegup kencang mendengar ucapan Raka. Lalu dia menatapku dengan lekat.
"Sam. Aku gak lancang kan? Tadi minta keamanan buat ngusir Dia?"
Tentu saja aku terkejut dengan ucapannya itu. Bahkan terlalu terkejut karena dia begitu melindungiku."Aku marah? Ya enggaklah. Aku malah makasih. Kamu udah bantuin aku buat ngusir cecunguk itu."
Raka tersenyum tipis lalu mengalihkan tatapannya lagi ke atas langit. Malam ini bintang-bintang tampak bertaburan di atas sana.
"Ehm masuk aja yuk. Aku buatin kopi atau teh hangat."
Raka kembali menoleh ke arahku dan menggelengkan kepalanya.
"Enggak. Nanti kita di gerebeg. Malam-malam berduaan di dalam rumah."
Aku kembali tertawa mendengar ocehannya.
"Ya udah pulang sana. "
Raka tampak memberengut kali ini. Tapi kemudian dia menyeringai lebar.
"Beneran gak mau ditemenin? Aku bisa mijitin kamu loh."
Seringainya dengan kerlingan nakal. Tentu saja aku tertawa lagi dengan celetukannya itu.
"Udah ganti profesi jadi tukang pijat bang?"
Kali ini Raka menggelengkan kepalanya lagi.
"Enggak. Jadi wolferin kamu aja aku udah capek."
Tentu saja aku membelalakkan mata mendengar ucapannya.
"Wolferin?"
Raka mengangguk dan tersenyum. Senyum yang kemudian memamerkan dua lesung pipinya. Sungguh sangat manis.
"Ah aku gak mau di cakar-cakar. Jadi doraemon aja lah. Mau ya? Biar aku bisa pinjam lorong waktunya. Dan kembali ke masa lalu. Jadi aku tak perlu membuat kesalahan seperti ini."
Raka langsung mengerti isyarat ucapanku. Dia kini menatapku intens lagi. Bahkan kini duduknya lebih dekat denganku.
"Sam. Kita tidak akan ada di masa sekarang atau masa depan tanpa masa lalu. Jadi jangan pernah menyesali apa yang terjadi di masa lalu. Karena masa lalu ada untuk membuat kita kuat. Be strong ya."
Raka menepuk kepalaku dengan lembut. Lalu dia beranjak dari duduknya dan merenggangkan tubuhnya.
"Udah ya. Aku mau tidur. Capek. Kamu juga langsung tidur ya?"
Raka mengerlingkan matanya. Membuat aku untuk sesaat merasa waktu berhenti. Hanya ada aku dan Raka. Tapi bisakah?
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER DAY
ChickLitSummer. Dia cantik dan menarik. Dia bisa mendapatkan pria manapun yang pasti akan langsung siap menikahinya. Tapi karena kesombongannya dia malah bertemu dengan pria yang salah. baru satu bulan menikah dia sudah di tinggal selingkuh. Dan dia memutus...