Part 06 Berdua

3.8K 890 24
                                    

SummerMaaf pilihan kamu dengan perusahaan Farma foundation salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Summer
Maaf pilihan kamu dengan perusahaan Farma foundation salah. Menurutku kamu terlalu buru-buru dalam menilai. Tolong kamu kaji ulang dulu.

Raka

Aku menatap layar monitor yang ada di depanku. Email dari Raka baru saja membuat aku memijat kepala. Semalaman bahkan seharian sudah menyita waktu ku untuk memilih perusahaan mana yang akan kami terima sebagai klien. Tapi saat tadi pagi aku kirimkan pilihanku, langsung saja sama Raka ditolak. Sepertinya pilihanku sudah tepat.

"Sam... udah jam 5 ini. Pulang yuk."

Ratna yang ada di sebelah kubikelku kini sudah berdiri di sampingku. Huft aku masih harus mengkaji ini semua.

"Masih lembur nih."

Kutunjuk layar monitor yang masih menyala. Dan Ratna langsung menepuk bahuku.

"Aduh sabar ya."

Ratna menatapku iba.

"Aku pulang dulu ya Sam"

Kuanggukan kepalaku saat dia menjauh dan melambai sebelum menghilang bi balik pintu. Aku kembali fokus ke pekerjaan. Setidaknya sampai pukul 6 setelah itu aku tidak bisa berada di kantor lebih lama. Pulang ke rumah larut malam membuatku khawatir sebenarnya.

"Sam."

Suara Raka membuatku mendongak dan melihatnya kini sudah ada di depanku. Dia bersandar di kubikel dan menatapku lekat.

"Pulang."

Aku menggelengkan kepala.
"Karena usulanku kamu tolak. Aku terpaksa harus edit ulang lagi."

Raka mengernyitkan keningnya tapi kemudian menganggukkan kepala.

"Ok take your time."

Hanya begitu saja. Dia langsung meninggalkanku sendiri. Huft. Raka di kantor itu menjadi sosok dingin dan datar. Bukan Raka seperti di rumah. Biarlah yang pasti dia tetap orang yang sama.
Aku kembali menenggelamkan diri kembali ke pekerjaan.

*******
Merenggangkan tangan rasanya begitu nikmat. Setelah seharian penuh duduk dan menatap monitor. Hawa malam langsung menyambutku saat aku melangkah keluar dari lobby kantor menuju area parkir.

"Udah selesai?"

Tentu saja aku terkejut mendapatkan pertanyaan itu. Raka sudah berdiri bersedekap dengan punggung menempel di mobilku.

"Hem udah. Aku udah kirim lagi ke emailmu. Semoga kali ini kamu menyetujuinya."

Raka hanya tersenyum. Tapi kemudian beralih dari mobilku.

"Aku akan ada di belakangmu."

Setelah mengatakan itu dia melangkah ke arah mobilnya yang diparkir tak jauh dari mobilku.
Kubuka pintu mobil Lalu aku masuk ke dalamnya tapi akhirnya aku tersadar kalau Raka memang menungguku? Jadi dia selama 2 jam ini dimana?

Aku tentu saja menoleh ke arah belakang. Mobil Raka masih berada di belakang mobilku. Dia sepertinya memang akan mengikutiku dari belakang. Ah kenapa dia begitu manis?

*****

Kumatikan mesin mobil. Aman. Sudah pukul 9 malam saat aku sampai di depan rumah. Mobil Raka juga mengikutiku masuk ke halaman. Lalu saat aku membuka pintu mobil dia sudah berdiri di sampingku.

"Makasih."

Akhirnya aku ucapkan itu. Dan Raka tersenyum lebar.

"Your welcome."

"Mau masuk dulu?"
Raka tampak mengamati sekitar rumah. Lalu kembali menatapku.

"Ok. Aku ingin minum kopi."

Aku tertawa mendengarnya. Dan akhirnya aku melangkah menuju pintu lalu mengeluarkan kunci dari dalam tas.

"Silakan masuk."

Raka akhirnya mengikutiku masuk ke dalam rumah. Dia melepas dasinya dan menggulung lengan kemejanya.

"Aku buatkan kopi dulu ya?"

Raka menganggukkan kepala dan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Entah kenapa jantungku berdegup dengan kencang. Sekali lagi aku memperbolehkan Raka masuk ke dalam rumah.

Kuletakkan tas kerjaku di atas meja makan saat aku melangkah ke arah dapur yang ada di depan persis ruang makan. Lalu segera mengambil cangkir dan kopi serta gula. Harum kopi langsung menguar saat aku menyeduh kopi. Biasanya aku suka ikut minum. Tapi itu dulu. Kebiasaan itu sudah aku hapus sejak Dimas pergi dariku. Kenangan itu terlalu buruk.

"Sam."

Suara Raka membuatku berjenggit. Aku menoleh ke arah belakang dan Raka sudah bersandar di ambang pintu dapur.

"Ini udah jadi kok."
Aku membawa cangkir berisi kopi itu menuju tempatnya berdiri. Raka tersenyum lagi. Entah kenapa kalau di rumah dia memang lebih banyak tersenyum.

"Maaf ya. Aku sudah membuatmu lembur dan minta dibuatkan kopi."

Tentu saja aku tertawa. Raka menerima cangkir kopi itu. Dan langsung menyesapnya

"Hem enak."

"Iyalah. Kopi buatanku memang tidak ada duanya. Dimas aja..."

Langsung kuhentikan ucapanku saat nama itu kembali aku ucapkan. Aduh. Kenapa Dimas lagi sih.

Raka hanya menatapku dalam diam. Dia menghabiskan kopi itu dalam satu teguk. Lalu membawa cangkir itu ke wastafel. Dan dia langsung mencucinya.

"Eh gak usah dicuci segala."

Raka tersenyum lagi saat mengeringkan tangannya dengan lap yang ada di gantungan di sebelah wastafel.

"Aku bukan pria brengsek yang setelah minta kopi tapi meninggalkanmu begitu saja "

Tentu saja ucapan Raka membuat aku terdiam. Maksud ucapannya ambigu. Sungguh sekarang aku malah berdiri membeku di sini. Di depan Raka yang mengamatiku dengan cermat.

"Aku bukan pria itu Sam. Bukan. Dan lupakanlah dia."
Bersambung

Nananananananan babang Raka baru datang nih. Seiprit karena ide baru adanya segitu. Entar semedi dulu lagi ya..

 Entar semedi dulu lagi ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SUMMER DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang