Bab 12 Bertemu

3.5K 777 28
                                    

"Enggak ada yang namanya Raka di sini."

Aku langsung mengernyitkan kening saat menatap wanita yang kini mengatakan itu dengan judes. Sudah dua hari ini aku mencari alamat Raka. Dia sudah pindah dari rumah kontrakannya di sebelah rumahku. Kata Kak Abel Raka memang menghilang seiring dengan kepergianku. Aku makin merasa bersalah dengannya.

Dan atas bantuan Kak Abel jugalah aku menemukan alamat terbaru Raka. Dia juga sudah keluar dari kantor. Raka seperti menghilang di telan bumi. Setelah dua hari mencari dan di sinilah aku berada.

"Tapi Pak Rt bilang Raka memang tinggal di sini."
Wanita itu menatapku dengan angkuh. Seperti tidak suka dengan kedatanganku.

"Tapi benar kan ini rumahnya?"

Akhirnya aku mengatakan itu dan membuat wanita itu menggelengkan kepala. Aku menyerah dan melangkah mundur.

"Sayang, siapa?"

Deg

Suara itu. Mendengarnya aku langsung melangkah maju dengan cepat dan sampai di ambang pintu rumah berwarna biru laut itu. Wanita yang kini tampak panik langsung akan menutup pintu. Tapi tanganku sudah terlebih dahulu memegang pintu.

"Orang nyasar." Dia sempat mengatakan itu. Tapi aku langsung menerjang masuk. Membuat pintu terhempas dan tubuh wanita itu terdorong ke belakang.

"Sayang...."

Mataku langsung menatap seseorang yang duduk di...

Air mataku langsung mengalir begitu melihatnya. Dia Raka. Dia...
Secepat kilat aku berlari dan bersimpuh di depannya. Raka tampak berbeda saat ini. Cambangnya sudah memenuhi rahangnya. Dan dia tampak lebih kurus.

"Sam."

Suara paraunya membuat aku mengangkat wajah. Lalu menggenggam jemarinya yang ada di atas pangkuan.

"Maafkan aku Raka. Maaf..."

Tangisku akhirnya pecah. Tapi Raka langsung menggelengkan kepala. Dia menangkup wajahku dengan kedua tangannya.

"Hussttt..."

"Jadi kamu yang udah buat Raka jadi cacat begini?"

Wanita yang tadi menolakku itu kini sudah berdiri di samping kursi roda yang di duduki Raka. Dia tampak menatapku penuh kebencian.

"Lena tidak boleh berbicara seperti itu."

Raka menatap wanita itu dan menggelengkan kepala.

"Tapi dia kan yang membuat hidup kamu berantakan. Gara-gara kecelakaan sialan itu. Kamu jadi duduk di kursi roda."

Aku makin tergugu mendengar penuturan Lena. Aku pantas dihukum. Aku bersalah sehingga membuat Raka seperti ini.

"Lebih baik kamu tinggalkan aku dan Sammy."

Ucapan Raka membuat lena menatapku dengan kesal. Tapi akhirnya dia berderap ke dalam. Meninggalkan kami.

*******

"Jadi saat itu kamu akan menyusulku ke bandara dan kecelakaan itu terjadi?"

Aku masih belum bisa membendung tangisku. Saat ini kami berdua ada di teras depan rumah Raka. Aku duduk di lantai. Tidak mempedulikan Raka yang sejak tadi menyuruhku untuk duduk di sofa yang ada. Aku ingin dekat dengannya.

"Aku yang salah Sam. Aku ngebut dan yah..."

Raka menunjuk ke dua kakinya. Aku menatap ngeri dan kini menggenggam jemari Raka lagi. Air mata masih menetes di wajahku. Bahkan sepertinya makin deras. Hatiku mencelus mendengar penuturan Raka. Selama 6 bulan ini dia berjuang untuk terus belajar berjalan. Tapi sia-sia.

SUMMER DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang