Setelah ucapan Raka yang aku sayang kamu itu. Raka kembali ke sosok dua sisinya. Di kantor dia tetap kalem, bahkan kalau bertemu denganku hanya menganggukkan kepala sekilas. Tidak ada senyum dan sapaan. Dan masih terus mengirimi email tentang pekerjaan dengan formal.
Hanya saja setelah di rumah dia berbeda. Dia sering memasakkanku makanan untuk makan malam dan juga sarapan. Dia lebih banyak membuatku tertawa. Tapi aku tetap belum bisa menerima kehadiran seorang pria lagi dikehidupanku.
Sedangkan masalah Dimas yang memfitnahku dengan mengatakan aku hamil kepada papa dan mama juga belum berakhir. Aku takut datang ke rumah papa. Takut membuat mereka sedih. Ingin curhat kepada Kak Abel dan Rain pun rasanya juga tidak sanggup. Mereka sudah cukup banyak membantuku.
"Kenapa murung?"
Pertanyaan Raka mengejutkanku. Dia kini menyendok pasta yang ada di atas piring dan menyuapkan di depan mulutku.
"Enggak." Aku menggelengkan kepala dan mendorong sendok itu. Sudah kenyang karena Raka terus menerus menyuapkan pasta yang dipesannya. Kami ada di sebuah restoran ini sebenarnya. Sepulang dari kerja Raka mengajakku ke sini.
"Samy.."
Raka sepertinya tersinggung dengan penolakanku. Ya Tuhan. Bukan maksudku seperti itu.
"Ka.. maksudku buka itu. Aku udah kenyang. Nanti aku gemuk."
Raka mengernyitkan kening tapi kemudian tersenyum tipis.
"Gemuk juga gak apa-apa."
Tapi aku sudah menggelengkan kepala dan kini mengedarkan pandangan ke seluruh restoran. Sore begini restoran mulai rame. Hampir semua meja penuh. Aku sudah tidak merasa nyaman. Nanti kalau ada temanku tahu aku jalan sama Raka? Nanti kesan janda gatel menempel untukku.
"Ka pulang yuk."
Aku langsung mengatakan itu kepada Raka. Dan dia sepertinya mengerti keresahanku. Raka akhirnya berdiri dan membantuku untuk beranjak dari kursi.
"Aku ke kasir sebentar ya?"
Aku hanya mengangukkan kepala saat Raka pergi meninggalkanku. Saat itulah tanganku ada yang menarik dengan kasar dari arah belakang. Membuatku tersentak.
"Sam jadi kamu jalan sama laki-laki urakan itu?"
Kupejamkan mataku sebentar, kepalaku terasa berdenyut-denyut. Dimas ada di depanku dan membuatku mual.
"Bukan urusanmu." Aku mengatakan itu sedikit berbisik karena pengunjung yang rame sudah banyak yang menatap kami dengan penasaran. Aku tidak mau menjadi tontonan gratis di sini.
"Masih urusanku."
Aku langsung mengibaskan tanganku dan terlepas dari cengkeraman Dimas. Dia menatapku dengan nanar. Lalu tatapannya fokus ke belakangku.
"Lo pikir bisa ngerebut Sam dariku? Tidak akan pernah. Dia milikku."
Kuhela nafasku lagi dan mncoba menahan emosi. Kalau dulu aku mungkin akan langsung menampar Dimas. Tapi sekarang aku tidak bisa lagi seliar itu lagi. Aku sudah lelah bertindak eksplosif begitu.
Aku merasakan rangkulan di bahuku.
"Dia sudah bukan milikmu."
Ucapan Raka yang tegas membuat Dimas makin menatap Raka dengan amarah yang sangat terlihat di matanya.
"Hah, kamu masih mau sama dia? Dia bekasku dan..."
Bughhhh
Aku menjerit saat Raka tiba-tiba merangsek maju dan memukul wajah Dimas. Kehebohan langsung terjadi. Karena Dimas langsung tidak sadarkan diri. Astaga. Aku langsung merangsek ke arah Raka dan memegangi lengannya.
"Raka udah!"
Beberapa orang mengerubungi kami, dan Raka langsung dipegang oleh security yang ada di restoran. Sementara Dimas sepertinya sudah mulai sadar tapi masih seperti agak bingung.
Aku menurut dan Raka tidak melawan saat security membawanya keluar. Tapi aku mencoba memberi pengertian kepada security itu. Kalau Dimas lah yang salah. Akhirnya kami diperbolehkan untuk pulang.
****
"Ka.."
Sejak diperjalanan tadi Raka hanya diam. Dan sampai sudah duduk di teras depan rumahku juga Raka hanya diam.
"Ka maafin aku telah membawamu ke dalam masalah ini.. Dimas.."
Tapi Raka sudah menggenggam jemariku dengan erat.
"Kita nikah. Kita nikah sekarang juga.."
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER DAY
ChickLitSummer. Dia cantik dan menarik. Dia bisa mendapatkan pria manapun yang pasti akan langsung siap menikahinya. Tapi karena kesombongannya dia malah bertemu dengan pria yang salah. baru satu bulan menikah dia sudah di tinggal selingkuh. Dan dia memutus...