"Kalian udah saling kenal?"
Suara Pak Yoga mengagetkanku. Beliau sudah berdiri di samping Raka yang kini juga berdiri di balik meja. Aku masih mengerjapkan mata. Tidak percaya dengan penampilan Raka saat ini. Jas mahal memeluk tubuhnya. Kacamata dengan bingkai hitam menghiasi wajahnya. Dan rambutnya rapi. Meski aku masih bisa melihat anting kecil di telinganya itu.
"Summer tetangga baru saya, Pak."
Jawaban Raka membuatku akhirnya menganggukkan kepala dengan kaku. Aku memang baru mengetahui semalam dari Kak Abel yang mengatakan kalau Raka itu orang baru di kompleks perumahan yang aku tempati. Tepatnya rumahnya ada di sebelah rumahku persis. Tapi kok aku tidak pernah melihatnya selama ini? Padahal menurut Kak Abel, Raka itu sudah hampir satu tahun ada di sebelahku. Berarti aku yang baru di sebelahnya. Karena aku baru saja menempati 2 bulan yang lalu sejak aku menikah dengan Dimas.
"Kebetulan kalau begitu. Dia yang akan membantu kamu dalam menyusun rencana proyek baru kita. Jadi kamu sebagai analis resiko yang menentukan kelayakan sebuah investasi akan sangat cocok dengan Raka. Dia seorang Analis ekonomi yang handal. Bisa merekomendasikan beberapa investasi yang menguntungkan untuk perusahaan. Aku percaya sama kamu Summer. Kalian bisa bekerja sama."
Aku hanya menatap Raka yang kini tampak mengamati berkas yang sudah di bawa di tangannya itu. Dia sangat serius. Lalu kemudian menatap Pak Yoga dan mengangguk mantap.
"Baik Pak. Saya akan berusaha."
Aku harus berkerjasama dengan orang yang semalam sudah menolongku?
******
Summer.
Aku kirimkan beberapa perusahaan yang mengajukan investasi
Sudah aku tandai mana yang menguntungkan dan kamu perlu untuk memeriksanyaHalimun.
Aku tertegun membaca email yang masuk ke dalam email ku. Nama Halimun membuatku bingung. Bukankah dia Raka? Duduk berselonjor di atas kasur empuk di dalam kamarku. Setelah pertemuan dengan Raka tadi pagi.
Aku tidak bertemu lagi dengannya. Pak Yoga menyuruhku kembali ke kubikelku.Halimun
Ini Raka kan? Baik sudah aku terima emailnya. Nanti aku periksa.Summer
Aku kirimkan balasan itu ke email Raka. Mungkin namanya Halimun Raka atau siapa entahlah. Yang pasti aku segera mematikan laptop ku. Terlalu pusing dengan pekerjaan. Lebih baik aku membuat sesuatu untuk makan malam. Tapi aku bingung apa yang akan aku masak. Bukankah aku selama ini membeli makanan-makanan instan? Karena aku memang tidak bisa memasak.
Sejak menikah tadinya aku pikir akan bisa mandiri. Mama mengkhawatirkanku karena aku termasuk anak yang manja. Mama dan papa memang memanjakanku. Mama Aya juga masih sering memberiku uang meski aku sudah tidak tinggal lagi bersamanya. Kakak papa itu memang sebenarnya sudah menjadi mama keduaku. Merawat sejak aku masih bayi. Tapi aku tetap menyayangi mama kandungku. Mama Embun. Mereka semua adalah malaikatku.
Sekarang aku merasa kesepian. Tadinya ada Dimas yang dengan memukau bisa memasak. Dia begitu menggoda dengan ketrampilannya itu. Dan aku dimanjakan dengan masakannya yang memang enak.
Kugelengkan kepalaku. Persetan dengan Dimas. Dia sudah mati bagiku. Aku segera turun dari atas kasur. Lalu menyambar dompet yang kuletakkan di atas nakas. Malam ini aku tidak mau pergi jauh lagi dari rumah. Tidak mau meninggalkan rumah dalam keadaan sepi. Meski beberapa satpam sekarang mulai mondar-mandir di depan rumahku setelah apa yang terjadi kemarin.
Aku berniat membeli sate atau bakso yang sering lewat di depan rumah. Jam masih menunjukkan pukul 7 malam. Pasti sebentar lagi tukang sate keliling lewat.
Kuseret langkah ku menuju ruang tamu dan membuka pintunya. Udara malam yang segar langsung menyambutku. Aku melangkah keluar dari rumah dan kebetulan melihat gerobak sate ada di depan rumahku. Bau sate yang sedang di bakar membuat perutku lapar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER DAY
ChickLitSummer. Dia cantik dan menarik. Dia bisa mendapatkan pria manapun yang pasti akan langsung siap menikahinya. Tapi karena kesombongannya dia malah bertemu dengan pria yang salah. baru satu bulan menikah dia sudah di tinggal selingkuh. Dan dia memutus...