Part 04 Dimas!

4.4K 944 24
                                    

"Papa nggak suka kamu di sana sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papa nggak suka kamu di sana sendiri. Dapat kabar dari kakakmu kalau kamu habis dirampok."
Aku langsung menatap papa yang siang ini tampak begitu marah. Sejak aku menapakkan kaki di rumah, papa langsung menyuruhku untuk berbicara 4 mata.

"Pa, Summer udah aman kok Pa. Beneran."
Aku langsung mendapatkan pelototan dari papa. Beliau duduk di depanku dan tidak tersenyum. Papa Badaiku saat ini sedang mengirimkan Badainya kepadaku.

"Pa, biarkan Summer makan dulu. Mama udah masak rendang itu."

Mama yang baru saja masuk ke dalam ruang tengah ini langsung memotong pembicaraan papa. Alhamdulilah. Mamaku memang malaikat.

"Enggak boleh. Summer selama ini bersembunyi terus dari kita, Ma. Kenapa setelah bercerai malah pingin hidup sendiri? Papa merasa..."

Deg

Jantungku berdegup kencang saat melihat ekspresi papa yang sedih. Sumpah. Aku tidak pernah merasa mengabaikan papa. Ataupun mama.

Mama kini duduk di sebelahku dan mengusap rambutku dengan sayang. Dan aku menyandarkan kepalaku di bahu mama. Selalu begini. Aku manja kalau berada di rumah ini.

"Pa, Ma. Summer itu pingin mandiri biar Summer nggak manja lagi. Selama ini Summer manja dan keras kepala. Makanya Summer jadi pembangkang. Terbukti saat dengan Dimas, Summer menentang Papa dan Mama. Summer salah, Pa. Summer ingin memperbaiki diri."

Papa langsung menatapku tajam. Tiap kali menyebut Dimas beliau langsung murka.

"Kemana cecunguk itu? Kamu juga menyembunyikan dirinya saat kalian bercerai. Papa ingin membunuh cecunguk itu."

Kuhela nafasku. Mama sudah menepuk-nepuk lengan papa untuk menenangkannya.

"Biarlah Pa. Bagi Summer Dimas udah mati, Pa. Nggak usah Papa bunuh aja juga. Summer sayang sama Papa  mama. Jadi biarin Summer hidup mandiri ya? Biar Summer dewasa."

Papa menatapku tajam. Sedangkan mama hanya mengusap - usap punggungku dengan sayang.

"Oke. Papa kali ini biarkan kamu begitu. Tapi awas saja kalau Papa denger kamu.."

Aku langsung menghambur ke arah papa dan memeluknya.

"Summer sayang Papa."
Papa langsung menghela nafasnya. Tahu kalau beliau tidak bisa membujukku lagi.

******
"Summer."

Panggilan itu membuat kunci yang aku pegang jatuh. Tentu saja aku langsung membungkuk dan mengambilnya. Lalu berbalik dengan terkejut.

Di depanku ada pria yang tadi siang membuat papa emosi. Dimas.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"
Dimas masih seperti terakhir kami berpisah. Rapi, dan perlente. Kemejanya licin. Rambutnya basah dan licin.

Sore ini aku baru saja pulang dari rumah mama dan papa. Hari sudah senja saat aku menginjak teras rumahku ini.

"Beby... Aku kangen sama kamu."

Aku mendengus jijik mendengar ucapannya. Dia yang sudah menghancurkan hatiku.

"Pergi saja ke neraka sana."

Dimas langsung mengerutkan keningnya. Kini dia melangkah maju untuk mendekatiku. Tapi aku menahan dengan tangan.

"Pergi sana."

"Beb. Aku khilaf. Bisakah kita..."

Tin

Tin

Tin

Suara klakson mengagetkan aku dan Dimas. Saat aku menatap halaman rumah ada mobil yang sudah aku hafal. Mobil milik Raka. Dan pemiliknya kini keluar dari dalam mobil.

"Summer kamu ingat kan janji kita?"

"Janji?'

Aku berbisik saat mendengar teriakan Raka. Dia berjalan menuju arahku. Lalu menyenggol bahu Dimas dengan sembarangan. Membuat Dimas langsung seperti terdorong ke samping. Tapi Raka seperti tidak melihat Dimas. Dia langsung mengulurkan tangan kepadaku.

"Kamu kan janji mau menemaniku?"
Kali ini aku melihat tampilan Raka. Dengan topi terbalik. Kemeja merah kotak-kotak dan jeans belel sobek-sobek. Beneran seperti berandalan. Bahkan di bibirnya terselip rokok yang masih menyala.

"Beb, kamu kenal?"

Dimas menunjuk Raka dan menatapnya penuh tanda tanya. Seperti tidak percaya aku berteman dengan berandalan seperti itu.

Aku langsung mengerti isyarat Raka saat melihat tangannya yang terulur. Dengan cepat aku langsung menggenggam jemarinya. Agar Dimas tahu kalau aku sudah bisa move on dari dia.

"Iya. Ini kekasihku."

Ucapanku tentu saja membuat mata Dimas melotot. Tapi biarlah.

Raka tersenyum sinis. Lalu menarikku untuk melangkah meninggalkan Dimas yang masih belum percaya.

"Beb. Kamu sadar itu siapa? Pria berandalan kayak gitu.."

Aku langsung menghentikan langkah ku saat sampai di depan mobil Dimas. Lalu berbalik.

"Daripada perlente kayak kamu. Tapi murahan."

Dimas makin tak percaya dengan ucapanku. Tapi aku segera masuk ke dalam mobil Raka saat dia membukakan pintunya.

"Beb. Kamu jangan ikut..."
suara Dimas makin tak terdengar karena Raka segera melajukan mobilnya. Meninggalkan rumahku.

Kuhela nafasku saat akhirnya bayangan Dimas menghilang. Aku bersandar di jok dan kini menutup mata.

"Pria brengsek kayak gitu nggak perlu kamu tangisi."

Ucapan Raka membuat aku menoleh ke arahnya. Dia masih fokus di kemudi.

"Aku nggak menangis. Hanya saja urusan dengan Dimas sejak tadi pagi membuatku pusing. Papa memarahiku lagi dan aku..."
Sungguh semuanya membuatku lelah.

Raka tersenyum maklum. Lalu mengulurkan tangan untuk menepuk kepalaku. Hanya sebentar dan kembali ke kemudi.

"Let it go Samy."

Ucapannya itu tentu saja membuat aku menoleh ke arahnya.

"Let it go."

Dia mengulangi ucapannya dan kini menatapku. Sungguh hati ini terasa begitu damai saat mendengar ucapan itu.

"Makasih. Kamu selalu ada pas aku membutuhkan. Kamu siapa sih? Supermanku?"

Raka tertawa lepas mendengarnya.

"Ehm aku nggak mau pake celana di luar. Mending jadi wolferin aja punya cakar yang keren."
Astaga.

Dia benar-benar menghibur hatiku. Aku tertawa sungguh. Raka bisa membuat senyumku merekah dan hatiku menjadi ringan.

Bersambung

Hehehehh udah up ya mas Rakanya.



Harga 55 ribu yaaa...langsung ke wa aja 08562983290

SUMMER DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang