Part 03 Kencan?

4.2K 948 25
                                    

Pagi ini aku berlari mengelilingi kompleks perumahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini aku berlari mengelilingi kompleks perumahan. Minggu pagi seperti ini memang ada car free day di taman kompleks. Sudah menjadi kebiasaan kalau aku selalu tidak pernah absen. Selain menyehatkan badan juga menghirup udara di pagi hari sungguh membuat tubuh merasa lebih segar.

"Cantik. Sendirian aja nih."
Aku menoleh ke arah sampingku. Ada dua pria yang memang sering menggodaku. Padahal aku sudah menyatakan dengan tegas aku bukan anak abg lagi yang suka di goda.

"Huum."

Aku terus berlari. Melewati beberapa orang-orang yang hanya duduk-duduk di taman. Nongkrong.

"Summer. Kencan yuk."

Aku melirik ketus lagi ke arah Iwan. Pria yang sekarang ada di sebelah kananku.

"Iya. Kamu kan udah janda."

Celetukan Basri pria yang ada di kiriku kini membuat aku jengah.

"Bukan urusan kalian aku janda atau tidak."
Jawabanku itu membuat dua orang di sampingku ini tertawa mengejek. Ya Tuhan. Aku seperti dilecehkan kalau begini.

"Suami kamu bodoh tuh. Ninggalin kamu yang kayak gini."

Tangan Basri tiba-tiba mencolek daguku. Membuat aku segera menepisnya. Lalu menghentikan lariku. Mereka berdua juga ikut berhenti.

"Alah nggak usah sok jual mahal. Janda itu lebih laku lagi kalau diobral."

Tentu saja ucapan Iwan membuat aku langsung maju dan akan menamparnya. Tapi tiba-tiba tanganku dicekal oleh seseorang. Saat aku menoleh Raka sudah berdiri menjulang di depanku.

"Kalian berdua pergi! Jangan ganggu wanita."

Aku menelan ludahku saat melihat dua pria itu kini menatap ketakutan ke arah Raka. Lalu tanpa mengatakan apapun lagi mereka berdua berbalik dan pergi dari hadapanku dengan cepat.

Raka langsung melepaskan genggaman tangannya dan kini berbalik menatapku.

"Kamu nggak apa-apa?"

Aku mengangguk. Dan mengusap tengkukku. Raka menyelamatkan aku lagi.
Kuamati dia yang sudah berkeringat. Kaos warna putihnya juga sudah menempel di tubuhnya. Menandakan kalau dia sudah berlari sejak tadi.

"Lari juga?"

Dia mengangguk dan tersenyum. Lalu mengajakku untuk duduk di pinggir taman dan menselonjorkan kakinya.

"Makasih ya?"
Aku menoleh ke arahnya saat dia duduk di sampingku.

"It's ok. Aku hanya tidak suka melihat Basri dan Iwan. Dia suka mengacau."

Tentu saja mataku langsung membulat mendengar ucapannya.

"Mereka sepertinya takut melihatmu."

Raka menyunggingkan senyum manis.
"Mereka pernah kena hantamanku."
Aku menatap Raka dengan lekat. Dia ini siapa sebenarnya? Pintar berkelahi, tapi juga pintar di kantor. Rasanya pria berandalan cocok untuknya kalau urusan fisik. Tapi otaknya juga cerdas.

"Bang, batagor. Kamu mau?"
Raka menoleh ke arahku dan akhirnya aku menganggukkan kepala.

"Dua ya Bang."

Raka berteriak ke arah tukang batagor yang ada di sebelah kami. Beberapa saat kemudian dua piring batagor sudah di antarkan.

"Jadi seneng olahraga juga?"
Pertanyaan Raka saat aku menyuapkan batagor ke mulutku membuat aku mengangguk.

"Tiap minggu pasti ke sini. Dulu saat sama..."

Aduh kenapa aku teringat si brengsek itu lagi sih.

"Ehm maksudku sejak pindah ke sini juga udah suka kalau hari minggu."
Raka menganggukkan kepalanya.

"Aku baru beberapa kali ke sini. Lalu melihatmu."

Dia memberikan senyum manisnya lagi. Selanjutnya kami makan dalam diam. Aku canggung. Dia yang baru beberapa kali bertemu dan mengenal.

"Udah?"
Raka mengambil piring yang udah kosong. Dan beranjak dari duduknya lalu membayar.

"Pulang?"
Akhirnya aku menepuk kedua pahaku dan beranjak berdiri.

"Iya pulang. Mau ke rumah mama sama papa kalau minggu begini."
Raka akhirnya melangkah di sampingku saat kami kembali menuju rumah.

"Kenapa kamu tidak kembali ke rumah keluargamu saja? Di sini terlalu rawan buat wanita yang sendiri."
Ucapannya membuat aku menoleh ke arahnya. Dia tampak menatap lurus jalanan di depan.

"Ehm aku nggak mau merepotkan mama dan papa. Perceraianku saja sudah membuat mereka kecewa. Dan aku tidak..."

"Kamu wanita yang tegar."
Raka memotong ucapanku lalu tersenyum kembali kepadaku.

Aku hanya mengangkat bahu. Kami berjalan melewati rumah-rumah yang akan membawa kami ke jalan rumah kami.

"Aku wanita yang manja. Tadinya...mungkin terlalu dimanja jadi membuat aku sedikit sombong dan melakukan kesalahan. Jadi yah saat ini aku sedang memperbaiki diri."

Raka hanya menoleh ke arahku sekilas tapi kemudian mengangguk lagi.

Tidak ada pembicaraan lagi saat kami akhirnya melewati gang dan sampai di depan rumah. Raka mengantarku sampai teras depan.

"Ehm jam berapa ke rumah mama papa?"
Aku menatap jam yang melingkar di Tanganku.

"Sehabis ini. Mandi mungkin dan langsung ke sana."

"Owh ok."
Raka memandangku untuk sesaat kemudian melangkah mundur.
Dan memasukkan kedua tangannya ke saku celana training nya.

"Sebenarnya aku mau mengajakmu makan siang. Tapi kalau kamu mau pergi mungkin lain kali. Bye."

Raka melambaikan tangannya dan berbalik lalu berlari kecil untuk meninggalkan halaman rumahku. Astaga. Dia mengajakku Kencan?

Bersambung

Yeaaaiii bangun tidur langsung ketik mas Raka. Tapi lapeerr jadinya...

SUMMER DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang