Raka mendiamkanku. Entah itu perasaanku saja atau memang dia seperti itu. Aku sadar kalau dua hari yang lalu aku membuat kesalahan dengan masih menyebut Dimas. Padahal aku tidak bermaksud seperti itu. Aku mengutuki diriku sendiri untuk masih menyebut-nyebut pria brengsek itu. Sepertinya aku memang harus keluar dari rumah. Terlalu banyak kenangan buruk.
"Sam, pulang yuk. Udah mau maghrib ini."
Aku hanya menganggukkan kepala saat Retno mengintip dari balik kubikelnya. Ini memang sudah jam waktu pulang. Hanya saja aku masih membutuhkan sedikit waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
Saat itulah aku melihat Raka melintas di depan kubikelku. Tapi dia tidak sedikitpun menoleh ke arahku. Padahal menyapa Retno dan malah berjalan beriringan untuk turun ke lantai bawah.
Hatiku berdesir merasakan dia mengacuhkanku. Sungguh. Dia sudah mengabaikanku selama dua hari ini. Dan aku harus minta maaf.
Segera aku matikan monitor. Dan memberesi semua. Ku ambil jaket dan tasku. Lalu segera melangkah keluar dari kubikel. Semoga Raka masih di parkiran.
Saat aku sampai di bawah, aku segera melangkah cepat. Bahkan bisa dikatakan berlari. Aku harus berbicara dengannya.
Saat aku sampai di sana. Mobil Raka sudah menghilang. Kuhela nafasku dan mengatur nafas yang sedikit tersengal. Putus asa akhirnya aku membuka pintu dan masuk ke dalam mobil. Tapi saat aku memakai seatbealt tiba-tiba ada yang membuka pintu penumpang. Raka langsung masuk ke dalam dan duduk di sebelahku.
"Hai.."
Dia menoleh ke arahku dan tersenyum.
"Owh...hai..."
Tentu saja aku terkejut mendapati dia sudah duduk di dalam mobilku. Aku masih menatapnya bingung.
"Numpang sampai rumah Ya? Mobilku mogok. Udah panggil montir. Biar nanti diderek."
"Hah?"
Aku menatapnya masih terkejut saat Raka mengulurkan tangan untuk menepiskan rambut yang sedikit menutupi wajahku.
"Enggak boleh?"
Eh. Kok dia bertanya seperti Itu? Aku mengerjapkan mata dan kini menggeleng.
"Boleh kok."
Dia tersenyum dengan manis lagi. Benar-benar membuat jantungku berdegup kencang.
"Atau kamu geser ke sini aku yang menyetir ya."
Sebelum aku bisa menjawab dia sudah keluar dari mobil. Lalu berlari dan beralih membuka pintu kemudi. Tentu saja aku bergetar dan pindah ke jok penumpang. Raka meminta kunci yang masih aku pegang. Dia dengan sigap menyalakan mobil. Lalu melajukan mobilku keluar dari area kantor.
"Ehem kamu..."
"Ya?"
Raka menoleh ke arahku. Tapi aku menggelengkan kepala. Aku bingung. Dengan sikapnya.
"Kamu marah sama aku ya dua hari Ini?"
Raka langsung menoleh dengan cepat mendengar pertanyaanku. Lalu dia menatapku sebentar. Tapi kemudian beralih lagi ke jalanan.
"Maaf. Aku terlalu mementingkan egoku. Maaf ya?" Dia tersenyum dengan manis. Dan kegelihasahanku menguap begitu saja.
"Jadi sekarang udah gak marah sama Aku?"
Raka tersenyum dengan ramah. Kali ini sampai ke matanya.
"Aku traktir makan mau?"
Tentu saja aku menganggukkan kepala. Dan Raka mengerlingkan matanya. Kekakuan itupun melumer.
"Ehem mau mencoba masakanku?"
Aku mengernyit ke arahnya.
"Kebetulan aku baru saja beli pasta kemarin. Doyan pasta Kan?"
Aku langsung menganggukkan kepala.
"Ok. Kita ke rumahku."
*****
Dan di sinilah aku berada. Duduk di depan meja makan yang ada di dalam rumah Raka. Rumah sebelahku sebenarnya. Tapi gaya minimalis rumah ini membuat aku terkesima.
Ruang tamunya langsung menyambung dengan pantri yang sangat rapi dan manis.
Seperti gaya rumah orang luar negeri. Pantri yang dilengkapi dengan meja bar ini benar-benar membuat aku terkejut. Raka sedang memasak pasta dan memunggungiku. Dia begitu terlihat macho. Padahal ada celemek di tubuhnya. Dengan lengan kemeja tergulung sampai siku. Kesannya dia seperti bad boy yang pintar masak.
"Suka daging asap?"
Dia kini sudah meletakkan dua piring di atas meja
Lalu menuangkan pasta itu beserta irisan daging."Buat Sammy. "
Raka kembali mengerlingkan matanya saat aku me menatap pasta yang terlihat lezat itu. Lalu dia melepas apronnya lalu berputar ke sebelahku. Dan menarik kursi. Lalu duduk di sebelahku persis.
"Silakan mencoba."
Aku mengambil garpu dan sendok. Lalu menyuapkan pasta itu. Dan...rasanya benar-benar lezat.
"Enak. Kamu belajar darimana?"
Raka tersenyum dengan manis. Kembali menatapku dengan lembut. Dia sendiri sudah mengunyah pasta bagiannya.
"Masak itu kalau menggunakan hati. Pasti semuanya enak."
Aku mengernyitkan kening. Tidak paham ucapannya.
"Ehem hatiku hari ini sedang senang. Karena ditemani seorang wanita cantik."
Tentu saja pipiku memanas mendengar ucapannya. Dia tidak mengigau kan?
"Jangan gombal."
Mendengar jawabanku itu Raka menghentikan suapan makannya. Lalu meneguk air putih yang tersedia. Dia menyipitkan matanya saat berbalik menatapku. Mengulurkan tangan, Raka menyentuh daguku.
"Sam. Tidak semua lelaki itu brengsek. Tidak. Kalau aku mengatakan kamu cantik. Itu memang dari dalam lubuk hatiku. Aku tidak mencoba untuk merayumu. Tapi aku mengatakan apa yang aku rasakan. Dan kamu memang cantik. Menarik."
Lama aku terdiam. Membeku. Jantungku berdegup dengan kencang. Tangannya dengan lembut mengusap daguku. Lalu perlahan wajahnya mendekat dan ciuman itu tak terelakkan.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER DAY
ChickLitSummer. Dia cantik dan menarik. Dia bisa mendapatkan pria manapun yang pasti akan langsung siap menikahinya. Tapi karena kesombongannya dia malah bertemu dengan pria yang salah. baru satu bulan menikah dia sudah di tinggal selingkuh. Dan dia memutus...