BAB 1

13K 187 0
                                    

Perempuan cantik itu memasuki ruangan dengan langkah percaya diri.  Putri konglomerat yang akan menjadi model brand highend. Kecantikannya memang tidak diragukan lagi. Wajah campuran yang unik, bibir penuh, badan seksi, dan rambut panjang bergelombang. Bahkan, ia bisa memikat lelaki lewat tatapan matanya. Ia memiliki mata indah berwarna light hazel. Matanya seperti bersinar saat ia menatap seseorang. "Mbak Shanin mau minum apa?" tanya salah satu staff padanya.

"Apa aja deh." jawabnya sambil tersenyum pada staff tersebut. Senyumannya dapat membuat luluh hati siapapun yang melihatnya. Selain memiliki wajah cantik ia juga memiliki attitude yang baik. Shanin Maurella Lawrence, terlalu sempurna untuk menjadi seorang manusia dan jelas saja ia manusia karena manusia pasti memiliki kekurangan. Ada satu - satunya kekurangan Shanin. Orang-orang menyebutnya pelakor. Dia seorang perusak hubungan orang. Kutukan apa yang membuatnya selalu tertarik dengan laki-laki yang sudah punya pacar bahkan laki-laki yang sudah menikah.

Dilabrak perempuan lain? Oh, kejadian ini sudah sering terjadi. Sang korban lebih sakit hati melihat perempuan yang merebut kekasihnya berkali-kali lipat lebih cantik darinya. Sifat alami perempuan tidak mau tersaingi. Saingannya sosok seperti Shanin, wanita tanpa cacat. Lulusan Le Cordon Bleu, sekolah culinary tertua di dunia. Sudah pasti ia sangat handal memasak. Tajir, dan memiliki keluarga yang sangat menyayanginya. Shanin adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Orangtua mereka tidak terlalu mendikte. Shanin memiliki kakak lelaki sehingga ia tidak perlu memusingkan untuk meneruskan usaha keluarganya. Jika orangtuanya ingin punya cucu, lagi-lagi kakaknya sudah memiliki anak. 

Tidak ada paksaan untuknya menikah di umurnya yang sudah 25 tahun di saat teman-temannya sudah menikah dengan jodoh pilihan orangtuanya. Tugasnya hanya hidup bahagia sambil menikmati harta dari orangtuanya. Bahkan ia bisa mendapatkan uang dengan mudah hanya dengan photoshoot sana-sini.

"Mbak Shanin, ini minumannya. Dan ini proposal acaranya. Terima kasih sudah mau berkerja sama dengan brand kami."

"Aku senang bisa membantu semoga acaranya sukses. Oh ya, ada permintaan khusus? Seperti warna rambut, warna kulit, fitting bajunya kapan? Temanya apa?" tanya Shanin exited. Justin sang penanggung jawab acara merasa kagum. Baru kali ini ia melihat seorang model yang sangat tertarik dengan project mereka. Tidak bersikap angkuh seperti model-model lainnya.

"Untuk warna rambut karena tema kita vintage lebih baik digelapkan lagi. Warna kulit sudah pas. Untuk fitting baju akan dilaksanakan tiga hari lagi. Baru kita akan menentukan apakah menambah berat badan atau mengurangi berat badan. Mbak Shanin ada permintaan khusus?"

"Nggak ada. Semua oke. Aku suka temanya. Semoga sukses." kata Shanin tulus. Ia menyeruput ice americano nya. Lalu berpamitan pada Justin.

Pertemuan berjalan lancar dan cepat. Shanin bukan tipe yang ribet dan banyak permintaan. Ia juga bukan tipe yang manja. Bahkan ia tidak punya manager atau tim. Datang sendiri, menyetir sendiri, bahkan ia bisa makeup sendiri jika ia tidak disediakan tim makeup.

Shanin membelokkan mobilnya ke salah satu hotel ternama. Ia ada janji makan siang dengan keluarganya. Hari minggu adalah hari keluarga. Ia pasti akan makan siang atau makan malam dengan keluarganya setiap hari minggu.

Dari jauh ia sudah melihat kakaknya serta keluarga kecilnya sudah datang lebih dahulu. Ia menyapa keponakan kecilnya yang berusia tiga tahun.
"Hello ganteng, apa kabar?" tanya Shanin sambil memegang pipi tembam Noah.

"Everything's great aunty." jawab Noah bersemangat.

"Daddy sama mommy, belum dateng ya?"

"Daddy jenguk temannya dulu tadi. Mungkin bentar lagi sampai." kata Gian menjawab pertanyaan adiknya.

Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol-ngobrol sebentar sampai orangtua mereka datang. Daddy nya memeluk Shanin ketika datang. Rindu dengan putri kecilnya. Padahal baru seminggu yang lalu bertemu.

Shanin sudah tidak tinggal dengan orangtuanya sejak berumur 17 tahun. Tamat SMA ia melanjutkan kuliah di Prancis dan pulang dari Prancis ia memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah apartement. "Aku dapat kontrak dengan merek Rior, Mom." kata Shanin memberitahu keluarganya tetang pencapaiannya.

"Amazing, mommy bangga sayang. Mommy bisa bayangin wajah kamu ada di outlet-outlet Rior. Pasti cantik sekali." puji mommy nya. Daddy nya hanya mengelus punggungnya bangga. Tidak bisa berkata-kata.

"Aku turut bangga, Sha. Oh, ya temanku ada yang mau mengundang kamu di ulang tahun perusahaannya. Kalau kamu tertarik aku bisa say yes ke dia." kata Meghan pada adik iparnya.

"Kalau boleh tau dia mau masakan apa, kak?"

"Westren or japannese dia masih ragu. Tapi, kalau kamu ada ide lain yang lebih bagus bisa langsung sarankan ke dia aja. Aku udah kasih tau dia jadwal kosong kamu hanya bulan depan."

"Oke, aku nggak bisa nolak sih. Karena hobiku memang memasak dan dibayar pula." ujar Shanin sambil tertawa kecil yang diikuti senyuman bangga semua anggota keluarganya. 

Selesai pertemuan keluarga ia mengendarai mobilnya menuju hotel ternama, Grand Xeus. Ia diundang untuk memasak disana. Shanin sering diundang untuk memasak sebagai chef tamu. Ia belum memiliki tempat kerja tetap. Bukan berarti ia kurang kompeten. Hanya saja ia belum memutuskan untuk berkerja di tempat tetap. Shanin masih ingin bersantai-santai. Menikmati hidupnya tanpa perlu dikejar waktu. Iya suka dengan kehidupannya sekarang. Slow living, menjalani hari tanpa ada beban. Pergi berlibur kapan pun ia suka. 

Shanin perempuan mandiri yang tidak butuh lelaki. Ia telah terjebak dalam zona nyaman. Terlalu nyaman dengan kesendiriannya hingga tidak berpikir untuk menikah. Dia bisa pacaran dengan siapa saja jika ingin dicintai. Menikah hanya akan merugikan orang seperti Shanin. Ia akan terkekang dan tertekan jika terikat oleh pernikahan.

Shanin bukanlah perempuan yang tidak memiliki hati ia hanya pintar menggunakan hatinya. Dengan sedikit berharap maka ia tidak akan banyak kecewa. Shanin hampir tidak pernah menggunakan hatinya dalam sebuah hubungan.  Kebanyakan pria yang bersamanya cinta mati padanya. Mereka terlalu memuja Shanin, ia terlalu sempurna untuk hanya sekedar dijadikan selingkuhan. 

Chef cantik itu tiba tepat waktu. Ia segera mengganti pakaiannya. Lalu menyiapkan bahan-bahannya. Menu hari ini adalah Steak with mushroom sauce. Ia akan mempertontonkan kegiatannya memasak daging di depan tamu spesial hotel Grand Xeus. Semua mata terpana melihat keahlian memasak Shanin. Bukan hanya keahliannya saja tetapi juga kecantikannya. 

Shanin menyajikan masakannya pada ketiga tamunya. Pekerjaannya telah selesai. Ia hanya ditugaskan untuk memasak hidangan utama. Hidangan penutup akan dibuat oleh chef yang lain. Selesai bekerja ia berganti baju dan bergegas untuk ke kamar 1304. Shanin kebetulan ada seseorang yang ingin ditemuinya di hotel ini.

Shanin memasuki lift untuk menuju lantai 10 hotel ini. Di dalam lift ia bertemu dengan salah satu tamu yang ia masakkan tadi. "Halo chef." sapanya ramah. Shanin membalas dengan senyuman. Hanya mereka berdua di dalam lift. Shanin hanya diam membisu. Terlalu malas untuk memulai obrolan.

Pintu lift terbuka. Saat Shanin ingin keluar tamu tersebut menarik tangannya masuk kembali ke lift. "Saya harus bayar berapa agar bisa tidur dengan kamu?" tanya laki-laki mesum itu pada Shanin. Shanin tidak kesal atau pun marah. Dengan lembut ia melepaskan genggaman tangan pria itu. "Saya tidak perlu dibayar. Saya akan melakukannya jika saya mau dengan sukarela. Tapi, maaf bapak bukan tipe saya." jawab Shanin sambil terseyum. Menghina sambil tersenyum memang keahliannya.

"Perempuan sombong. Kamu pikir siapa, bisa menolak saya seperti itu. Jangan berlagak, kamu hanya tukang masak yang dibayar!"

"Sssttt..." Shanin menempelkan jarinya pada lelaki itu. Lalu mengeluarkan sebuah kartu nama. "Kalau bapak merasa tersinggung dan ada masalah dengan saya, silahkan hubungi pengacara saya saja." kata Shanin tidak ingin memperpanjang masalah. Shanin keluar dari lift meninggalkan pria mesum yang sedang memperhatikan kartu nama yang ditinggalkan Shanin. Pengacara Shanin dari firma hukum LGS & co. Pria itu sangat tahu dengan siapa firma hukum ini bekerja. Mereka berkerja untuk Versace corp. Perusahaan besar yang bergerak di bidang tambang. Shanin memang bukan orang biasa. Secara tidak langsung ia menunjukkan bahwa ia bagian dari Versace corp.



An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang