Tok tok tok
Bunyi ketukan pintu terdengar nyaring di dalam rumah keluarga hendra. Keluarga Fania.
"Siapa pagi-pagi gini udah ada tamu". Ucap bunda fania sembari menyiapkan sarapan untuk keluarganya.
"Ga tau juga bun Fania".
"Yaudah, bentar bunda bukain dulu pintunya". Ucap bunda naya sembari berjalan menuju pintu depan.
"Assalamu'alaikum tante, selamat pagi". Ucap Rafan begitu pintu sudah dibuka oleh bunda Fania.
"Eh, nak Rafan. Tumben pagi-pagi gini sudah dirumah tante, ada apa ya?". Ucap bunda Fania ramah. Tak lupa dengan senyum yang begitu menawan walaupun umur sudah bertambah.
"Hehe, saya mau ijin jemput Fania tan, apa boleh?".
"Oh.. iya-iya, mari masuk dulu. Fania nya lagi makan, nak Rafan sudah makan?". Ucap bunda Fania sembari mempersilahkan Rafan masuk kedalam rumahnya.
"Sudah tante, tadi dirumah".
"Kalau begitu sebentar ya, tante panggilin Fanianya dulu. Silahkan duduk nak Rafan".
"Iya tante". Ucap Rafan.
"Siapa bun?" Ucap ayah hendra.
"Rafan yah, pacarnya Fania yang kemarin bunda ceritain".
"Duh perhatian banget ya Fan pacar kamu. Pagi-pagi gini udah jemput pacarnya". Ucap ayah hendra menggoda Fania.
"Ishh. Ayah sama bunda apa-apa an sihh, orang Fania juga ga pacaran kok". Ucap fania sembari mengerucutkan bibirnya lucu.
"Udah, sekarang kamu buru habisin sarapan kamu. Kasihan Rafan udah nunggu dari tadi".
"Ga mau ah bun, Fania berangkat bareng ayah aja ya yah". Pinta Fania.
"Kenapa harus sama ayah? Kan udah ada Rafan yang jemput kamu, kasihan udah nunggu dari tadi juga. Sana saperin dulu Rafannya". Ucap ayah hendra dengan nada lembut mau tak mau fania pun menuruti ucapan ayahnya.
"Pagi pacarnya Rafan". Sapa Rafan ketika fania sudah berada tepat didepannya.
"Hmm, ngapain sih kakak kesini?. Kan fania udah bilang, kalau kakak ga usah jemput Fania lagi". Ucap Fania kesal.
"Eh eh, ngapa jadi berantem sih". Ucap bunda fania yang tiba tiba sudah berada di antara mereka.
"Ini toh pacarnya anak om, ganteng. Cocok kok sama anak saya, kamu keliatannya juga baik". Ucap ayah hendra yang tiba tiba nimbrung.
"Iya om, selamat pagi". Ucal rafan tersenym manis.
"Pagi. Sana Fan, berangkat. Udah jam 06.15 nanti kamu telat. Hati-hati yah nak Rafan. Kamu bawa motornya hati-hati. Jangan ngebut". Pesan ayah hendra kepada rafan.
"Siap itumah om, kamau gitu saya izin nganter fania ya om, tante. Assalamualaikum". Ucap Rafan ramah sembari menyalami tangan kedua orang tua fania. Diikuti fania yang masih memasang tampang kesalnya.
"Waalaikumsalam". Ucap ayah dan bunda fania bersamaan.
"Cocok deh yah, rafan sama fania"
"Iya bun, rafan juga keliatannya baik dan bisa ngelindungi sama fania. Kalau gini sih, ayah yakin deh bun ngijinin mereka pacaran, kalau bisa sampai nikah nanti, sampai punya cucu buat kita".
"Ishh ayah, anaknya masih sekolah bicaranya udah cucu aja"
"Yang namanya udah tua dan anaknya udah besar, pasti pinginlah punya cucu dari anak kita. Apalagi fania anak tunggal".

KAMU SEDANG MEMBACA
RaFANia
Teen FictionGimana jadinya jika tiba tiba saja fania diklaim menjadi pacar seorang most wanted yang bahkan fania saja tidak tahu namanya. Akankah fania dapat membuka hati untuk rafan sang most wanted tersebut?. Ikuti terus ceritanya. See ya Happy reading guys A...