Perjalanan menuju rumah Rafan terjadi begitu hening. Mereka sama-sama diam kalut dalam pikiran masing-masing. Kurang lebih 15 menit mereka telah sampai di sebuah rumah bertingkat yang tampak asri dengan banyaknya tanama bunga di halaman depan rumah. Pintu gerbang dibuka oleh satpan saat tau anak majikannya telah pulang kerumah.
"Siang den". Sapa pak iwan. Satpam dirumah keluarga Rafan
"Siang pak, mama sama papa dirumah kan?". Tanya Rafan.
"Dirumah den. Itu pacarnya ya den?". Tanya pak iwan melirik ke arah Fania yang tersenyum canggung diboncengan motor Rafan.
"Calon istri pak". Bisik Rafan kepada pak Iwan agak keras. Yang tentu saja mampu Fania dengar.
"Apaan sih kak". Ucap Fania yang kini wajahnya sudah berubah semerah tomat. Sontak Rafan dan pak iwan tertawa melihatnya.
"Saya masuk dulu pak"
"Siap den".
Sampai di depan rumah fania belum juga beranjak dari atas motor rafan.
"Mau sampai kapan duduk disitu? Ga mau turun?" Tanya rafan menileh kearaf fania yang hanya diam saja.
"Emm. Beneran nih gue harus ketemu sama orang tua lo?" Tanyanya ragu.
"Iyalah, santai aja pacar, mereka ga gigit kok. Paling ga dicubit". Ucap rafan diselingi dengan candaan.
"Gak lucu tau kak".
"Ha ha ha. Udah ayo turun. Udah ditunggu di dalem". Ajak rafan lalu turun dari motor melangkah kedalam rumah diikuti fania dibelakangnya.
"Assalamualaikum, ma! Pa!. Rafan bawa calon mantu nih buat kalian". Teriak rafan saat memasuki rumah.
"Eh ada kakak cantik. Pacarnya bang rafan ya?" tanya mega yang sedang menonton televisi.
Belum sempat Fania menjawab sudah Rafan jawab lebih dahulu."Iya!emang kenapa? Cantik kan pacar gue". Ucap Rafan sewot.
"Kok kakak mau maunya sih jadi pacarnya bang Rafan? Di pelet ya jangan jangan?" Tuduh mega sembari menujuk Rafan.
"Sembarangan lo kalau ngomong. Gini-gini tanpa pelet pun peaona gue udah mancar tau gak"
"Gak tau dan gak mau tau" ucap mega santai.
"Emm. Btw kenalin kak namaku mega adiknya bang rafan". Icap mega sembari mengulurkan tangannya yang langsung disambut ramah oleh Fania.
"Fania" ucap fania singkat diikuti senyuman manis.
"Wah pas banget tuh" seru mega tiba tiba
"Pas? Maksudnya". Tanya rafan dan fania kompak.
"Pas dong kalau nama kalian digabungin. Jadinya RaFANia" ucap mega sembari tersenyum memamerkan gigi giginya yang putih.
"Ah bisa aja lo cebol" ucap rafan diikuti acakan keras di kepala mega.
"Ishh bang rafan!. Kak, liat tuh kelakuan bang Rafan. Jangan mau deket-deket sama dia".
"Awas lo! Gue bakar semua poster idola lo itu".
"Idih beraninya ngancem. Ga takut tuh wleee". Ucap mega lalu berlali menaiki tangga diikuti tawa nyaringnya.
"Adik lo lucu"
"Abangnya lucu juga ga".
"Engga" ucap polos fania yang seketika membuat rafan jatuh.
Tak lama datang seorang wanita paruh baya yang fania yakin ini adalah ibu rafan. Melihat penampilannya yang menawan dan elegan.
"Ini pacar kamu bang?". Tanya mamanya ketika rafan dan fania menyalami tangannya.
"Woya jelas dong ma. Gimana? Cantikkan pacar Rafan?". Ucapnya membanggakan diri.
"Cantik pake banget ini namanya. Ayo duduk dulu. Namanya siapa cantik?".
"Fania tante" ucap Fania setelah duduk disofa yang ada.
"Kamu sekelas sama rafan?"
"Engga tante, saya masih kelas XI" ucal fania diikuti senyumannya.
"Ma, papa kemana?". Tanya rafan yang sedari tadi belum melihat kehadiran papanya.
"Lagi dibelakang, nanam bunga"
"Oh. Bentar ya fan, aku mau ganti baju dulu". Ucap rafan yang mendapat reapon anggukan dari fania.
Cukup lama mama rafan dan fania ngobrol diselingi candaan. Mereka terlihat sudah sangat akrab walau baru bertemu. Tak lama kemudian rafan datang dengan kaos berwarna biru dongker dan celana jeans selutut.
"Ma, fanianya rafan pinjem bentar ya. Mau rafan ajak kebelakang nemuin papa". Ucap rafan.
"Ayo fan" ucap rafan semabri menulurkan tangan kanannya. Walaupun agak canggung fania tetap menerimanya.
"Eh i-iya".
"Pa, rafan udah bawa calon mantu buat papa nih". Ucap rafan ketika samapai dibelakang rumahm dan terlihat papanya yang sedang sibuk menanam bunga kedalam pot.
"Wah cantiknya pacar kamu".
"Siang om" sapa fania sembari menyalami tangan papa rafan.
"Siang, namanya siapa?" Tanya papa rafan.
"Fania om" jawab fania tersenyum manis.
"Bisa berkebun?" Tanya papa rafan yang diangguki fania. "Mau bantu om?"
"Boleh om". Ucap fania lalu berjalan mengikuti langkah kali papa fania meninggalkan rafan yang hanya berdiri menyaksikan keduanya.
"Wah kalau gini sih namanya gue udah daper restu dari papa sama mama. Tinggal nunggu waktu aja buat nikahin fania" ucap rafan tersenyum senang.
🌱🌱🌱
Sore telah tiba. Langit yang tadinya biru cerah kini berganti dengan warna jingga yang indah.
Fania bangkit berdiri berpamitan pada orang tua rafan untuk pulang mengingat waktu telah menunjukkan pukul 16.25 WIB."Om, tante, fania pamit dulu, udah sore. Takutnya bunda sama ayah nyariin".
"Oh iya, biar rafan yang nganter kamu pulang. Nitip salam ya buat ayah sama bunda kamu". Ucap mama rafan sembari membelai lembut puncuk kepala fania.
"Iya tante".
"Hati hati dijalan fania. Kalau ada waktu main kesini lagi. Kita nanam bunga lagi. Okay" ucap papa fania sembari mengangkat jempolnya.
"Siap om" ucap fania diikuti senyumannya.
"Rafan anter fania pulang dulu ya ma, pa, asslamualaikum" pamit rafan mencium lunggung tangan mama dan papanya diikuti fania dibelakangnya.
"Waalaikumsalam. Hati hati bang bawa motornya". Ucap mamanya.
"Siap nyonya" jawab rafan.
Okay guys. Akhirnya selesai juga ujiannya. Jadi gue bakal cepet update RaFANia. Ditunggu comenannya. Jangan lupa untuk terus vote di gambar bintang.
Ikuti terus ceritanya guys.See ya
Happy reading🤗🤗-Dania
![](https://img.wattpad.com/cover/130775012-288-k634699.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RaFANia
Teen FictionGimana jadinya jika tiba tiba saja fania diklaim menjadi pacar seorang most wanted yang bahkan fania saja tidak tahu namanya. Akankah fania dapat membuka hati untuk rafan sang most wanted tersebut?. Ikuti terus ceritanya. See ya Happy reading guys A...