RaFANia#13

252 9 2
                                    

Pagi ini cuaca mendung. Terlihat dari awan yang nampak gelap dilangit. Sepi menyelimuti keadaan didalam mobil yang ditumpangi Fania dan sang ayah.

"Yah." Panggil Fania menoleh ke arah ayahnya yang fokus menyetir.

"Ada apa sayang". Ucap ayahnya lembut.

"Menurut ayah, Fania cocok gak sama kak Rafan?" Tanya Fania pelan.

"Menurut ayah kalian cocok. Tapi gimana menurut kamu sendiri? Kamu cocok tidak sama Rafan?"

"Fania gak tahu yah".

"Kenapa gak tahu?"

"Fania bingung. Soalnya kan Fania belum kenal banget sama kak Rafan. Sampai tiba-tiba aja dia bilang kalau Fania pacarnya".

"Kalau kamu merasa nyaman, merasa terlindungi dideket dia, coba pertahanin. Ayah rasa Rafan orangnya setia. Dilihat dari matanya yang bener bener serius sama kamu. Jangan sampai kamu menyesal fan".

"Yah, kalau misalnya ayah yang jadi Fania terus ada cowok kaya kak Rafan, apa yang bakal ayah lakuin?" Tanya fania ditengah gerimis yang datang.

"Apa ya? Mungkin ayah akan senang karena udah dicintai sama orang yang benar benar serius. Karena jaman sekarang susah buat dapetin orang yang bener bener setia untuk pasangannya. Dan mungkin ayah akan pertahanin untuk kedepannya".

"Gitu ya yah". Ucap fania sembari menganggukkan kepala paham.

"Kenapa kamu tiba-tiba tanya begitu?". Tanya ayanya bingung.

"Ga papa si yah? Cuman fania sering aja gitu cuekin kak rafan. Berlebihan gak si yah?".

"Itu wajar buat cewek yang baru dideketin sama cowok. Apa lagi belum kenal. Tapi kalau utuk Rafan, ayah rasa jangan terlalu cuek sama dia. Mata dia jelas tidak bisa bohong kalau dia sayang sama kamu".

"Makasih yah, kalau gitu fania turun dulu ya yah" ucap fani saat mobil yang dikendarai ayahnya telah sampai di sekolahnya.

"Payungnya jangan lupa dipakai biar gak kena hujan" ingat ayahnya.

"Siap komandan. Assalamualaikum". Pamit fania diikuti mencium punggung tangan ayahnya.

"Waalaikumsalam. Hati hati. Belajar yang bener". ucap ayahnya sebelum berlalu meninggalkan sekolah fania.

🌱🌱🌱

Disepanjang koridor Fania selalu memikirkan kata kata ayahnya yang 'jangan terlalu cuek sama rafan'. Tapi kalau dipikir pikir, menurut fania ucapan ayahnya benar. Karena selama ini yang fania tahu rafan selalu perhatian padanya walau kadang dicuekin.

Setibanya dikelas fania langsung mendudukkan badannya dan memasang aerophone ditelinganya. Mendengarkan lagu dari twenty one pilots.

"Fan." Panggil Zilla dari arah samping.

"Apa?"

"Cariin kak Rafan tuh."

"Hah?!" Kaget fania.

"Ngapain dia kesini?"

"Ya nyamperin lo lah. Lo kan pacarnya." Ucap Zilla dengan nada menggoda.

"Paansih." Ucap fania kesal.

"Buruan sana, udah ditungguin diluar juga. Kasihan tuh udah dikerubungi sama fans-fans nya".
Ucap Zilla lalu mendorong fania keluar kearah pintu.

"Kak rafan ngapain kekelas gue?"
Tanya fania begitu sampai di hadapan rafan.

"Ketemu kamu dong pacar." Balasnya diikuti cengirannya.

"Ini udah ketemu kan? Terus mau apa?"

"Pulang sekolah mau ngajak kamu jalan, mau ya"

"Maksa nih ceritanya?"

"Emm enggak. Cuman kamu harus ikut biar aku gak dikira jomblo"

"Sama aja maksa". Ucap fania diikuti cengiran dari rafan.

"Woi raf, kantin yok" ucap andy dari arah belakang.

"Ganggu orang pacaran aja sih lo bertiga". Ucap kesal rafan.

"Yah lo si, temen laper malah enak enakan pacaran. Iri woi yang disini". Lanjut Rio.

"Ga usah iri yo, orang rafan pacaran ga dianggep sama pacarnya" ucap andy yang seketika mendapat sorakan tawa dari aga dan rio.

"Tai ya lo bertiga. Gue sumpahin kalian jomblo".

"Weiss, santai bro, jahat bener doain kita jomblo".

"Udah sana lo bertiga kantin dulu, gue mah mau manja manja dulu sama pacar. Hush hush". Uair rafan sembari mengibas ngibaskan tangannya.

"Fania, ati ati, si rafan ganas kalau lagi pacaran" ucap aga lalu pergi berlari diikuti andy dan rio dibelakngnya yang sudah tertawa ngakak.

"Ga usah didengerin, anggap aja tadi setan lewat"

"Ga boleh gitu tau kak, mereka lucu kok".

"Berarti aku juga lucu dong" ucap rafan percaya diri.

"Iyain biar cepet" ucap fania santai.

"Yah terluka nih hati aku".

"Bawa ke dokter jiwa aja kak".

"Kok dokter jiwa?".

"Siapa tau otak kakak udah gesrek".

"Rese banget sih pacar aku, hadi makin sayang kan".

"Apaan sih kak, dilihatin banyak orang tau".

"Biarin, biar mereka tau kalau kamu itu pacar aku" ucap rafan diikuti senyuman manisnya.

"Udah sana ke kantin. Udah ditungguin sama temen nya juga".

"Ciee, perhatian nih ceritanya".

"Ge-er, udah sana pergi" ucap fania lalu mendorong punggung rafan menjauh.

"Yaudah, kalau gitu aku mau makan dulu dikantin biar sehat, biar nanti kuat kalau cari nafkah buat keluarga kita".

"Apaan sih kan nglindur deh kalau ngomong".
Ucap fania lalu berlalu memasuki kelasnya.

Ceritanya absurd banget yah ini. Maaf ya hehe baru belajar juga. Comentnya kalau cerita ini kurang pas bagi kalian. Terimakasih.

See ya
Hapoy reading🤗🤗

-Dania

RaFANiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang