RaFANia#11

144 9 0
                                    

"Fan!". Teriak seorang pria di lantai koridor kelas XI. Gadis yang dipanggil tadi berhenti dan menoleh kearah suara yang tadi memanggilnya.

"Ada apa kak?". Tanyanya sembari menaikkan salah satu alisnya.

"Ntar pulang sekolah ikut aku bentar yuk".

"Ha? kemana?. Kak Rafan mau nyulik gue?". Tanya Fania dengan muka polosnya.

"Ishh. Bukan itu. Aku mau ngajak kamu kerumah aku".

"Mau ngapain?".

"Ketemu sama camer" ucap rafan diikuti senyuman manisnya.

"Ha?".

"Udah ga usah ha he ha he, ntar pulang sekolah aku tunggu diparkiran. Okay. Bay pacar. Belajar yang rajin biar ntar rumah tangga kita bisa terjamin". Ucap rafan diakhiri dengan mengacak pelan rambut fania. Sementara fania cuman bisa melongo mendengarnya.

'Wah sarap tuh orang' ucap fania dalam hati. Dilanjutkan dengan berjalan menuju kelas yang sempat tertunda akibat panggilan dari rafan.

🌱🌱🌱

"Fan, pinjem pr lo dong".

"Pr apa?"

"Fisika. Lo udah buat kan?"

"Iya udah. Terus ngapain lo pinjem?"

"Aduh fania sayang. Lo kok jadi lemot gini sihh. Udah mana pr lo buruan. Gue mau nyontek".

"Bilang dari tadi kek zil kalau mau nyontek"

"Kan gue udah bilang tadii". Ucap kesal zilla akibat kelemotan sahabatnya ini.

Fania kini tengah melamun. Memikirkan akan setiap kata yang keluar dari bibir rafan. 'Ketemu sama camer?' Emang siapa yang mau nikah sampai harus ketemu camer? Fania kira rafan sudah gila saat ini.

Beda dengan fania beda juga dengan rafan. Saat ini dia tengah berada di perpustakaan. Entah kesambet setan dari mana? Tiba tiba saja dia sedang berada si perpustakaan bersama tiga sahabatnya. Tapi salah jika kalian berfikir rafan sedang belajar ria dengan teman temannya. Justru saat ini ia sedang menikmati indahnya bunga tidur. Bermimpi akan kisah masa depannya bersama fania.

Bel telah berbunyi lima menit sebelumya. Tapi itu tak urung membuat rafan bangun akan tidurnya. Aga yang dari tadi membangunkannya sia sia. Tak punya cara lain, aga, andy, dan rio bersama sama berteriak tepat disamping telinga rafan. Dan hasilnya BUMM rafan terbangun dengan kata kata yang keluar dari mulutnya.

"Eh kudanil naik becak". Ucap spontan rafan. Beda dengan sahabtnya yang sudah tertawa terpingkl-pingkal karena berhasil mengerjai rafan.

"Ha ha ha" tawa ketiganya.

"Seneng ya lo pada. Lagi enak enaknya mimpiin masa depan gue malah lo kagetin. Dasar temen durhaka lo pada".

"Salah sendiri, lo dibangunin ga bangun-bangun" ucap aga diakhiri dengan tawanya.

"Gue bilangin nih. Kalau mimpi jangan tinggi tinggi ntar jatuhnya sakit" ucap rio menepuk kasar punduk rafan.

"Sialan".

"Ha ha ha " tawa ketiganya kompak.

"Ehemm. Maaf kalau mau berbicara diluar saja" deheman dan sindiran itu keluar dari petugas penjaga perpus. Pak Pri.

RaFANiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang