"Selamat pagi, Flower." sapa Devian memasuki ruang makan. Di sana Flower sedang menyiapkan sarapan. Ia melirik Devian sekilas, lalu kembali menata piring di atas meja.
"Pagi Devian. Apa tidurmu nyenyak semalam?"
"Seperti yang kau lihat," sahut Devian mendudukkan diri. "Aku tidak ingat kapan terakhir aku tertidur sepuas ini. Itu terjadi semenjak kau menghilang."
Flower berhenti menata, tidak menoleh tatapannya tertuju ke bawah. Seterusnya ia menarik kursi kebelakang menduduki berhadapan dengan Devian, Ia mengambil selai mengolesinya di roti.
"Tapi, aku tidak ingin tertidur lebih lama," tambah Devian, tatapannya tertuju ke arah Flower yang sibuk mengolesi selai. "Karna aku ingin memastikan, jika sekarang aku tidak sedang bermimpi."
Seakan-akan tidak mendengar, Flower memakan roti yang telah ditusuknya menggunakan garpu. Merasa Devian masih menatapnya, Flower berkata, "Cepat habiskan sarapanmu, pagi ini Aku hanya menyiapkan roti gandum saja."
"Ini lebih dari cukup," timpal Devian.
"Baguslah, lain kali Aku tidak perlu repot-repot menyiapkan sarapan untukmu."
"Tentu saja Aku tidak ingin merepotkan."
"Kau sudah cukup merepotkanku."
"Buktinya?" tandas Devian.
"Dengan kau berada di sini. Itu sudah cukup merepotkan bagiku."
"Apa yang salah dengan ku? Kurasa Aku tidak melakukan apapun." Devian mengangkat bahu dengan telapak tangan terarah ke atas.
"Kau banyak melakukan kesalahan. Kau seperti penyusup, menyusup kesini sekehendaknya tanpa tujuan jelas."
"Aku punya tujuan yang jelas, Flower," Devian membantah, "kau jangan asal bicara. Aku jauh dari kata penyusup, bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa Bob telah membawaku ke sini." ucap Devian bernada rendah. Ia celingak-celinguk. "Kira-kira di mana Bob? Aku tidak melihatnya pagi ini." tanya Devian ke lain topik.
"Dia sedang berada di kebun." ketus Flower.
"Kebun? Sepertinya seru, Aku ingin menyusulnya sekarang." Devian berdiri dari duduknya.
"Habiskan dulu sarapanmu, Devian," sergah Flower, "kalau tidak Aku akan."
"Kau akan menyuapiku." Devian memotong, Ia mendudukkan dirinya kembali. "Kalau seperti itu aku akan makan sekarang."
Flower berdecak. "Kita ke kebun sekarang!"
"Bukankah kau akan menyuapiku? Aku belum makan sedikitpun, bagaimana kalau Aku mati?"
Flower menyahut sembari berjalan, "Kau tidak akan mati."
"Ya, itu benar," sungut Devian mengikuti Flower. "Aku hanya akan mati jika tanpa dirimu."
"Gombalanmu basi sekali."
"Siapa yang sedang menggombal?"
Flower menghentikan langkahnya berbalik menyoloti Devian.
"Yang aku katakan benar, Flower. Andai kau tidak ada, mungkin Aku sudah mati di dasar jurang sana, atau bisa saja sudah mati duluan di terkam serigala-serigala buas itu."
Devian menempel telunjuknya di bibir Flower yang hendak membantah. "Jangan mengelak, Flower. Bob tidak akan menyelamatiku jika bukan karna kau yang menyuruhnya."
Flower terperangkap. Benar apa yang dikatakan Devian. Ia berbalik berjalan sambil menunduk, dapat dipastikan saat ini Flower tergelagap. Devian cekikikan melihat Flower salah tingkah daripada mendapatinya bersikap dingin.
![](https://img.wattpad.com/cover/127436953-288-k314884.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWER
RomanceDevian Austin seorang lelaki tampan berjurusan Penelitian di University Clevehard. Universitas paling ternama. Akhir-akhir ini Devian menjadi pendiam. Padahal Dia terkenal periang, Ia sering melamun sambil senyum-senyum sendiri. Itu terjadi semenjak...