"Itu Sandra sama Albert, kan. Sedang apa mereka."
Evelyne berjalan menghampiri mereka.
"Ekheemm." Evelyne berdeham membuat Albert dan Sandra melepas pelukannya."Maaf mengganggu. Sepertinya kalian.." Perkataan Evelyne terhenti ketika melihat Sandra mengelap bekas Air matanya.
"Albert, kamu apakan Sandra?" jerit Evelyne menghampiri Sandra.
Albert mengangkat bahu. "Tidak ku apa apakan."
"Bohong," titah Evelyne.
"Tidak percaya ya sudah," jawab Albert seenaknya.
"Mau kemana kau?" tanya Evelyne melihat Albert bergegas.
"Makan Puding," Albert menyahut singkat sambil terus berlalu.
"Dasar maniak Puding," Evelyne mencibir kesal.
"Aku baik-baik saja, Eve. Kamu menyusul Albert sana," pinta Sandra.
"Buat apa Aku menyusul orang tak bertanggung jawab begitu. Dia sudah membuat kamu menangis."
"Dia tidak melakukan apapun, Eve," ujar Sandra, "sepertinya Aku harus pulang," sambungnya.
"Kenapa? Baru juga sebentar."
"Aku ada sedikit urusan."
"Begitu, ya. Aku akan mengantarmu sampai ke depan, ya."
"Tidak usah, Eve. Aku bisa sendiri."
"Kamu yakin?" tanya Evelyne.
"Yakin... Aku duluan, ya. Jaga dirimu baik-baik."
Evelyne mengangguk, "hati-hati, San." Sandra menanggapi dengan tersenyum tipis. Ia mulai menjauh.
"Albert bikin kesal saja." Evelyne celingak-celinguk mencari keberadaan Albert di tempat konsumsi yang banyak menampung kue. Lebih tepatnya menampung Agar-agar.
"Di sini kau rupanya maniak Puding," celutuk Evelyne. Albert melihat sekilas. Lalu melanjuti memakan Agar-agar kesukaannya.
"Kenapa Sandra menangis?" tanya Evelyne langsung ke topik pembicaraan.
"Puding anggur ini enak, Bluberry juga enak. Kalau warna hijau rasa apa ,ya?" Albert tidak menghiraukan Evelyne. Ia terus saja mencicipi Pudingnya.
"Kamu nyuekin Aku, ya. Jawab pertanyaan Aku," cetus Evelyne menahan kekesalannya.
"Ternyata warna hijau rasa mint. Kupikir rasa Melon." Albert masih saja berkutik dengan pudingnya tanpa mempedulikan Evelyne yang tidak dapat lagi menahan kekesalannya.
"Lebih penting mana Aku sama Puding." Evelyne menjerit kencang. Albert melihat sekeliling mendapati orang-orang menatap nereka dengan tatapan keterkejutan.
"Jawab Ak~"
Hup...
Albert menyendokkan Puding ke mulut Evelyne. Ia melotot, terdiam menikmati sensasi lembutnya puding memenuhi Indra pengecapnya, Amarahnya mulai mereda."Pudingnya enak sekali. Aku mau lagi," tukas Evelyne. Amarahnya mereda total. Arbern mengambil Agar-agarnya menyuapi Evelyne.
"Emmm, Aku mau yang Coklat," pinta Evelyne.
"Biar ku ambilkan." Arbern mengambil puding Coklat menyuapinya lagi.
"Kenapa kau melepaskan hak tinggimu?" tanya Arbern setelah melihat Evelyne menenteng hak tingginya.
"Kaki ku sedikit pegal."
"Kenapa bisa? Jika begitu kita duduk saja." Arbern mengajak ke tempat duduk terdekat. Sedari tadi mereka hanya berdiri. Setelah mendapat kursi, mereka mendudukkan diri. Evelyne memijat-mijat kakinya yang terasa pegal.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWER
RomantikDevian Austin seorang lelaki tampan berjurusan Penelitian di University Clevehard. Universitas paling ternama. Akhir-akhir ini Devian menjadi pendiam. Padahal Dia terkenal periang, Ia sering melamun sambil senyum-senyum sendiri. Itu terjadi semenjak...