Hari yang di tunggu-tunggu tiba. Hari di mana keberangkatan liburan ke Belgia.
Di saat semuanya jauh-jauh hari mengemasi keperluan masing-masing. Devian malah lupa jika hari ini mereka akan berangkat. Begitu dirinya tau hari ini keberangkatannya. Dia terus terburu-buru mengemas. Memporak-porandakan seluruh isi lemari, mencari keperluan apa saja yang akan di bawanya.
Ia memilih-milih baju melemparnya ke sembarang arah jika ditemui pakaian yang tak sesuai keinginannya. Sehingga kamarnya jauh dari kata bersih, rapi. Ketika sibuk-sibuknya berkemas. Ia menemukan topeng berbentuk kupu-kupu di sela-sela lipatan bajunya. Kembali, Ia teringat pemilik topeng tersebut, Flower.
Sementara itu di bandara.
Semuanya sudah bersiap, hanya menunggu satu dua lagi yang belum datang."Tinggal Devian sama Albert lagi yang belum hadir," ujar Sandra.
"Mereka lama sekali. Kita yang perempuan saja sudah hadir dari tadi. Mereka itu laki-laki apa perempuan, sih? Berkemas saja lambat," Evelyne mencerocos sambil memperhatikan pintu masuk.
"Kita tunggu saja, waktunya masih lama."
"Waktunya setengah jam lagi," desah Evelyne melihat jam tangannya, "Darwin, cepat hubungi mereka. Kau ini santai sekali dengan pacarmu itu," cibir Evelyne melihat Darwin dan Denaya bercakap-cakap santai.
"Tidak perlu dihubungi lagi. Itu Dia sudah datang," tunjuk Darwin ke arah pintu masuk.
Evelyne melihat ke arah yang ditujui. Bukannya senang, Evelyne tambah semakin gusar.
"Maaf Aku terlambat. Apa kalian sudah lama menunggu?"
Evelyne berdiri dari duduknya. "Kenapa kau sendirian? Mana Devian?" tanyanya begitu Albert sampai.
"Ayo berangkat. Waktunya tinggal sedikit!" Albert mengacuhkan Evelyne.
"Kita tidak akan kemana-mana sebelum Devian sampai," tandas Evelyne.
"Mau menunggu sampai kapan pun, Dia tidak akan datang."
"Maksud kamu apa?" tanya Evelyne meminta penjelasan.
"Kau tau kenapa Aku terlambat? Karna Aku membujuk Devian untuk pergi. Dan, Dia tetap mengatakan tidak bisa pergi. Katanya ada urusan penting yang harus Dia penuhi."
"Urusan apa? Kita tidak punya urusan apa-apa lagi."
"Aku tidak tau pasti. Bisa jadi Dia akan menyusul kita nanti."
"Kita sudah berjanji akan pergi sama-sama. Aku tidak akan pergi sebelum Devian juga ikut pergi."
"Sudahlah, Eve." Sandra memegangi bahu Evelyne. "Percayalah, Devian pasti akan menyusul."
"Tapi Sandra... Kau pasti tidak akan tega meninggalkan Devian sedangkan kita berlibur tanpanya."
"Aku tau, kita semua pasti tidak akan tega. Tapi, mau bagaimana lagi."
"Yakinlah, Eve. Devian pasti akan menyusul. Kita tunggu saja di sana," timpal Denaya menenangkan.
"Baiklah... Aku harus yakin dia pasti menyusul," desah Evelyne. Semuanya lantas bernapas lega.
***
Devian menapakkan dirinya di hutan gelap berlembab yang terletak tiada jauh dari universitas Clevehard, kampusnya.
Hutan sunyi serta berkabut, kesunyian dilambangkan oleh pepohonan pinus tumbuh berjejeran, batang tingginya menyaring sinar matahari yang menyusup ke celah-celah batang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWER
RomanceDevian Austin seorang lelaki tampan berjurusan Penelitian di University Clevehard. Universitas paling ternama. Akhir-akhir ini Devian menjadi pendiam. Padahal Dia terkenal periang, Ia sering melamun sambil senyum-senyum sendiri. Itu terjadi semenjak...