13. Tersulut emosi

261 18 14
                                    

Suasana sungai di hutan begitu menyejukkan. Airnya dingin dan jernih. Di tepian sungai banyak terdapat batu yang sejajar, seolah batu tersebut memang di tata sedemikian rupa. Di sana-sini banyak tetumbuhan bunga dan pepohonan dari berbagai ukuran, daun-daunnya yang menguning jatuh begitu saja kala angin datang menerpa. Hingga di bawahnya daun-daun yang mulai mengering menutupi tanah.

Flower duduk di atas sebongkah batu berwarna abu-abu kemaronan. Kakinya berjuntai ke bawah menyapu air sungai yang mengalir tenang.

Devian yang di bawahnya. Sejenak mengamati Flower. Gadis itu menggeraikan rambut pirang bergelombangnya, sewaktu-waktu angin berhembus, rambutnya ikut terbang menutupi sebagian paras mulusnya. Ia mengenakan gaun melewati lutut, tanpa lengan, di bagian sampingnya terdapat renda-renda terukir kecil. Flower memang sering memakai gaun, kecuali jika dia bepergian ke tempat-tempat tertentu seperti kampus, maka dia akan mengenakan pakaian yang selayaknya.

Kemudian ia mengalihkan pandangnya ke depan. Di sana ia melihat Bob sedang berseru-seruan bermain air, seakan sudah lama tidak pernah di mandikan oleh majikannya eh keluarganya.

Devian mengambil air dengan kedua tapak tangannya lalu meminumnya. Rasanya sungguh menyegarkan. Ia melihat Flower yang hanya diam sedari tadi, lalu menjentikkan air kepada Flower, membuat gadis itu kesal.

"Ian, jangan. Airnya dingin!" Flower cemberut.

"Airnya segar, Flower," kata Devian memiringkan senyumnya, "kau tidak ingin ikut mandi bersama Bob?"

"Tidak," ketusnya.

"Aku akan ke sana! Kau beneran tidak ingin ikut!?"

"Tidak, Ian," jawabnya menekankan.

"Ya sudah." Devian melucuti pakaiannya, menyisakan celana pendeknya selutut.

Flower tertegun. Terus saja membuang muka ke lain arah. Hanya sebentar, ia kembali melihat Devian yang sedang meregangkan otot-ototnya. Lehernya di putar ke kiri kanan, tubuhnya yang menampilkan bentuk pahatan sempurna, ikut bergerak naik turun di buatnya.

Rona gadis itu bersemu. Seumur-umur dia belum pernah melihat tubuh lelaki selain yang memiliki hubungan darah dengannya. Yang sering dia lihat hanyalah tubuh Bob si beruang kesayangannya yang berbentuk tembem menggemaskan.

"Aku sungguh tersanjung jika kau memerhatikanku seperti sekarang!" kata Devian tanpa menoleh, dengan dia masih terus melemaskan otot-ototnya.

Flower tergeragap. Dari mana dia tau kalau dirinya memerhatikannya. Dan, ya Flower menangkap dirinya dalam pantulan air sungai. Dari sanalah Devian mengetahuinya. Mereka bertatapan dalam beningnya air yang memantul, Devian sumringah dan Flower meringkuk.

"Aku senang jika kau selalu melihatku," desis Devian, "jangan sungkan-sungkan, lihatlah aku selalu." tambahnya dengan seringai yang di buat-buat.

Setelah itu dia meluncur masuk ke dalam air. Berseru-seruan dengan Bob. Pemandangan di depannya ini membuat bibir Flower tertarik ke atas.

"Flower," panggil Devian dengan gerakan tangan menyuruhnya ke sana. Flower menggeleng saja.

"Flower,"panggilnya lagi, "lihatlah Bob. Dia memakan ikan, kau bilang dia tidak memakan daging."

Flower lantas tertawa. "Bukan berarti semua daging tidak dia makan!"

"Harusnya kau mengatakan dengan jelas. Ikan juga termasuk daging, kau pikir dia zat hijau!"

"Lain kali aku akan berusaha teliti."

Tidak ada suara lagi diantara mereka. Hanya terdengar percikan air, kicauan burung dan suara angin yang berirama terpadu dengan pohon.

FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang