Devian menenggelamkan dirinya menggunakan selimut tebal di atas ranjang empuknya. Sedari tadi dia hanya berbolak-balik mencari posisi yang tepat untuk dirinya tidur.
Dia mengangkat selimut abu-abunya, melihat jam dinding menunjukkan pukul setengah dua. Kembali menarik selimut menutupnya lagi sampai tenggelam. Di dalam sana ia mengerang frustasi. Malam semakin larut, tetapi dia masih belum bisa memejamkan matanya.
Devian
Suara gadis memanggil namanya yang tengah dipikirnya terngiang-ngiang dalam benaknya.
Devian
Terlalu sangat memikirkan gadis itu. Bahkan suara indahnya terdengar begitu nyata.
Devian
Tidak!! Jangan sekarang, aku butuh istirahat.
Devian membuka mata yang sempat dipejamnya. Tercium bau yang tak biasa, jauh berbeda dengan yang dipikrnya. Hanya saja bau ini tercium lebih menyengat, seakan terhasil dari arah belakangnya.
Apa mungkin!!
Devian merinding sendiri memikirnya. Bagaimana mungkin gadis itu ada di sini dengan malam selarut ini, selebihnya lagi di kamar Devian. Sangat tidak memungkinkan.
"Aku di sini menemuimu."
Mendengar penuturan kali ini. Spontan, Devian membuang selimut yang membalutinya, menduduki dirinya di ujung ranjang.
Dia membulatkan matanya sempurna. Melihat Flower dalam remangnya lampu tidur, berdiri disamping ranjangnya dengan senyum terlampau indah di bibirnya.
Devian mengerjap beberapa kali. Lelaki itu berpikir. ini pasti hanya halusinasi semata, sebagaimana yang pernah terjadi pada dirinya sejak dulu.
"Aku...."
Devian melongo, mendengar gadis halusinasinya bersuara. Gadis itu tidak melanjuti kalimatnya, melihat logat Devian seperti seorang yang tersesat di tengah-tengah kerumunan Zombie.
Devian bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan pelan menghampiri gadis itu, ia mengamati Flower lekat-lekat dari ujung kepala sampai ke bawah, lalu meniupkan napasnya ke wajah Flower, membuat gadis itu mengerjap beberapa saat.
Devian melotot kecil. Dengan ragu-ragu, dia menyolek hidung gadis itu menggunakan jari telunjuknya. Refleks, Devian menarik kembali telunjuknya, ia melihat telunjuk serta gadis itu bergantian. Telunjuknya terasa seperti menyentuh sesuatu yang lembut dan kenyal.
Tak percaya. Ia mencoba berpaling ke arah belakang. Mungkin setelah melihat lagi ke depan, gadis ini akan menghilang, seperti halnya yang sudah berlalu.
Namun, jauh dari perkiraannya. Saat dia melihat lagi ke depan, gadis itu masih berdiri di sana dengan ekspresi kebingungan.
"Kau sungguhan Flower."
Flower mengernyit,"apa maksudmu?"
"Tidak, kau pasti bukan Flower."
"Lalu, kau pikir aku siapa? Ini aku Flower!"
"Coba ulangi sekali lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWER
RomanceDevian Austin seorang lelaki tampan berjurusan Penelitian di University Clevehard. Universitas paling ternama. Akhir-akhir ini Devian menjadi pendiam. Padahal Dia terkenal periang, Ia sering melamun sambil senyum-senyum sendiri. Itu terjadi semenjak...