°08°

78 7 20
                                    


Treat You Better – Shawn Mendes

Hari Senin.

Pagi sekali Fero sudah sampai dikelas. Ia datang sepagi ini tidak ada niat terselubung seperti teman-temannya. Tapi memang ia sudah terbiasa datang lebih pagi dari yang lain. Fero mengambil earphone, lalu memasangkan di ponselnya. Musik mengalun indah di indra pendengarannya. Matanya menutup, kepalanya bergerak seirama dengan musik. Sekarang ini, dunia seperti miliknya. Ia tidak peduli dengan sekitarnya. Tetapi siluet seorang perempuan mampu membuat melepas dunianya. Fero melepas sebelah earphonenya. Matanya menangkap seseorang yang belakangan ini menghantui pikirannya.

Fero bangkit dari kursinya, lalu berjalan menghampiri Athaya yang sedang menaruh tasnya.

“Ath!”

Athaya menoleh. “Eh, kenapa Ro?”

“Aneh lo. Lo yang kenapa?”

Athaya mengerutkan dahinya. Cowok dihadapannya ini aneh sekali, “Loh? Lo tuh yang aneh, gue nanya bukannya dijawab malah nanya balik segala ngatain aneh lagi.”

Fero duduk dikursi Naya yang berada di sebelah kanan Athaya. Athaya kembali diam ia masih mencerna omongan abangnya dimobil tadi.

***

Athaya menuruni tangga rumahnya dengan senyum merekah di wajahnya. Ketika sarapan pun ia masih mempertahankan senyum manisnya itu. Seluruh anggota keluarga bingung dengan sikap Athaya.


Ketika masuk kedalam mobil, Athaya terlihat senyum-senyum malu melihat handphonenya. Varo geregetan sendiri. Ketika menyetir pun Varo kepikiran apa yang membuat adiknya sebahagia itu.

“Di ponsel lo ada apaan sih dek?” Tanya Varo sambil fokus menyetir.

“Tulisan.” Athaya menoleh pada Varo sebentar lalu mengalihkan pandangannya lagi ke ponsel.

LINE

Dion : G.night:)

Hanya kata singkat diakhiri tanda senyum saja membuat Athaya gila pagi ini. Tadi malam ia sampai tidak bisa tidur. Uring-uringan.

Night too.” Gumam Athaya sambil tersenyum malu melihat ponselnya.

Varo mendengar gumaman Athaya. Dia mengernyit bingung apa adiknya salah makan atau sudah tidak waras. Jelas-jelas sekarang pagi. P-A-G-I. Kenapa Athaya mengucapkan selamat malam. Ditujukan kepada siapa ucapan itu? Beberapa asumsi masuk kedalam otaknya. Dalam keadaan menyetir mobil bersama orang yang tidak waras dipagi hari ditambah beberapa asumsi yang masuk ke kepalanya itu membuat kepala Varo serasa ingin pecah.

Ketika lampu lalu lintas berwarna merah, Varo mengambil kesempatan untuk merebut ponsel Athaya. Athaya terkejut bukan main. Sekarang ponsel ada ditangan abangnya. Yang lebih parah lagi ruang chat Dion belum ia keluarkan.

Varo membaca pesan singkat Dion.

Kayak familar namanya, tapi siapa ya?

“Yaelah ini sebabnya lo senyum-senyum kayak orang gila? Eh, ini Dion anak temennya Ayah bukan sih? Yang dari keluarga Pradianta? Yang pas SD kalian sekelas? Temennya Fero kan? Yang dulu lo pernah deket sama dia, terus gara gara dia pacaran sama kakak kelasnya lo galau berhari hari. Yang dulu lo curhatin ke gue kan?” Pertanyaan beruntun dilontarkan oleh Varo. Athaya yang mendengarnya merasa jengah karena membawa kenangan masa lalu.

Athaya mengerucutkan bibirnya.

Abangnya memang seperti ini, kalau menyangkut dirinya bawelnya nggak ketolong. “Udah sini hp gue.”

Athaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang